9. Study Lapangan

14 1 0
                                    

Scared To Be Lonely - OST

It was great at the very start
Hands on each other
Couldn't stand to be far apart
Closer the better

Now we're picking fights and slamming doors
Magnifying all our flaws
And I wonder why, wonder what for
Why we keep coming back for more
.
.
.

Kebiasaan susah tidur kalau besoknya mau berpergian membuatku bangun 30 menit lebih lama dari waktu yang kujadwalkan. Lewat tengah malam aku masih belum bisa tidur. Bahkan setelah menamatkan novel 300 halaman aku belum mengantuk.

Kalau bukan bundaku yang membangunkan ku tadi pasti sekarang aku masih tidur, beliau mendengar jam alarm berbunyi sejak jam empat subuh. Tapi karena sampai jam setengah enam tidak kunjung berhenti bunda masuk ke kamarku. Aku kaget saat melihat langit sudah cerah dari jendela kamar.

Meloncat dari kasur tanpa merapikan nya membuat bunda geleng-geleng kepala. Yang penting tetap sholat subuh walau udah telat banget. Cukup 10 menit untuk mandi dan berpakaian.

Soal baju aku sudah menyiapkan dari kemarin. Aku tidak tahu kalau ternyata aku rempong masalah baju. Aku bahkan membeli dres baru yang feminim. Padahal study lapangan ini hanya sehari.

Aku bercermin untuk terakhir kalinya sebelum keluar kamar. Wajahku masih polos bahkan tanpa pelempab. Nanti ajalah di perjalanan bisa make up sama teman-teman. Walau make up versiku hanya bedakan dan gincuan hhe.

Sedikit tergesa aku memasukan hp dan barang kecil-kecilan ke slimbag saat bunda membuka pintu kamarku.

" Semuanya sudah dimasukan ke tas? Nanti ada yang ketinggalan?" Rentetan pertanyaan dilontarkan bundaku.

" Nggak ada bunda. Semuanya udah beres." jawabku.

" Yaudah sarapan dulu sana." Aku hanya mengangguk dan berjalan ke luar kamar.

Ternyata sudah ada ayah disana. Beliau sedang menyesap kopinya kebiasaan setelah sarapan.

Bukannya langsung mengambil sarapan aku malah merebahkan kepalaku di atas meja karena sedikit pening akibat kurang tidur.

"Ayo sarapan nanti ketinggalan." Kata ayah menyesap kopinya lagi.

Kurasakan tangan halus Bunda mengelus rambutku. Ku tegakan kepalaku lagi.

" Iya sebentar yah." Aku mengambil nasi dan lauk, tidak banyak. Aku tidak suka makan sebelum berpergian.

Kepala ku pening karena kurang tidur. Beruntung mataku bukan tipe yang akan menjadi mata panda hanya karena kurang tidur. Tapi kalau sudah insom berhari-hari mataku akan bengkak kaya orang habis nangis.

"Masih ngantuk?" Tanya ayah ketika melihatku memegang kepala. Aku hanya mengangguk.

"Iya nanti tidur lagi pas perjalanan. Ingat jangan jauh jauh dari rombongan. Kalau kemana-mana ngajak teman. Ada apa apa langsung telfon ayah atau bunda." Bundaku terus saja menasehatiku sambil mengecek tasku sekali lagi.

Aku tersenyum ternyata tasku sudah dibawa keluar kamar oleh bunda. Perhatiannya. Padahal aku hanya pergi satu hari tidak sampai menginap.

" Iya bundaku sayang." Aku memeluk lengan bunda menariknya untuk ikut sarapan denganku.

" Udah selesai?" Ayahku bertanya karena ia yang akan mengantarku.

"Sudah yah." jawabku.

" Ayo berangkat!"

How Can BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang