"Giovani Bagaskara. Dia yang menculik cucuku. Dia juga lah yang menjadi penculik Darel beberapa tahun silam," jelas William.
Alex mengeram marah, dia merasa gagal menjadi ayah, karna lagi-lagi bungsunya kembali di culik dan itu oleh orang yang sama. Dan orang itu adalah musuh Alex.
"Jika seperti itu, kenapa bisa baby ku berada di panti asuhan ayah?" tanya Brianna.
"Itu karna salah satu bawahan Gio berkhianat, dia tak bisa mencari keberadaan Darel karna Darel pindah dari tangan ke tangan," balas William.
"Dan setelah di temukan siapa yang terakhir mengambil Darel, orang itu ditemukan tewas di sebuah hutan belantara," lanjutnya.
"Jadi, karna itu bahkan kita tak bisa mencarinya," ujar Austin sementara Dion hanya menyimak karna jujur fikiran nya jatuh pada adik bungsunya.
"Ya."
"Sayang, kita harus segera menyelamatkan cucu kita, Aku tak mau dia terluka," ujar Freya lirih.
"Kamu tenang saja, Gio tak akan menyakiti Darel karna dia menyayanginya," balas William dan mengelus punggung sang istri.
"Bagaimana ayah bisa begitu yakin bahwa si brengsek itu tak akan menyakiti putraku!" ucap Brianna dengan sedikit tekanan.
"Sayang, tenanglah," ujar Alex menenangkan.
"Bagaimana aku bisa tenang Alex, disaat aku bahkan tak tau dimana keberadaan putraku," lirih Brianna.
"Percayalah pada ayah, Gio menyayangi Darel sebagaimana keluarga ini menyayangi nya, karna dia pernah mengalami tragedi yang terjadi pada istrinya. Dan anak yang berada di dalam kandungan sang istri, meninggal karna sebuah kecelakaan," ucap William.
"Setelah dia mendengar kabar itu, tepat di rumah sakit yang sama dimana Darel dilahirkan, karna sedang frustrasi Gio menculik Darel pada saat itu," lanjutnya.
"Jadi bagaimana rencana kita ayah?" tanya Brianna tak sabar karna jujur dia sangat khawatir pada sang putra.
"Gampang," ucap William tenang
"Apa maksud ayah?" tanya Alex penasaran. Bukan hanya dirinya, yang lain juga penasaran dan mengernyit heran
"Kita hanya perlu menyerangnya dari depan," ucap William tenang, membuat yang lain menganga tak percaya dengan ucapan pak tua di hadapan mereka ini.
Freya hanya menghela nafas, beginilah suaminya, Alex dan yang lainnya tau jika kakek tua itu gila tapi dia baru tau bahwa dia benar benar tak waras.
Mereka fikir William mempunyai rencana yang brilian ataupun rencana yang sudah di rencana kan secara matang, tapi apa rencananya hanyalah menyerang dari depan? Bukankah bunuh diri namanya, batin mereka.
__________
Sementara di lain tempat, pemuda manis yang di khawatirkan malah duduk manis di meja makan.
"Om siapa yah" tanya Darel yang sedang memakan makanannya.
"Nama om Giovani Bagaskara, kamu bisa memanggil Ku papa," ujar Gio.
"Hee, tapikan om bukan ayah gue," balas Darel.
"Tak apa, kamu cukup memanggilku papa, baby," ucap Gio.
Darel awalnya mengernyit heran tapi kemudian mengangkat bahu acuh dan kembali fokus pada makanannya, Gio terkekeh pelan.
"Kamu tau?"
"Ga tau o- eh maksudnya pa," ucap Darel sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Makanya dengerin dulu, anak nakal." Gio menyentil gemas hidung mungil Darel.
Setelahnya Gio menceritakan kejadian sewaktu Darel masih bayi, penculikan yang di lakukan olehnya dan kematian istri dan calon anaknya.
Awalnya Darel ingin marah karna orang yang ada di depannya ini yang menjadi pemicu dirinya jauh dari keluarganya.
Tapi setelah mendengar cerita selanjutnya, Darel malah kasihan dengannya, karena pasti saat itu dia sangat frustrasi.
"Sabar ya om, orang sabar banyak ayamnya," ucap Darel menatap Gio .
Gio tersenyum dan mengusak rambut Darel, namun ucapan Darel selanjutnya membuat ujung bibir Gio berkedut.
"Asal beli tapi," ucap Darel polos.
Sabar Gio, sabar. Darel adalah anak yang manis dan baik dia juga lucu kok, sabar, sabar, Darel anak yang manis, batin Gio.
"Tapi kenapa kamu tak panik saat tau sedang diculik?" tanya Gio penasaran. Jujur bukankah saat sedang di culik orang akan panik dan ketakutan?
Tapi beda dengan Darel yang langsung meminta makan dan tak lupa juga meminta minuman berupa jus, katanya dia sangat lapar dan juga haus karna kelamaan berdiri menunggu jemputan daddynya.
Setelahnya Darel meminta Gio melepaskan rantainya, karna Darel meminta akan makan di meja makan.
Dengan wajah dungu Gio malah menuruti permintaan Darel.
"Gimana mau panik orang tempatnya mewah kok," balas Darel dengan wajah tak berdosa.
"Kan setau gue kalo orang di culik itu di tarok di gudang terbengkalai yang banyak kecoa sama tikusnya, lah gue malah di tarok di kamar mewah," lanjutnya.
Gio terkekeh mendengar ucapan Darel, mana mungkin dia akan menempatkan dia di tempat menjijikkan itu. Dia sangat menyanyi Darel entah kenapa.
Jika dulu dia tau bahwa salah satu bawahannya berkhianat dan membawa pergi Darel, mungkin dia akan bahagia bersama Darel dari dulu.
Kenapa Gio tau bahwa Darel sudah di temukan dan berada di kediaman William, karna dia menaruh mata mata di antara bawahan Alex.
Gio kesal karna keluarga itu duluan yang menemukan Darel, bukan dirinya.
"Baiklah baby, saatnya tidur sekarang," ujar Gio setelah melihat jam menunjukkan angka 20:30.
"Ish, gue masih mau makan lah, lagian ini masih jam berapa, ga mau ah," balas Darel tak terima.
"Bukankah kamu sudah terlalu banyak makan cemilan, kamu mau nanti sakit perut, hm?" ujar Gio. "Dan lagi, jangan memakai kata lo-gue saat sedang bersama papa, mengerti?" lanjutnya.
"Sekarang waktunya tidur," ucap Gio lalu mengangkat tubuh Darel ke dalam gendonganya.
"Oy turunin gue!" Darel terus saja memberontak di gendongan Gio, tapi Gio tetap menggendong Darel.
Darel heran, gak di mansion daddynya ga di sini selalu saja di perlakukan seperti anak kecil. Tubuhnya ga terlalu kecil kok. Wajahnya tampan oke, tapi dia di suruh tidur tidak lebih dari jam 9 malam, dia juga di gendong. Hellow, dikira Darel itu anak gadis apa.
Dia sering menolak dan memberontak tapi rupanya orang yang di sekitar Darel selalu saja memaksa.
TBC.