Thank you for reading this story ^^
Don't forget to vote!
Maybe up to 30
(Catatan: Tulisan bercetak miring Flashback)
"Hanya karena seseorang selalu mengalah, bukan berarti ia tak bisa melawan. Akan ada kekuatan yang besar ketika seseorang merasa disudutkan"
.
.
.
"Aku menyukaimu. Apa alasan itu cukup membuatmu yakin menjadi kekasihku?"
Masih Baekhyun ingat dengan jelas. Saat Park Chanyeol, senior dengan tubuh yang tinggi dan memiliki wajah yang sangat tampan berdiri di depannya, dan disaksikan oleh ratusan pasang mata teman sekolahnya sore itu menyatakan perasaan pada dirinya salah satu murid beruntung yang bisa merasakan bangku sekolah ini.
Tatapan ketidak percayaan terlihat jelas dari orang-orang yang mengelilingi mereka berdua saat ini, dan bisikan-bisikan penghinaan terdengar jelas olehnya. Tidak, dirinya tidak menginginkan semua ini karena ia sadar bagaimana posisinya di mata orang-orang ini.
.
.
.
"Bagaimana kabar Chanyeol?" Tertegun. Baekhyun langsung menyadari kebodohannya saat melihat senyum Jung Yoomi, wanita paruh baya yang biasa ia panggil Bibi Jung itu luntur seketika mendengar pertanyaan yang terbiasa ia tanyakan.
Suasana bahagia penuh suka cita yang tadi Baekhyun rasakan karena pertemuan tidak sengaja ini lenyap begitu saja tergantikan dengan kesedihan saat Bibi Jung meraih, dan mengusap tangannya yang berada di atas meja Hollys Coffee tempat mereka berada saat ini. Kegembiraan yang wanita seumuran dengan ibunya itu rasakan adalah alasan mereka berdua duduk di tempat ini dengan secangkir kopi yang wanita itu pesankan untuknya walaupun ia sudah menolak dengan keras. Itu tidak baik untuk janin yang tengah dikandungnya
Memulai perbincangan dengan menanyakan kabar satu sama lain setelah minum pesanan wanita itu tiba hingga tidak setengah jam berlalu mereka duduk di dalam cafe, dan dengan Bibi Jung yang tidak sedikitpun menanyakan permasalahan yang ia derita saat ini. Namun, justru dirinya yang merusak suasana menjadi menyedihkan saat melihat Bibi Jung mengusap sudut mata kirinya dengan cepat.
"Bi... Bibi?" Panggil Baekhyun berusaha memberitahu bahwa wanita paruh baya ini tidak perlu bersikeras menyembunyikan tangis.
Dirinya tidak apa-apa, sungguh.
"Tuan, sampai kapan?" Kerutan segaris sukses tercipta saat tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang baru saja terucap, dan ditambah lagi dengan genggaman tangan mereka terasa semakin erat seolah memberi kekuatan untuk menjawab pertanyaan yang Bibi Jung tanyakan.
"Sampai kapan Anda berencana menyembunyikan kehamilan Anda ini?"
Deg...
"Ba... Bagaimana bisa Bibi?" Ucap Baekhyun terbata karena jantungnya terasa seperti melompat keluar.
Tidak ada...
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kehamilannya, kecuali sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painkiller (Chanbaek)
Roman d'amour"Banyak yang mengatakan bila hatimu sakit karena seseorang obat terampuh adalah memaafkan orang itu Tapi bagiku itu hanya omong kosong belaka. Obat penghilang rasa sakit hatiku ini adalah membuat orang tersebut merasakan... Bahkan lebih buruk dari y...