Three

314 112 475
                                    

   Alleta masih mengikuti langkah Delvin dengan rasa tidak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alleta masih mengikuti langkah Delvin dengan rasa tidak percaya. Bagi Alleta, kata-kata Delvin tadi sangat menyakiti hati Alyah dan tentu akan membahayakan dirinya. Bagaimana kalau nanti Alyah melabrak Alleta? atau bahkan melakukan hal-hal jahat pada Alleta. Hei! Orang yang sedang sakit hati bisa melakukan apa pun tanpa berpikir panjang.

"Al, soryy tadi nggak bermaksud maksa lo. Cuman darurat banget, Al. Cewek tadi ngeribetin sumpah! Gue dikekang banget, dia ngatur-ngatur gue, nggak boleh save contact cewek, nggak boleh main sama cewek, dan masih banyak lagi. Dia itu pacar gue atau mama gue njiirr ngaturnya kelewatan!" decak Delvin masih setia menggenggam tangan Alleta.

"Al, maafin ya?"

"Al, kok diam aja? Lo marah? Al, sorry deh, gue nggak maksud maksa lo."

"Al, are you okay? what do you see?"

"Ayah!" Alleta melepaskan tangannya dari genggaman Delvin dan berlari menyebrang jalan.

"Alleta! Hati-hati, astagah itu Anak main lari aja." Delvin menyusul Alleta,  jalanan sekarang menjadi kacau karena Alleta yang menyebrang tanpa melihat-lihat.

Tin!

Tin!

"Heh! Mau mati lo?!"

"Nyawa lo sembilan, ya?!"

"Woii! Kalau nyebrang lihat-lihat!"

"Jalanan bukan punya nyokap lo, Bodoh!"

Tin!

Tin!

Alleta tidak mempedulikan dirinya menjadi pusat perhatian sekarang, diteriaki, bahkan dicaci maki karena dirinya yang asal menyebrang jalan.

Delvin yang mengikuti Alleta berusaha meminta maaf para pengguna kendaraan beroda 2 dan beroda 4 atas kecerobohan Alleta.

"Alleta, tunggu!" teriak Delvin semakin mempercepat larinya mengejar Alleta.

Alleta berhenti lari saat sudah menaiki trotoar jalan. Napasnya tersenggal-senggal, dadanya naik-turun, bahkan keringat sudah membasahi pelipisnya. Mata Alleta menatap sekeliling, mencari sesuatu yang baru saja dilihatnya.

"Al, you fine?" tanya Delvin sambil mengelus pelan pundak Alleta, berusaha memberinya ketenangan.

Alleta menarik napasnya dalam-dalam, dan membuangnya perlahan, setelah itu setetes cairan bening jatuh dari pelupuk matanya.

"Yok, duduk dulu." Alleta mengangguk pelan dan mengikuti Delvin untuk duduk di salah salah satu bangku yang disediakan tidak jauh dari trotoar jalan.

Alleta masi diam tidak bergeming, matanya masih mencari sosok yang sudah dia rindukan bertahun-tahun.

Friend Or Enemy? [TERBIT].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang