9

677 83 15
                                    

Disetiap langkahnya Baekhyun berpikir, apa semuanya akan berubah bila dirinya mengatakan bahwa ia juga tengah mengandung? Apa jika ia mengatakan pada malam itu Chanyeol akan mencegahnya pergi?

Baekhyun ingat dengan apa yang Chanyeol katakan pada kedua orang tua pria bermarga Park itu hingga menyetujui pernikahan mereka berdua walau dengan berat hati. "Nenek. Dia adalah orang yang sudah menyelamatkan Nenek."
Dan tiga hari yang lalu ia baru mengetahui maksud dari kata-kata tersebut setelah membaca sebuah surat pengadilan lain yang datang bersama dengan surat perceraian yang ia inginkan.

Surat yang berisi kuasa bahwa dirinya berhak atas seluruh harta milik Park Myungjang, Nenek mertuanya yang telah tiada dua tahun sebelum mereka menikah. Disurat tersebut hanya tertulis namanya saja, dan tidak ada satupun nama anggota keluarga Park Chanyeol sang suami. Mungkin hal itulah yang menjadi alasan kenapa seorang pria tinggi dengan ciri khas luka bekas jahitan di alis kanannya tersebut berhenti menghadangnya yang hendak menaiki bus.

"Silahkan ikut dengan saya." Ucap pria tinggi tersebut yang mengenakan setelan jas lengkap membungkuk hormat disamping pintu mobil dibelakang kemudi yang dibukanya setelah mengatakan bahwa sang suamilah yang mengirimnya untuk menjemput untuk membahas surat kuasa warisan yang ia terima.

Baekhyun merasa sedikit ragu untuk menyetujui permintaan tersebut. Namun, ia juga merasa hal ini memang harus mereka bicarakan sebab kenapa dirinya bisa mendapatkan harta keluarga sang suami disaat ia ingin mengakhiri hubungan antara mereka.

"Bisakah Anda menunggu sebentar? Saya harus memberitahu ibu saya terlebih dahulu." Pinta pria bermarga Byun itu setelah memeriksa jam tangan miliknya yang menunjukkan jam makan siang telah berlalu sepuluh menit, dan itu artinya sang ibu mungkin tengah gelisah di rumah karena dirinya terlambat pulang dari waktu yang dijanjikan. 'Aku terlalu lama mengobrol dengan Bibi Jung.'

"Tuan bisa menghubunginya di mobil." Ujar orang itu yang entah mengapa sesekali melirik ke arah perutnya yang tertutupi mantel.

"Tapi saya-

"Tuan Baekhyun!"

Perkataan penolakan Baekhyun atas tawaran pria didepannya terhenti saat dirinya mendengar Bibi Jung berteriak memanggil namanya dari arah belakang. Namun, saat dirinya hendak berbalik...

"Hhhmmphh?!!!" Tiba-tiba sebuah handuk tebal menutupi hidung, dan mulutnya hingga dirinya tidak bisa bernafas. Yang tercium hanyalah aroma menyengat obat dari handuk tersebut hingga dirinya pusing dan semua pandangannya menjadi berkunang.

.

.

.

Brak...

"Hei! Kau selalu saja menakuti pasienku!" Ujar seseorang setelah menutup pintu ruangan bertuliskan 'Dokter Kim Minseok' dengan kasar pada Luhan yang tampak duduk tenang di sofa tamu ruangan dengan bau obat yang menyengat tersebut.

"Itu berarti kau tidak mengobati mereka dengan baik." Luhan berpaling, mengalihkan tatapannya dari kaca jendela tertutupi gorden putih tipis didepannya yang menampakkan keadaan di luar ruangan tersebut sangat kacau. Beberapa perawat entah itu pria atau pun wanita berlarian menuntut juga memengangi orang-orang yang mengenakan pakaian tidur bertuliskan 'Rumah sakit jiwa Gonjiam'.

Satu-satunya Rumah sakit jiwa yang terletak di pinggiran kota Incheon, dan pria berjas dokter atau lebih dikenal sebagai snelli yang masih berdiri di depan pintu itu adalah tidak lain pemilik ruangan ini, Dokter Kim Minseok dan Luhan selalu memanggil dokter tersebut dengan nama pria tersebut sebelum menikah. Dan kekacauan seperti pagi ini sudah bisa terjadi setiap pria kelahiran China tersebut datang ke rumah sakit ini.

Painkiller (Chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang