Byun Baekhyun amat sangat bahagia hari ini. Akhirnya perjuangannya belajar dengan sangat tekun selama satu tahun terbayarkan dengan dirinya yang hari ini diterima oleh sekolah internasional tingkat akhir nomor satu di Korea Selatan, Yongsan Internasional School of Seoul yang terletak di tengah padatnya kota Seoul."Ah, benar." Remaja Byun yang berusia 15 tahun itu tiba-tiba menghentikan langkahnya yang baru berjalan beberapa langkah di sepanjang trotoar setelah berjalan cukup meninggalkan gerbang besar sekolahnya nanti. Dirinya baru teringat jika belum memberitahukan kabar gembira ini pada ibunya di rumah, tepatnya di Bucheon.
Ya, bisa dibilang Baekhyun adalah anak yang cukup berani. Pergi ke kota besar seperti Seoul seorang diri dengan menempuh perjalanan sejauh 20 km menggunakan bus, dan hari ini Baekhyun harus berangkat pagi-pagi buta agar tidak terlambat semenit pun mengikuti 'Test Penerimaan Siswa Baru Yongsan Internasional School'.
Namun, baru saja Baekhyun hendak mengeluarkan ponselnya dari saku jas sekolah. Mata sipitnya terbelalak saat melihat seorang wanita tua menyeberangi jalan seorang diri, dan dari tempatnya berdiri saat ini Baekhyun juga melihat sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi dari sisi kiri wanita tua tersebut.
"Nenek!!! Awas!!!"
Baekhyun berteriak memperingatkan sambil berlari secepat mungkin mungkin ke tengah jalan, dan saat dirinya sudah meraih tubuh renta tersebut.
Tiiiiiinnnnn.....
Bruk...
"Nak, kau tidak apa-apa?!"
"Hahh... Hahh..." Baekhyun membuka matanya dengan nafasnya yang terengah-engah disertai keringat dingin membanjiri tubuhnya ketika mendengar suara seseorang, lalu matanya menatap satu persatu orang yang mengerubunginya.
Baekhyun yang masih linglung hanya diam ketika beberapa orang yang mengerubunginya dengan berbaik hati membantu pemuda bermarga Byun itu bangun, dan memindahkannya ke tepi jalan. Lalu beberapa detik setelah dirinya selesai meminum sebotol air yang disodorkan salah satu pejalan kaki barulah Baekhyun teringat apa yang tadi ia alami.
"Nenek?! Dimana nenek itu?!"
.
.
.
"Bagaimana kabarnya?"
Setengah jam waktu berlalu hanya dengan di isi kesunyian, Oh Sehun akhirnya menjadi orang pertama yang memulai percakapan antara dirinya dengan pria kelahiran China yang duduk disampingnya ketika mobil seharga USD 182 ribu berwarna putih yang ia kemudikan berhenti ketika traffic light berwarna merah.
"Lebih buruk dari dugaan." Sehun mengangguk, dan langsung kembali fokus pada jalan didepannya ketika pria yang duduk di sampingnya, Oh Luhan mengalihkan pandangannya pada kaca mobil disisi pria kelahiran China itu duduk.
Sehun bisa mengerti. Karena Luhan, suaminya itu tidak tersenyum sedikit pun ketika keluar dari unit apartemen milik adik perempuannya, dan pria bermarga Oh itu yakin pasti terjadi sesuatu diantara kakak beradik tersebut.
"Apa dia minum obatnya berlebihan lagi?" ujar Sehun bertanya lagi dengan dugaan yang mungkin terjadi ketika Luhan tampak tidak secerah ketika ia mengantar bertemu adik iparnya, Xi Lihua.
"Apa kita harus memberitahu Lay?" Tanya Sehun lagi yang sekarang kembali mengemudikan mobil ketika Luhan tidak kunjung menjawab pertanyaannya yang sebelumnya, dan mengganti pertanyaannya dengan membawa nama seseorang yang selalu berhasil membuat amarah pria cantiknya tersulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painkiller (Chanbaek)
Romance"Banyak yang mengatakan bila hatimu sakit karena seseorang obat terampuh adalah memaafkan orang itu Tapi bagiku itu hanya omong kosong belaka. Obat penghilang rasa sakit hatiku ini adalah membuat orang tersebut merasakan... Bahkan lebih buruk dari y...