"Bagaimana ini bisa terjadi, Alex?" tanya Brianna pada suaminya.
"Aku sudah menyelidikinya sayang," jawab Alex.
"Aku ga mau tau, Alex. Siapa pun yang berani melukai baby ku dia harus di hukum berat," ucap Brianna dengan nada dingin.
Dia sangat benci saat orang tersayangnya di lukai apalagi ini menyangkut Darel, entah putranya yang salah atau tidak dia bahkan tak peduli jika Darel membunuh atau menyiksa seseorang. Dia yakini bahwa dia akan di pihak putranya.
Meski Brianna yakin bahwa putranya ini masih sangat polos meski dirinya terlihat sangar dan berandalan, melihat nyamuk mati saja sudah murung, bagaimana bisa dengan manusia.
"Aku sudah pastikan dia menderita mom, kau tenang saja," ucap Dion pasti.
"Bagus kalau begitu, jadi mommy tidak perlu turun tangan untuk tak menyiksa bedebah yang melukai baby ku," ucap Brianna dingin.
Sedangkan yang lain hanya memaklumi, Dion maupun Austin sudah sangat hafal dengan sikap mommy nya ini bahkan jika di bilang dari pada mereka berdua Brianna jauh lebih kejam.
Engh...
Semua melihat ke arah brankar dimana Darel berbaring, mereka melihat Darel yang sudah sadar.
Darel perlahan membuka matanya, bau khas obat obatan tercium di pangkal hidung nya. Darel mengernyit pelan melihat sekeliling. Di sana Darel juga melihat ada keluarganya.
"Hey, sudah sadar baby?" tanya Brianna lembut.
"Mom, haus," ujar Darel lirih.
Brianna mengambil air putih yang berada di nakas dan meminumkannya pada Darel. Darel melihat ke arah tangan kirinya, dia melotot tak percaya. Tak heran sedari tadi dia merasa tangannya kebas.
"Loh kok Darel di infus sih mom!" seru Darel.
"Kamu butuh di infus baby, anggap itu hukuman karna sifat jahil kamu itu," jawab Alex santai. Darel yang mendengar itu memandang tajam Alex, dan sialnya bukan takut Alex malah terkekeh gemas dengan putra bungsunya ini.
"Ish kok gitu, liat mom, daddy nakal," adu nya pada Brianna.
"Yah gimana dong sayang, kamu memang jahil dan nakal." Jawaban Brianna membuat Darel mendnegus kesal, mommy memihak sang Daddy.
"Ck, kak lepasin dong," pinta Darel pada kedua kakaknya. Bukannya Nolong bahkan mereka memalingkan muka, Darel mendengus pelan.
Karna tak berhasil merayu keluarganya, Darel melengkungkan bibir nya ke bawah, dengan mata bercaka-kaca tanda ingin menangis menatap keluarganya.
Sedang kan yang di tatap Darel sedang menahan gemas.
"Hiks, dad lepas dong, sakit nih!" pinta Darel sembari terisak.
"Sstt, udah jangan nangis," ucap Alex menenangkan, sambil curi-curi kecupan di pipi darel.
"Ya lagian lukanya di wajah, lebamnya juga di wajah kenapa larinya malah ke infus!" seru Darel kesal.
"Gak papa sekalian Vitamin kamu biar makin sehat," balas Brianna.
"Ye, dikira gila apa."
"Mommy lepas hikss, lihat tangan darel kebas hikss tangan Darel nyut-nyut gitu hikss," rengek Darel pada mommy nya, ga ada cara lain dia harus merengek seperti ini, yah meski kedengerannya geli-geli gimana gitu.
Brianna yang melihat rengekan putra bungsunya di buat gemas ingin sekali mencubit pipi gembul itu, tapi nanti baby nya pasti tambah marah dan tak mau berbicara padanya.