"Bawa ke UKS, dia pingsan," ujar Allisa sambil menyerahkan Alleta pada anak PMR yang kebetulan lewat.
Allisa baru saja ingin melangkahkan kakinya pergi dari sana, tetapi sudah ada Gavin dan Delvin menghampirinya.
"Allisa... Alleta kenapa?" tanya Delvin.
"Pingsan," jawab Allisa singkat.
"Gue tau pingsan, maksudnya kenapa bisa pingsan?" tanya Delvin lagi.
"Lo tanya sendiri aja sama cewek nggak tau diri itu, kalo dia udah sadar," sinis Allisa terlihat sekali ada kebencian di matanya.
"Maksud lo apa?" Gavin yang sedari tadi tidak tertarik untuk bertanya pada Allisa, akhirnya membuka suara.
"Lo tanya sendiri aja sama cewek perebut itu."
"Mulut lo dijaga!" Gavin mengangkat tangannya hendak menampar Allisa, tetapi ditahan Delvin.
"Dia cewek, Vin. Jangan main kasar," ucap Delvin berusaha menenangkan Gavin.
Gavin menurunkan tangannya kemudian menarik tangan Allisa kasar, bahkan mencengkeram sangat kuat membuat Allisa meringis kesakitan. "Gue nggak peduli walaupun lo cewek, gue nggak liat dari segi kelamin. Perkataan lo tadi, nggak pantas keluar dari mulut cewek yang baik-baik."
Allisa tersungkur ke bawah saat Gavin menghempaskannya kasar, mata Allisa menatap Gavin penuh kecewa. Allisa melakukan semua ini demi Gavin, tetapi Gavin justru bersikap kasar padanya hanya demi membela Alleta.
"Sampai gue tau lo yang bikin Alleta pingsan, gue pastiin lo bakal dapat balasannya, Bitch!" Ucapan Gavin memang santai, tetapi terdengar bahwa itu peringatan untuk Allisa.
Tangan Allisa mengepal, dadanya naik turun berusaha untuk menahan emosinya. Gavin yang melihat itu hanya tersenyum miring mengejek Allisa kemudian melangkahkan kakinya menuju UKS meninggalkan Allisa dan Delvin di sana.
"Lo... nggak apa-apa, kan?" tanya Delvil sambil berjongkok ingin membatu Allisa berdiri.
"Nggak butuh!" teriak Allisa bersama dengan jatuh air matanya, kemudian berdiri, dan berlari meninggalkan Delvin.
Delvin menatap kepergian Allisa penuh arti. Kedua kalinya Delvin melihat Allisa menangis, walaupun secara singkat, dan Allisa juga dengan cepat menghapusnya, tetapi tetap saja bagi Delvin itu sungguh sangat langka.
Bayangkan Allisa nangis.
Delvin mengikuti Allisa yang berlari, ternyata ke rooftop sekolah.
"GUE BENCI LO, ALLETA!" teriak Allisa penuh emosi.
"LO JAHAT! LO PERUSAK SEMUANYA!" Teriakan Allisa kali ini diiringi dengan isakan tangisnya.
"Teriak dan nangis sepuas lo, kalo udah kelar balik badan. Ada gue di sini," ujar Delvin sambil duduk di bangku panjang.
Allisa yang mendengar itu membalikan tubuhnya kemudian menghapus air mata yang sudah membasahi wajahnya, Delvin tersenyum lembut dan tangannya menepuk bangku tersebut seperti mengisyaratkan untuk Allisa duduk di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Or Enemy? [TERBIT].
Teen Fiction(SIAP-SIAP MENGURAS EMOSI) Sebagian part sudah dihapus demi kepentingan penerbit, siapa suruh tidak baca?:v beli novelnya supaya bisa baca. Tema: FRENEMY. Kita adalah dua orang yang saling menyakiti dan tersakiti, baik secara sadar ataupun tidak. ...