3. Drama Kelompok

28 6 0
                                    

Aku dan Melly tadi sudah berencana pergi ke perpustakaan dan mampir kantin jika Pak TJ tidak datang 5 menit kemudian. Namun tepat saat aku berada di depan pintu kelas Pak TJ datang dari arah berlawan.

Sebagai murid yang baik aku pura-pura membuang sampah di tanganku. Kebiasaan merobek kertas dan memegang apapun karena tanganku selalu gatal memainkan benda di dekatku ternyata bermanfaat juga.

"Selamat pagi pak. Dengan senyum manis aku menyapa beliau." Melly ikut mengangguk kepala dan tersenyum kepada beliau.

"Pagi. Semua anak sudah masuk kelas?" Tanya beliau.

"Sudah Pak." Sahutku kemudian masuk ke kelas dan menutup pintu setelah beliau.

Setelah absen dan berdoa. Pak TJ memulai kelas dengan membahas soal minggu kemarin.

"Materi kita semester ini ada 7 bab agar cepat selesai dan sesuai k13 satu kelas akan dibagi 7 kelompok. Kalian sendiri yang menentukan pembagian kelompoknya, minggu depan mulai presentasi. " Titah Pak TJ mengakhiri kelas hari ini.

Benarkan beliau adalah guru yang menjunjung tinggi kemandirian muridnya. Sebagai ketua kelas yang baik Aldo mengambil aih pembagian kelompok.

"Teman-teman yang budiman tapi tidak aku sayangi kalian ingin memilih sendiri anggota kelompok kalian sendiri atau dibagi acak?" Julukan pelawak dari teman sekelas emang cocok buat Aldo.

"Milih sendiri!" Aku, Melly, Elisa dan Vanesha berteriak paling kencang. Kami memang berencana untuk menjadi satu kelompok.

"Gak boleh. Gak adil gak sama rata nanti." Fathan memprotes paling cepat. Diikuti teman teman lainnya yang memperhatikan.

Lainnya lagi memperhatikan hp dan laptop mereka hanya mengikuti. Termasuk setan di belakang ku juga lagi ayem dengan laptopnya. Dari awal dia masuk TKJ sudah ada visi misi ke depannya. Intinya dia emang bakat dan suka keTKJ an.

"Kaya biasanya aja ala-ala ibu arisan." Sahut Fathan asal-asalan.

Dia sebenarnya muka pendiam tapi lama-lama ngeselin. Calon netizen julid di masa depan. Ga ada yang ga kena komen sama dia.

"Berhitung aja lah, ga usah ribet." Temanku yang lainnya.

"Bosan ngitung, ketemunya orang itu-itu mulu." Temanku yang lainnya lagi.

Emang ribet dah kalau bagi kelompok. Mau dibagi mintanya ini itu, sudah dibagi nggak terima kurang ini itu, giliran di revisi katanya ga adil ini itu. Jagi aku pilih diam ngikut aja.

"Jadi gimana temanku sayang?" Tanya Aldo lagi belum final keputusan. Caranya yang sabar kadang bikin aku gemes pengen  bunuh!!!

"Ngikut!" Ga guna sih tapi daripada tidak bersuara.

"Yaudahlah arisan, aku buatkan daftarnya." Si sekretaris kelas menengahi.

Dia membuat kertas kecil kecil bertuliskan angka 1-7 sebanyak 4 kali penulisan. Kemudian melipatnya kecil-kecil. Anak anak pun maju satu persatu.

Sebenarnya aku nggak keberatan mau kebagian kelompok dengan siapa saja. Tapi aku tidak mau kalau dibebani tugas sendiri. Lebih baik tidak mengerjakan sama sekali dari pada mengerjakan sendiri. Itu yang selalu kami bicarakan tapi pada kenyataannya setiap anak selalu kalang kabut kalau tugas belum selesai saat deadline.

Meski kita mengatakan tugas kelompok tanggung jawab bersama. Kenyataannya kita hanya membutuhkan orang lain untuk disalahkan saat ada kesalahan tapi tidak ingin disalahkan. Drama tugas kelompok.

Setelah semua anak mendapatkan kertas mereka masing-masing, si sekretaris kelas bersiap menunggu di depan papan tulis. Ketua kelas bertanya siapa saja kelompok 1 hingga 7 dan kami mengangkat tangan.

How Can BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang