Seoul, 18 Oktober 2012.
Gelap, itulah yang ia lihat saat dirinya berusaha membuka kedua matanya. Dia bisa merasakan adanya selembar kain yang entah berwarna apa menutupi kedua matanya.
Panik, ya... Itu yang ia alami saat ini. Kegelapan yang menderanya membuat kedua tangannya bergerak untuk melepaskan apa yang menutupi kedua matanya. Tetapi semua itu sia-sia saja. Tangannya, dia tidak bisa menggerakkan kedua tangannya. Seutas tali, ya... Itulah yang ia rasakan saat berusaha menyentuh pergelangan tangannya. 'Apa yang terjadi?!' batinnya menjerit saat dirinya berusaha mencerna apa yang terjadi saat ini.
"Errmpth!!!"
Suaranya, dia tidak bisa bicara dengan benar, dan mengeluarkan suaranya. 'Ada apa ini!' jeritnya lagi dalam hati saat dirinya menyadari bukan hanya matanya yang tertutup, dan tangannya yang terikat. Mulutnya, ya... Mulutnya pun saat ini terasa sangat penuh, dan sulit digerakkan.
"Emmppth!!!" Pekiknya sekeras mungkin. Walaupun ia meyakini tidak akan ada yang mendengar teriakannya. Dalam keadaan gelap ini,ia yakin dirinya seorang diri di tempat yang entah dimana.
Kltak...
Kltak...
Kltak...
"Emmnnhhtt!!!" Suara teriakan tertahannya beradu dengan suara decitan keras kursi yang bergesekan dengan lantai. Meronta sekuat mungkin, hanya itu yang bisa ia lakukan. Walaupun itu semua percuma saja. Tali yang mengikat kedua tangannya menjadi satu, dan tubuhnya pun terikat dengan kursi yang ia duduki sangat kuat, dan sulit dilepaskan sekuat apapun usahanya. Ia juga merasakan perih yang teramat karena perbuatannya sendiri.
Kret...
Brak...
Suara bantingan yang sangat keras ia dengar dari arah belakang. 'Pintu? Seseorang membuka pintu!'
"Errmpth! Mmnpht!!" Ucapnya sambil meronta meminta pertolongan saat dirinya mendengar langkah kaki mendekati dirinya.
"Ne. Aku sudah mendapatkannya" ucap orang yang berjalan mendekatinya dari arah belakang entah pada siapa.
"Eemmpth!"
"Kkk... Anda tidak perlu khawatir soal itu. Aku akan melakukannya serapi mungkin" suara tawa berat ia dengar dari samping kirinya.
"Aarrgmppth!!!"
"Oi! Dia ingin bicara denganmu!" Ucap seorang yang ia yakini adalah pria dengan menarik kencang rambut belakangnya tanpa mebelas kasihan, dan ia dapat merasakan sebuah benda pipih, dan panjang menempel di telinga kirinya.
"Bagaimana? Apa kau sudah puas tidur?"
Deg...
Suara itu, suara seorang wanita yang sangat ia kenal. Seorang wanita yang sudah menghancurkan, dan merebut segala sesuatu dalam hidupnya, semuanya tidak tersisa sedikitpun, dan hanya menyisakan rasa sakit dan perih.
"Eurrmmpht!!!"
"Kkk... Kedengarannya kau suka disana. Ah! Tapi aku sangat yakin kau akan lebih menyukai tempat barumu nanti"
Tcuk...
"Aaarrggmmnppthh!!!" Pekiknya tertahan saat merasakan sesuatu yang tajam menusuk kulit lehernya, dan dapat ia rasakan sesuatu berupa cairan masuk dengan paksa ke dalam tubuhnya.
"Eemmppthh... Hhh... Hhh... Emmppth" jeritnya dengan napas yang tidak teratur saat merasakan sakit dan sesak secara bersamaan di dadanya. Seiring dengan pandangannya yang semakin menggelap, dan telinga yang terasa berdenging.
.
.
.
Hanagae Beach, Incheon, Korea Selatan.
Suara deburan ombak yang keras terdengar saat beradu dengan batu-batu besar di bawah sana memecahkan keheningan sore itu. Ditambah dengan angin laut yang berhembus kencang membuat siapapun betah di pantai pinggiran Korea.
Bruk...
"Hah... Hah... Hah... Akhirnya sampai juga" ucap seorang pria terengah-engah yang saat ini berdiri di pinggir formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal atau biasa disebut dengan nama tebing setelah menjatuhkan sesuatu yang dari pundak kanannya, sebuah karung yang cukup besar.
"Tch... Maafkan aku yang harus melakukan hal ini. Aku harap kau tenang disana"Byur...
.
.
.
5 bulan kemudian.
"Selamat atas pernikahan kalian"
"Ya! Aku iri sekali pada kalian berdua"
"Wow! Kalian sangat serasi!"
Pujian demi pujian, dan ucapan selamat menempuh hidup baru didapatkan oleh dua orang, laki-laki dan perempuan yang baru saja resmi menjadi sepasang suami, dan istri yang sangat serasi.
Rona kebahagiaan terpancar jelas dari setiap senyuman yang mereka berikan pada setiap tamu undangan yang datang mengucapkan selamat. Hingga...
Plak
"Terima ini! Dasar pembunuh!!!" Teriak seorang wanita tua yang saat ini berdiri tidak jauh didepan sepasang suami istri baru itu dengan kedua tangannya yang menggenggam telur ayam, dan siap ia lemparkan seperti tadi.
"Yak! Apa yang kau lakukan!!!"
Plak
Plak
Grep...
"Lepaskan! Lepaskan aku! Minggir! Aku harus membunuh jalang itu! Minggir!" Ronta wanita tua itu saat beberapa orang pria tinggi datang, dan langsung menyeretnya.
"Lepaskan aku! Dia... Dia sudah membunuh putraku! Lepaskan aku! Aku harus membunuhnya!" Teriakan wanita itu yang semakin lama semakin menjauh, dan keadaan pesta yang tadinya ricuh kini sudah berubah normal kembali, seolah tidak terjadi apa-apa, dan jangan lupakan kedua mempelai pengantin yang berjalan keluar dari aula pesta pernikahan untuk berganti pakaian.
Tanpa mereka sadari seseorang sedang berdiri di sudut ruangan dengan matanya yang menatap tajam, dan penuh dendam kedua pasangan itu.
"Mianhae, Eomma... Hiks... Aku tidak bisa kembali saat rasa sakit yang mereka buat belum hilang"
.
.
.
Hai, semua
Sesuai janjiku dulu, setelah cerita Can You Back tamat aku akan publish cerita ini.
Next or No?
Kalian sudah pernah baca cerita yang seperti ini belum?
KAMU SEDANG MEMBACA
Painkiller (Chanbaek)
Romance"Banyak yang mengatakan bila hatimu sakit karena seseorang obat terampuh adalah memaafkan orang itu Tapi bagiku itu hanya omong kosong belaka. Obat penghilang rasa sakit hatiku ini adalah membuat orang tersebut merasakan... Bahkan lebih buruk dari y...