Prologue

1.4K 152 321
                                    

Prang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prang!

prang!

plak!

plak!

"Hiks... hiks... Ayah, Bunda be-berhenti." Anak kecil itu menangis di ujung pintu sambil meremas kuat ujung roknya.

"Alleta, masuk kamar!" bentak Bryan pada putrinya.

"Ta-tapi Ayah, Bun—"

"Ayah bilang masuk kamar, Alleta!" Bentakan Bryan yang memotong perkataan Alleta justru membuat tubuh anak kecil berusia 6 tahun itu gemetar ketakutan.

Bryan sedang mabuk. Memang setiap hari selalu pulang dalam keadaan mabuk, tidak jarang Clarisa— bundanya Alleta yang menjadi sasaran empuknya.

Dipukul, dijambak, ditampar, bahkan sampai hampir dibunuh karena saat itu Bryan mabuk berat, tidak sengaja Clarisa menumpahkan air minum yang membasahi baju Bryan.

Alleta kini semakin ketakutan ketika melihat Bryan yang sudah mencengkeram kuat leher Clarisa, dapat Alleta lihat Clarisa yang berusaha untuk melepaskan cengkeraman itu.

"A-ayah lepasin Bunda! Bunda kesakitan, Ayah!" teriak Alleta sambil menangis histeris.

Dengan keberanian kecil Alleta berjalan berniat untuk menolong Clarisa, meskipun kini tubuhnya sangat gemetar karena ketakutan.

Melihat tubuh Clarisa yang semakin melemas, Alleta membesarkan keberaniannya untuk mengambil senter yang berada di dalam laci nakas tepat di samping ranjang tempat tidur kamar Clarisa dan Bryan.

bugh!

bugh!

"Lepasin Bunda, Ayah! Lepasin! Ayah jangan bikin Bunda meninggal. Lepasin, Ayah!" teriak Alleta sambil memukul tubuh belakang Bryan menggunakan senter.

"Aaarrgghhh anak sialan! Enyahlah, kau!"

Bruk!

Alleta terpental ke belakang dan tubuh kecilnya menghantam sesuatu yang dapat meremukan tulang-tulangnya. Alleta ingin bangun, tetapi sungguh rasanya sakit sekali. Dorongan kuat dari Bryan membuat Alleta terpental kebelakang dan menabrak tembok.

"Bun-bunda... sakit," lirih Alleta bersamaan dengan terpejamnnya mata.

"Angkat tangan, jangan bergerak!"

"Alleta! Alleta bangun, ini aku Allisa." Allisa—sahabat Alleta terlihat sangat khawatir saat mendapati Alleta yang sudah terkapar dengan mata terpejam di lantai. "Mama, ayok bawa Alleta ke rumah sakit!"

"Iya, Saya. Kamu  bawa Alleta, mama ambil mobil dulu." Allisa mengangguk dan langsung membawa tubuh Alleta yang lemah tidak berdaya itu.

Alleta masih dapat mendengar Bryan yang meronta-ronta minta dilepaskan saat polisi menangkapnya, sedangkan Clarisa menangis histeris melihat Alleta yang tidak sadarkan diri

_FOE_

"Alleta, bangun dong, kamu udah tiga jam loh tidurnya." Allisa terus menggenggam tangan Alleta yang sedari tadi belum juga membuka matanya, tidak lupa juga merapalkan doa agar Alleta segera bangun.

"Kamu nggak mau liat aku? Kamu nggak mau main sama aku lagi? Alleta, kamu udah janji mau ajarin aku perkalian sama pembagian sampai aku lancar. Kalo kamu tidur terus gimana mau ajarin aku?"

"Alleta bangun, jangan takut lagi. Ayah kamu udah ditangkap sama polisi ganteng, bunda kamu sekarang lagi di ruangan IGD sama mama aku."

"Alleta, kamu tau nggak? Aku tadi pagi ketemu anak kecil seumuran kita, dia ganteng banget, tapi masih gantengan polisi yang tangkap ayah kamu."

"Alleta mah gitu, sih! Tidur terus, masa Allisa ngomong dicuekin, huft!" Allisa memajukan bibirnya kedepan, membuatnya tampak lebih imut.

"Aku dengar semuanya, Allisa."

"Alleta?! Akhirnya kamu bangun, aku kira kamu bakal tidur selamanya, hua!" pekik Allisa.

Alleta membulatkan matanya. "Kamu mau aku meninggal?"

Allisa menggeleng cepat. "Maksud aku, kirain kamu bakal tidur lebih lama." Alleta terkekeh melihat temannya yang satu ini sangat menggemaskan.

"Aku dirumah sakit?" tanya Alleta yang diangguki Allisa.

"Bunda? Bunda aku mana, Bunda! Bunda di mana?!" jerit Alleta sambil kembali terisak.

"Tenanglah, Alleta. Bunda kamu lagi di ruangan IGD sama mama aku."

Alleta mengembuskan napasnya tenang. Syukurlah, dia sangat takut Clarisa kenapa-kenapa, ternyata tidak.

"Allisa...."

"Iya?"

"Mau tetap jadi teman baik aku, kan?"

Allisa tersenyum dan mencubit pipi Alleta dengan gemas. "Aku akan tetap jadi teman baikmu dan akan selalu menjadi teman baikmu, Alleta!"

"Janji?" Allisa menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Alleta, "Aku janji padamu, Alleta."

Note: Untuk cast para tokohnya, author nggak pakai ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Note: Untuk cast para tokohnya, author nggak pakai ya. Jadi, seterah kalian aja para pembaca mau imajinasi siapa-siapa aja tokoh di cerita ini. (Imajinasi foto kalian sendiri juga nggak apa-apa:v)

Aku penulis amatir yang berusaha dan mau banget belajar tentang kepenulisan. Jadi, tolong kalo ada kesalahan silakan dikomen dengan kata-kata yang baik bukan dengan kata-kata kasar, menghina, ataupun menjatuhkan. Jujur! Kalian yang bisa koreksi karya dan tulisan orang lain pastinya mempunyai Attitud yang lebih baik. Kecuali, kalian tidak pernah sekolah bisa aku mengerti, terima kasih!

Aku tantang kalian baca cerita ini sampai selesai, berani? Silakan mundur jika tidak berani!

Challenge 60days Writing With (Gemini Publisher).

Friend Or Enemy? [TERBIT].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang