Pagi harinya Darel bangun karna merasa terusik karena benda di mulutnya dan juga sesuatu yang bertumpu pada perutnya.Membuka netranya, mengerjap pelan menyesuaikan sinar matahari menelisik ke arah pandangannya, Darel melotot tak percaya saat tau bahwa benda yang sedari tadi berada di mulutnya adalah empeng!.
"Anjing!" sontak saja Darel bangun, namun sebelum beranjak dirinya di kejutkan lagi oleh dua orang yang memeluknya dari kedua sisi. Alex dan Brianna merasakan ada pergerakan dari Darel pun bangun laludi hadiahkan oleh Wajah kebingungan bungsu mereka.
"Baby sudah dari tadi bangunnya nak?"tanya Brianna.
"Iya Ehh t-tante. " jawaban Darel membuat alex dan Brianna terkekeh pelan. Jujur saja Darel gugup sekarang, berada di pelukan kedua orang ini atau bisa di bilang mommy dan daddy nya? Dia tak salah dengar bukan tadi malam kedua orang ini memperkenalkan nya begitu, Darel sangat mengantuk tadi malam jadi hanya mendengarkan sayup-sayup saat Alex memperkenalkan semuanya.
Sejujurnya Darel sangat senang saat daddy dan kakaknya menjemputnya, tapi karna ego dia tak mengakuinya, cih dasar tsundere.
Banyak pertanyaan bersarang di kepala Darel, tentang dirinya dan keluarganya. Tapi entahlah, dia tak terlalu mempermasalahkan nya, baginya bertemu keluarganya sudah cukup, biarkan semua mengalir dengan apa adanya.
Meski tampang serampangan gini, Darel tak mau memikirkan hal rumit atau bisa di bilang benci pada hal yang menyusahkan dirinya, meski itu hal sepele. Pikirnya cukup sekarang nanti dan besok, selebihnya jalani saja dengan yang ada seperti sekarang.
"Bukan tante baby, tapi mommy, " ralat Brianna.
"Maaf mommy g- eh ak- eh Darel belum terbiasa," gugup Darel.
Brianna tersenyum maklum. "Tidak apa apa baby, nanti juga terbiasa. " Bukan mommy nya tapi daddy-nya yang menjawab. "Sekarang mandi, setelah itu kita sarapan ke bawah. Sepertinya yang lain menunggu atau kamu mau daddy mandikan, " lanjutnya.
Kata terakhir Alex membuat Darel bergidik ngeri. Apa katanya? di mandikan? yang benar saja, dirinya langsung saja beranjak keluar namun terhenti. "Errr dad, dimana kamar mandinya?" tanya Darel, wajahnya merah menahan malu membuat keduanya menahan tawa dan gemas secara bersamaan, Alex menunjuk pada sebuah pintu di kamar miliknya, melihat itu Darel langsung menuju kesana.
Brianna beranjak dari kasur sementara Alex sudah keluar beberapa saat lalu, dirinya harus mempersiapkan keperluan putranya karna mengingat putranya langsung ke kamar mandi. Brianna bersyukur putra nya kembali padanya, pada keluarganya. Juga berterimakasih pada Tuhan mengabulkan permintaannya mempertemukan dengan Darel, putra bungsu mungilnya.
Sementara di kamar mandi darel mengingat sepertinya dia melupakan sesuatu dan setelah berpikir keras dirinya ingat-.
BAGAIMANA BISA DIRINYA NGEMUT EMPENG WAKTU TIDUR!!????.
***
Semua nya telah siap di meja makan, hanya tinggal menunggu Darel yang masih belom datang."Sayang baby mana?" tanya Alex pada Brianna.
"Kurasa dia sudah selesai dengan poop nya. " Yah memang benar setelah mandi Brianna menunggu Darel selesai dan memakaikan baju untuknya, meski awalnya sempat menolak. Setelah semua siap, tiba tiba Darel kebelet poop awalnya Brianna ingin menunggu namun Darel menolak.
"Aku akan memeriks-"belum sempat Brianna berdiri, mereka di kejutkan dengan suara Darel yang menggelegar.
"AWW!!"
Sontak saja mereka semua lari ke kamar Darel takut terjadi apa apa pada bungsu mereka.
Sementara 10 menit sebelumnya.
Darel memang sudah siap dengan pakaian yang apik melekat pada tubuhnya, perutnya juga lega. Tapi dia sedang kesal sekarang tadi dia bertanya pada mommy nya tentang empeng itu dan benar saja, kalo itu kelakuan mommy nya.
Bahkan tadi, sebelum Darel memakai baju, dia lebih dulu dibaluri minyak telon, entahlah dirinya tak mengerti di baluri apa saja tadi. Awalnya Darel menolak tapi melihat tatapan sedih mommy nya Darel langsung saja berbaring agar Brianna bisa leluasa dengan kegiatannya.
Tapi karna sudah jengah Darel meminta -alasan- ingin ke kamar mandi untuk poop, setelah Brianna keluar barulah Darel keluar dari kamar mandi. Darel masih di kamar Alex, setelah dilihat lihat Darel takjup dengan kamar daddy-nya, luas, simple namun elegan.
Netra nya berhenti pada ranjang empuk yang menjadi tempat tidurnya tadi pagi. Menaiki ranjang dan melompat lompat kegirangan kasur nya begitu empuk Darel tak tahan untuk tak melompat.
Setelah beberapa menit kemudian, serasa dirinya lelah, Darel berjalan untuk turun dari ranjang, Darel ingat bahwa dia di tunggu oleh keluarganya untuk sarapan.Namun sebelum dirinya turun kakinya tak sengaja melilit selimut yang membuat Darel limbung dan boom dahinyaa terbentur ujung ranjang yang membuat dirinya memekik kesakitan.
"AWW!!"
"Bngsat sakit banget! siapa sih yang naro ranjang disini, benjol kan dahi gw. ga jadi tampan dah kalo gini!" gerutu Darel ga jelas sambil memegang dahinya.
Saat sibuk dengan dahinya, Darel mendengar derap langkah seseorang seperti sedang berlari dan-
Brukk!!
"Baby ada apa!?"tanya Alex khawatir mendapati putranya tergeletak di samping ranjang memegang dahi.
"Uhh jatoh dad." Alex mengangkat dan mendudukkan Darel di samping ranjang untuk melihat putranya dan benar saja dia melihat dahi putranya merah dan benjol.
"Dion panggil Marvin kesini!" suruh Alex pada di Dion yang di angguki olehnya.
Marvin adalah dokter sekaligus adik bungsu Alex yang berprofesi dokter pribadi keluarganya.
"Marvin siapa dad?"tanya nya pada Alex.
"Dia dokter sekaligus adik bungsu daddy dan om kamu baby."
"Oh? Tapi siapa yang sakit dad, kenapa om Marvin disuruh kesini ?"
"Ya kamu lah. lihat dahimu merah." ucapan Alex membuat Darel melotot tak percaya, apa katanya dokter? Dokter berserta alatnya yang sialan itu? Oh Tuhan.. Spesies itu adalah musuh Darel.
"Dad ini ga sakit sungguh, hanya benjol. Besok udah enggak lagi. Jangan panggil dokter yah, "rayu Darel.sungguh dirinya tak ingin berurusan dengan dokter meski sekarang kepalanya terasa berat dan pusing.
"Enggak, Marvin tetap kesini, "kekeh Alex.
"Mom, "rengek Darel memanggil mommy nya.
"Gak papa sayang cuma di periksa doang kok. kami ga mau kamu kenapa napa okay, "ucap Brianna lembut. dirinya mengerti bahwa putranya takut pada dokter.
"Hee apa mungkin cucu oma ini takut pada suntikan, " goda Freya.
"K-kata siapa Darel berani kok!"jawab lantang Darel meski pada awalnya dirinya mengatakan dengan gugup.
Semua yang ada disana terkekeh pelan dengan jawaban Darel. bukan hanya Brianna mereka juga cukup peka dengan Darel yang takut pada seorang dokter.
Marvin datang bersama Dion, dia langsung ke arah Darel. Darel yang melihat Marvin berjalan kearahnya langsung beranjak ke seberang ranjang dan menatap Marvin dengan aura permusuhan.
"Loh padahal baru saja ketemu kok malah menghindar, kemari dan peluk om mu?" ujar Marvin.
"Gak!"
"Eh kok, " ujar Marvin bingung kenapa keponakannya menatap dirinya dengan aura permusuhan? Ini pertama kalinya bertemu bukan?
Melihat Marvin kebingungan Freya mendekatinya dan membisikkan sesuatu.
"Hee ternyata ponakan om ini takut pada om ya?"goda Marvin.
"Siapa yang takut? enggak tuh!" jawab Darel, dia menatap Marvin tak suka.
"Kalo gitu sini, tak mau pelukan dengan om mu yang tampan ini" ucap Marvin yang membuat semua orang yang berada disana mendengus mendengar perkataannya.
"GA!" Darel yang berancang-ancang untuk kabur, tetapi tak bisa karna kepalanya berdenyut sakit dan terasa berat, Darel juga serasa tubuhnya lemas pandangannya menggelap dan Darel pingsan.
"DARELL!!!"