20.

14.4K 1.4K 51
                                    





Darel berdiri di depan gerbang sekolahnya dengan muka kesal dan amarah yang memuncak. Sudah 30 menit sejak bel tanda pulang berbunyi tapi tak ada tanda-tanda daddy nya akan datang.

Semua siswa-siswi pun sudah pulang ke rumah masing-masing atau pergi ke cafe mau pun ketempat yang mereka inginkan.

Alvin dan Garry pun sudah pulang 10 menit yang lalu. Awalnya Alvin memaksa akan mengantar Darel begitu pun dengan Garry.

Tapi Darel tolak karna tadi pagi daddy nya lah yang berkata akan menjemputnya, takut kena hukuman lebih baik Darel tunggu saja.

Satpam penjaga sekolah pun menawarinya untuk duduk di pos, tapi lagi-lagi Darel tolak karena menurut nya Daddyya akan segera datang.

Dan lihat, sampai sekarang daddy nya bahkan tak menampakkan eksistensi nya. Mau nelfon daddy mau pun mommy dia lupa tak membawa hp, sial, pikirnya.

"Astaga daddy ke mana sih, katanya mau jemput. Tau gitu tadi mau aja di anterin si Alvin sama Garry. Mau ngehubungin hp, lupa di bawa. Masa iya aku harus jalan kaki, ya kali arrrgghh," ucap Darel mencak-mencak tak jelas.

Darel terus saja menggerutu sampai akhirnya dia di kaget kan dengan mobil hitam yang berhenti tepat di depannya.

Darel menatap mobil itu hingga 2 orang berbaju hitam keluar dari sana dan menghampiri Darel yang membuat dia was-was sekaligus ketakutan.

Apa mereka anak buah daddy nya? Tapi sepertinya bukan, melihat dia tak pernah melihat mobil itu di garasi mansionnya ralat mansion daddy nya.

Darel mencoba kabur namun dia kalah cepat dengan dua orang asing itu.

"Lepasin saya! Mau apa kalian!" seru Darel.

"Menurut lah, kami tak akan melukai mu," balas salah satu orang itu.

"Ga! Lepasin! Pak satpam, tolong!" teriak Darel namun sepertinya percuma melihat satpam itu sudah tergeletak pingsan di posnya.

Darel terus saja memberontak, dirinya ketakutan sekarang. Dia terus berteriak dengan harapan ada orang yang akan menolongnya namun nihil, di sana terlalu sepi.

Salah satu dari orang itu mengeluarkan sapu tangan yang sudah tercampur obat bius dan menutup hidung Darel serta mulut Darel dengan kain itu.

Awal nya Darel terus memberontak dan menahan nafasnya, namun setelah beberapa saat Darel kehabisan nafas yang membuat dia menghirup obat bius itu.

"Tenanglah."

Itulah kata yang Darel dengar sesaat, sebelum matanya memberat dan semuanya menggelap.

Darel pingsan.

___________

Sementara Alex menghela nafas kasar, karna kelalaian sekertaris nya yang salah membuat jadwal nya yang berakhir dengan meeting mendadak yang memang sudah di janjikan sebelumnya.

Alex memecat sekertaris itu karna di kantornya dia tak menerima pekerja cacat dan lalai akan tugasnya.

Jika seperti ini dia tak akan menyuruh Bima untuk mengantarkan berkas pada salah satu koleganya. Mengingat betapa tak becusnya sekertaris tak berguna itu.

Dia memijat pelipisnya seakan melupakan sesuatu yang penting. Di lihatnya jam rolex yang bertengger apik di tangannya menunjukkan jam 4 sore.

Dan itu membuat Alex melotot tak percaya, ia lupa bahwa bungsunya mulai sekolah hari ini, dan dia juga melupakan bahwa hari ini dia yang harus menjemput bungsunya itu.

Alex segera beranjak dari tempat duduknya tak lupa mengambil kunci mobilnya, tapi saat akan keluar pintu Alex di kejutkan dengan pintu itu yang di buka kasar oleh sang istri yang terlihat sedang menahan amarah.

"Bagaimana bisa kau lupa bahwa hari ini akan menjemputnya baby ku, Alex!" ucap Brianna dengan nada dingin.

"Maaf, tadi ada meeting mendadak karna sekertaris sialan itu yang lalai dan ber-" ucapan Alex terpotong oleh ucapan Brianna.

"Aku tak mau tau alasanmu Alex, sekarang baby di culik!" geram Brianna.

"Apa?! Bagaimana bisa? Bagaimana dengan pengawal yang sudah kita suruh untuk menjaganya?" balas Alex tak percaya.

"Mereka sudah di lumpuhkan Alex, aku tak tau bagaimana bisa mereka mengetahui semua penjaga yang sudah kita tugaskan!" ucap Brianna semakin geram.

Alex menghela nafas berat. Lagi-lagi dia gagal menjaga putranya.

"Lalu, bagaimana dengan alat pelacak yang sudah di sediakan di baju Darel?" tanya Alex mencoba untuk tenang.

"Sepertinya semua sudah diretas, Alex. Sebagian juga sudah mereka lepas termasuk alat penyadap itu!" kesalnya.

"Baby ku Alex...," lirih Brianna yang sudah tak sanggup menahan tangisnya. Lagi-lagi dia gagal menjaga putranya.

Dengan sigap Alex memeluk Brianna erat sambil sesekali memberikannya kata penenang.

Tadi Brianna  tak bisa sigap saat Darel diculik karna keberadaanya yang di dapur menyiapkan makan malam untuk baby nya dan untuk keluarganya.

Dia juga menyiapkan makanan kesukaan Darel dan beberapa cemilan dengan para maid saat semua selesai Brianna kembali ke ruangan nya.

Berniat mendengar celotehan putranya namun alangkah terkejutnya dia saat mendengar suara asing yang memaksa putranya.

Brianna juga mencoba menghubungi semua yang bertugas menjaga Darel, tapi tak ada yang terhubung. Firasat Brianna, mereka telah di kalahkan.

Alex memeluk erat istrinya yang terlihat rapuh saat ini. Ini juga karna kelalaiannya.

Tapi mengingat bahwa mereka tahu di mana tempat pengawal yang di tugaskan Darel membuat Alex mengernyit, apa ada yang berkhianat di antara pengawalnya?

Alex segera menelfon Dion dan Austin untuk segera pulang, mereka sama terkejutnya

Disaat Alex akan menelfon ayahnya, namun tak jadi karna ayah maupun ibunya sudah di pintu masuk ruangan ya.

Freya yang melihat menantunya menangis mengambil alih Brianna dari Alex, dan tak henti-hentinya mengatakan kalimat penenang.

Karna dia tau sekuat apa pun Brianna dia akan lemah jika itu berurusan dengan keluarganya terutama bungsunya.

"Ayah," panggil Alex.

"Ayah tau, ayah tak akan membiarkan dia tanpa pengawalan. Marna itu ayah menyuruh salah satu orang kepercayaan ayah untuk mengawasi cucuku. Dan yang pasti mereka tak akan tahu karna dia bukan bagian dari mansionmu," ucap William panjang lebar.

"Jadi benar di mansion ada pengkhianat," ucap Alex dingin.

"Ya," balas William.

"Telfon kedua putramu untuk langsung ke mansion, kita akan menjalan kan rencananya. Ayah tau dimana keberadaan Darel," ucap william yang di angguki oleh Alex.

"Ayah juga akan menghukum adikmu karna lalai menjaga keponakannya," lanjutnya.

____________

"Eunghh..."

Darel mengernyit pelan, dia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang mengganggu penglihatannya.

Setelah selesai, Darel melihat sekeliling. Ini bukan kamarnya, namun dia sama sekali tak mengenali tempat ini.

Ruangan ini tak kalah mewah dengan kamar di mansionnya bahkan mungkin sama? Ah lupakan itu, Darel harus segera kabur dari sini.

Namun saat dirinya akan bangun, Darel baru sadar bahwa kaki kirinya di rantai begitu juga tangan kananya. Sedangkan kaki kanan dan tangan kirinya di biarkan saja.

Darel mencoba melepaskan rantai itu tapi sepertinya tak bisa karna rantai ini menggunakan sandi bukan kunci. Arrgghh!Sial!

Saat Darel di sibukkan dengan pikirannya sebuah suara terdengar di pendengarannya.

"Sudah bangun baby boy?"


TBC.

Darel ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang