Darel menatap dirinya di cermin setelah dirinya selesai dengan ritual mandinya.
"Wahh, ga bisa di pungkiri gue emang cakep dari lahir," ucap Darel narsis. Dia tak bohong kan, bahwa Darel memang tampan. Yah meski sedikit menjurus ke imut kata orang terdekatnya.
Darel tak menampik hal itu, dirinya memang imut uhuk eh tampan, dengan rambut tebal, bulu mata yang lentik, hidung yang kecil tapi mancung, pipi tembam, serta bibir plum meski sedikit kesal dan merasa iri pada kakaknya yang bertubuh gagah dan berwajah tampan.
Hari ini adalah hari bebas Darel, setelah sebulan tersiksa dengan diam di dalam kamar, bahkan keluar kamar saja tak boleh. Pemandangan luar saja tidak ada.
Bayangkan, satu bulan di dalam kamar tanpa boleh ke manapun? Bukankah dirinya sudah seperti tawanan?
Ahh, tak apa, hari ini dirinya bebas. Darel keluar dari kamarnya, melangkah ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya dengan senyuman yang tak luntur di wajah Darel.
"Pagi semuanya!" sapa Darel dengan sedikit berteriak, mengundang tatapan tajam dari semua orang berwajah datar yang ada di depannya.
"Mau ku suruh Marvin ke sini untuk mengecek tenggorakanmu, baby?" ucap Brianna dingin, membuat Darel bergidik.
Dan yang di lakukan Darel malah nyengir. Duh, entah apa lah setan yang merasuki mereka, kenapa wajahnya pada datar. Bahkan mommy nya yang biasanya lemah lembut jadi datar juga.
Darel berjalan mendekat dan duduk di sebelah Brianna, melihat menu sarapan, Darel langsung merengut.
"Kenapa?" tanya Alex.
"Duh, ganti dong menu sarapan Darel. Kenapa bubur terus?"
"Makan saja baby, jangan mengeluh," ucap Brianna dan mengelus rambut tebal Darel.
"Ck, iya." Dengan enggan Darel memakan bubur lembek itu.
____________
Saat ini Darel tengah menonton TV. Dia sungguh bosan, hari ini adalah hari bebasnya tetapi kenapa hanya diam di depan TV. Kh astaga, ga ada gitu yang mau ngajak dirinya jalan-jalan.
Darel bosan, sekarang sudah 2 jam dan dirinya hanya diam di depan TV. Bahkan mommy, daddy dan kakaknya tak menampakkan batang hidung mereka, mau manggil dia malas bicara saking magernya.
Dan sekarang Darel sedang berguling-guling di bawah sofa. untung saja ada karpet bulu yang nyaman, jadi tak perlu khawatir tubuhnya bersentuhan dengan keramik dingin.
Alex dan Dion yang baru selesai dengan berkas perusahaan melihat Darel yang uring-uringan di depan TV, menatap heran kelakuan adik mereka.
Mereka menghampiri Darel dan terkejut melihat Darel menatap mereka datar.
"Bagus, hari ini aku bebas bukannya di ajak jalan malah pada sibuk sendiri, bagus," sarkas Darel.
"Kami memang sibuk baby." Jawaban Austin membuat Darel memutar bola matanya bosan. Dia kesal dengan orang di rumah ini. Kerja terus diurusin, heran.
"Hey baby, kenapa?" tanya Alex.
"Biasa dad, merajuk karna tak di temani," ucap Dion.
"Oik, siapa yang merajuk, ha?!" seru Darel tak terima.
"Maaf kan daddy karna tak bisa menemanimu," sesal Alex. Dia lupa menemani putra bungsunya karna ada hal mendesak.
"Ck, tau lah," kesal Darel dan berniat pergi dari sana tapi di tahan oleh Alex yang malah langsung menggendong Darel.