Yuan Shanshan, wanita kelahiran Xiangyang, Tiongkok tersebut kembali ke Seoul secepat mungkin ketika mendapat kabar Park Chanyeol sang suami kembali dari perjalanan bisnisnya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ibu satu anak itu pun bahkan pergi begitu saja meninggalkan pria bernama Jiang Chao yang memaksanya tinggal bersama di sebuah hotel pinggiran kota Seoul selama perjalanan bisnis sang suami.
Awalnya ia ingin langsung kembali ke rumah. Namun, saat mendapatkan telpon dari kepala pelayan rumah yang mengatakan Chanyeol sudah berangkat ke perusahaan. Shanshan memacu mobilnya secepat mungkin menuju sekolah sang anak, Park Changyi yang searah dengan jalan menuju perusahaan Loey-Yn, waktu saat memang sangat tepat. Setelah menjemput sang putra, wanita yang sekarang bermarga Park itu berencana untuk makan siang bersama selayaknya keluarga kecil yang bahagia. Namun, mungkin rencananya akan berubah atau berakhir gagal detik ini akibat wanita yang sekarang berdiri didepannya.
"Annyeonghaseyo, Xi Lihua imnida."
"K... Kau?!" Shanshan terpaku di tempatnya ketika wanita yang menjadi sekretaris baru Chanyeol suaminya mengangkat kepala, dan tersenyum kearahnya. Pupil matanya bergetar hebat menatap wajah wanita bernama Xi Lihua tersebut, dan seketika dirinya meraih sang putra kedalam gendongannya setelah menunjuk wanita didepannya dengan suara yang tercetak.
Orang itu...
"K... Kau?! Bukankah... Kau sudah menjadi abu?!!" Teriak Shanshan melangkah mundur dengan kaku sambil mendekap erat putranya. Keringat dingin mulai muncul bersamaan dengan wajahnya yang berubah pucat, dan teriakan yang dilakukannya tadi mengundang karyawan-karyawan perusahaan yang bekerja di lantai ruangan-ruangan penting perusahaan ini.
"Sayang, tenanglah!" Pinta Chanyeol berusaha meraih tubuh istrinya terus melangkah mundur hingga punggung itu membentur pintu ruangan kerjanya.
Orang-orang yang berkerumun di sekitar mereka semakin banyak dengan suara bisikan diantara mereka yang menanyakan 'Apa yang tengah terjadi?' Atau 'Ada apa dengan Nyonya Park?'.
"Hiks... Eomma, ada apa? Kenapa kau seperti melihat hantu?"
.
.
.
Luhan adalah adik angkatnya atau lebih tepatnya dirinya dulu adalah anak angkat keluarga Xi. Ya, dulu sebelum dirinya memutuskan menikah dengan seorang pria Korea layaknya seperti Luhan bernama Kim Jongdae 8 tahun yang lalu, dan dari pernikahannya tersebutlah Minseok mengubah namanya yang semula Xi Xiumin menjadi Kim Minseok dengan alasan menyesuaikan diri dengan suaminya Jongdae.
Sebelum diangkat sebagai anak dalam keluarga Hakim Agung Rakyat Beijing, Minseok hanya salah satu anak pantai asuhan di kota kecil provinsi Yunnan bernama Heshun. Bagian barat yang sekarang dianggap sebagai salah satu desa yang paling menawan di China. Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena Heshun Town terletak di antara bukit-bukit berhutan dan namanya berarti damai dan harmonis. Kota Heshun terkenal dengan arsitektur kuno yang terpelihara dengan baik, dengan rumah-rumah batu dengan atap genteng yang tampak lebih mirip museum daripada rumah. Ada jalur sempit yang membentang di antara rumah-rumah yang padat.
"Ini adalah benzodiazepine." Ujar Minseok meletakkan secarik kertas hasil uji laboratorium dan sebuah kantong plastik klip berisi serbuk berwarna putih ke atas meja tamu ruangan kerjanya yang hingga pukul 12 siang ini masih terdapat Luhan sang adik.
Minseok sudah menyarankan pria yang lebih muda satu bulan darinya ini untuk pulang, dan dirinya akan memberitahukan hasil penelitian laboratorium obat yang dibawanya melalui telepon. Namun, pria kelahiran Beijing ini bersikeras untuk tinggal yang mengakibatkan seluruh pasien rumah sakit jiwanya dimasukkan ke dalam kamar mereka.
"Obat ini tidak berbahaya jika dalam dosis normal, dan juga diawasi dokter. Namun, PTSD yang adikmu, Xi Lihua miliki sangat berat."
PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. Peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD antara lain perang, kecelakaan, bencana alam, pelecehan seksual, dan lain-lain. Waktu kemunculannya bisa beberapa bulan atau beberapa tahun setelah kejadian traumatis tersebut. Tingkat keparahan dan lamanya gejala juga berbeda-beda pada tiap penderita. Meski demikian, tidak semua orang yang teringat pada kejadian traumatis berarti terserang PTSD. Ada kriteria khusus yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang mengalami PTSD.
Tetapi Xi Lihua, seseorang yang Luhan jadikan sebagai adiknya itu memiliki gangguan stres pascatrauma yang sangat berat yaitu takut terhadap air. Minseok masih ingat bagaimana anak itu berubah histeris dulu ketika dirinya hanya menyodorkan segelas kecil air, bahkan hanya dengan menatap kantung infus juga berakibat sama saat itu.
"Manusia bisa bertahan hidup tanpa makan hingga tiga minggu. Namun, tanpa minum hanya bisa bertahan selama 4-7 hari, dan itu pun tergantung kondisi masing-masing seseorang."
Minseok juga masih mengingat ucapannya lima tahun yang lalu, dan juga kondisi malang orang yang Luhan tolong tersebut yang berada di ambang kematian untuk kedua kalinya saat itu.
"Layaknya obat antidepresan lainnya yang aku resepkan dulu, benzodiazepine digunakan untuk membantu mengobati berbagai macam gangguan kecemasan kegelisahan, dan panik. Tapi, jika penggunaan obat ini disalahgunakan. Misalnya dicampur dengan dengan opoid, alkohol, atau antidepresan trisiklik, dan juga melebihi batas. Alhasil, efek obat ini bisa fatal ." Ucap Minseok lagi yang sekarang tidak mendapatkan respon sedikitpun dari Luhan karena Minseok sempat melirik sesuatu menarik apa yang suami Oh Sehun itu lihat di layar ponselnya. Yakni halaman berita online China yang memuat berita dokter spesialis kulit dan kelamin yang berjasa membantu para transgender di China, Lay Zhang.
.
.
.
"Bibi Byun... Maafkan aku!"
Byun Jihyo, wanita yang sebentar lagi akan berusia 46 tahun itu terkejut menatap pekerja paruh waktu barunya Hwang Yeji yang tiba-tiba membungkuk di depannya yang tengah menghitung uang di mesin kasir saat ini, dan bukan hanya dirinya. Kyungsoo pun langsung menghentikan pekerjaannya membersihkan meja-meja restauran seusai jam makan siang tadi.
"Yeji-ya, ada apa? Kenapa kau meminta maaf?" Tanya Jihyo bangkit dari duduknya, dan menghampiri Yeji yang berdiri di depan meja kasir. Wanita usia menginjak kepala empat tersebut melirik ke arah Kyungsoo berdiri, mencoba mendapatkan jawaban. Namun, sayang. Hanya gelengan kepalalah yang ia terima karena pria bermarga Do itu juga tidak mengerti dengan situasi saat ini.
"Aku ingin mengundurkan diri, Bibi Byun." Ucap Yeji menjawab yang semakin menundukkan kepalanya sebab dirinya tidak menginginkan hal ini, mengatakan berhenti bekerja begitu saja setelah semua pertolongan yang wanita didepannya berikan. Namun, ucapan yang CEO Tencent, Oh Sehun katakan semalam membuatnya terpaksa melakukan hal ini.
"Aku mendapat tawaran pekerjaan di tempat temanku." Sambung Yeji berbohong.
.
.
Catatan: Komen kalau kalian setuju alur cerita ini semakin aneh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Painkiller (Chanbaek)
Romance"Banyak yang mengatakan bila hatimu sakit karena seseorang obat terampuh adalah memaafkan orang itu Tapi bagiku itu hanya omong kosong belaka. Obat penghilang rasa sakit hatiku ini adalah membuat orang tersebut merasakan... Bahkan lebih buruk dari y...