Darel sudah sembuh total. Memar-memar nya sudah hilang. saat ini Darel sedang di jalan menuju perusahaan milik sang kakak keduanya, Austin, diantar sopir pribadi.
Dia menatap Bangunan yang menjulang tinggi ke atas, atau yang orang biasa sebut kantor perusahaaan. Yaps Darel berada di kantor milik Austin.
Jalan-jalan yang di maksud oleh Austin adalah Kantor? Yang benar saja, apa Darel harus mengajari kakaknya supaya tau mana tempat untuk jalan-jalan, dan mana tempat untuk bekerja.
Mendengus pelan karna Darel sendirian. Jika bertanya Austin tadi pagi, dia terpaksa berangkat dulu karna harus segera menyelesaikan dokumen nya.
Karna dia sudah janji dengan Darel akan mengajak adiknya itu jalan-jalan. Tapi sebelum itu Austin menyuruh adiknya untuk pergi ke kantor nya terlebih Dahulu.
Sesampai di parkiran Darel menyuruh sopir itu untuk pulang duluan.
Dan di sini lah sekarang, di pintu masuk yang dijaga dua satpam. Darel berjalan ke dalam, namun langkahnya terhenti saat satpam itu menghentikannya.
"Ada yang bisa saya bantu, Anak muda?" tanya salah satu satpam itu.
"Oh, gue mau ketemu kakak," jawab Darel seadanya membuat kedua satpam itu mengernyit.
"Kakak? Siapa namanya, anak muda? Biar kami panggilkan."
"Kak Austin." Membuat kedua satpam itu kaget, nama tuan besar mereka disebut.
"Maaf anak muda di sini bukan tempat untuk main, lebih baik anda segera pergi dari sini," ucap salah satu satpam yang membuat Darel kesal. Sial, kenapa tadi dia bisa lupa membawa hanphonenya.
Dengan kesal Darel nerobos masuk ke dalam mengabaikan teriakan kedua satpam tadi.
"Hey apa-apaan kamu!" teriak seorang wanita yang diyakini karyawan perusahaan ini. Darel mendengus.
"Apa?" tanya Darel malas.
"Disini bukan tempat untuk bermain jadi silahkan keluar secara baik- baik, atau saya panggilkan satpam," ucap wanita itu.
"Apaan sih, gue cuma mau ketemu kakak, susah amat keknya," acuh Darel mengabaikan ucapan Wanita itu. Membuatnya kesal bukan main.
"Satpam!" teriaknya memanggil satpam.
Darel menatap wanita itu dari atas sampai bawah, make up menor baju kekurangan bahan. Huh, dia ini mau bekerja atau apa. Darel melihat di name tag nya disana tertulis nama Yona apalah itu.
"Kakak juga kalo mau jadi jalang jangan di sini, pergi sana ke club malam," ketus Darel yang membuat mereka yang mendengar ucapannya tertawa. Sedangkan Yona memerah menahan malu.
'Plak!'
Darel sedikit terkejut dirinya ditampar. Dia meringis pelan, memang benar lebam sebelumnya sudah hilang bahkan bekas nya, namun sakit nya masih terasa apalagi dengan tamparan wanita di depannya.
Yona tersenyum remeh melihat Darel meringis. dengan cekatan Darel menampar balik yona dengan keras yang membuat sudut bibir Yona luka.
"Dasar jalang!" umpat Darel. Semua yang melihat itu terkejut melihat kejadian di depan mereka.
"Sialan kamu! Bera—" ucapan Yona berhenti.
"Ada apa ini?" Suara tegas Austin mengalihkan perhatian mereka.
Darel yang melihat kedatangan Austin menyeringai, dia langsung saja menunduk sambil terisak dengan air mata buayanya.
Austin yang melihat Darel hanya menunduk dengan bahu bergetar mengernyit, apakah adiknya menangis. Austin langsung menghampiri Darel dan menangkup kedua pipinya.
Di lihatnya mata Darel yang berkaca-kaca bibir yang melengkung ke bawah dan hidung yang merah serta pipi gembul nya, betapa menggemaskan adiknya.
Tapi rasa gemas itu berubah menjadi rasa amarah saat melihat pipi Darel yang memerah. Austin langsung menatap karyawannya datar.
"Siapa yang menampar dia?" tanya Austin dengan nada rendah. Entah mengapa aura di ruangan ini menjadi mencekam.
Merasa tak mendengar jawaban Austin bertanya lagi. "SIAPA YANG MELAKUKAN INI PADA ADIKKU?!"
Mereka semua kaget termasuk Yona. Apa tadi? Adik? Jadi anak yang di tampar tadi adalah adik dari bos nya? Mampus lah, pikirnya.
"SIAPA!" Bentakan itu membuat semua yang di sana bergidik ngeri.
"Y-Yona tuan," ucap salah satu karyawan di sana. Austin langsung menoleh pada Yona.
"Bawa dia dan pastikan dia menyesal atas apa yang di perbuatnya, atau kalian yang akan ku buat menyesal. Dan kalian semua bubar!" titah Austin pada pengawal yang ada di belakangnya. Yona yang mendengar itu mencoba meminta maaf tapi Austin tak menggubrisnya.
Sementara Darel menyeringai.
"Apakah sakit?" tanya Austin pada Darel sambil mengusap pelan bekas tamparan itu. Darel menggeleng pelan, jujur saja ini sakit tapi dia tak mau kakaknya tau.
Sementara Austin yang melihat gerak-gerik Darel, Austin menekan area itu.
"Shhh ishh sakit oyy," ucap spontan Darel yang membuat dirinya melotot. Duhh mulutnya ini tak bisa di rem.
"Kau tak pandai berbohong baby." Setelah mengucap Austin membawa Darel ke Ruangannya.
TBC.