"Hah! Serius, Al? Gila, sih gue nggak nyangka ternyata dia jahat banget, ya."
"Iya Sar. Asal lo tau, ya gue kurang baik apa coba sama dia? Dia sedih gue ada buat dia, dia lagi butuh teman gue selalu ada."
"Parahnya lagi, nih. Bokapnya dia, kan selingkuh terus nggak pernah pulang."
"Demi apa, sih Al? Sumpah! Dia nggak tau diri banget!"
"Iya njir greget banget gue sama dia. Lo kurang baik apa coba sama dia? Keluarga dia berantakan terpecah belah aja lo masih mau jadi temannya dia, kalo kita-kita, sih ogah banget temanan sama orang yang keluarganya berantakan gitu. Apalagi kalo orang tuanya cerai, pasti nggak jelas dah."
"Ya, gimana... gue kasian sama dia soalnya. Gue pikir dia bakal balas kebaikan gue, secara gue udah baik sama dia selama ini. Eh, dia malah nusuk gue! Sakit hati nggak si lo pada jadi gue?"
"Sakit hati banget! Gue mah jadi lo udah gue musuhin orang begitu!"
Alleta hanya memejamkan matanya saat mendengar itu semua. Dirinya dibicarakan oleh Sarah, Nancy, Keysha, dan Allisa. Alleta tidak masalah jika yang membicarakannya itu Sarah, Nancy, dan Keysha, tetapi yang membuat sakit adalah... Allisa justru membongkar aib keluarga Alleta.
Memangnya Alleta yang menginginkan keluarganya terpecah belah? Orang tuanya bercerai? Tidak. Itu semua berjalan tanpa Alleta meminta.
Alleta memasuki kelasnya dengan sedikit menunduk, dilihat tempat duduknya sudah ada tas, Alleta mengerutkan keningnya.
"Lo pindah ke paling belakang, ya. Gue nggak mau satu tempat lagi sama... pengkhianat!" celetuk Allisa sambil menghampiri Alleta.
"Kenapa gue yang pindah? Kenapa nggak lo aja?" tanya Alleta.
"Kenapa? Lo takut duduk di belakang? Takut, kalo lo nggak bakalan bisa fokus pas pelajaran dimulai?" Allisa menatap rendah Alleta.
Alleta mengembuskan napasnya pasrah. "Lo salah, Allisa. Gue duduk di mana aja tetap bisa fokus, kok. Karena apa? Karena gue bukan lo."
"Lo ngerasa lo pintar, gitu?" sinis Allisa mencoba menahan emosinya.
"Kayanya lo tau jawaban atas pertanyaan lo sendiri." Alleta menyungging senyum tipis, senyuman yang justru membuat Allisa semakin emosi dibuatnya.
"Kenapa, Allisa? Mau marah? Mau pukul gue? Silakan. Emang itu doang, kan yang lo bisa?"
Plak!
Alleta memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan dari Allisa. Tidak melawan, Alleta justru tersenyum dan berjalan ke arah belakang untuk duduk di tempat barunya.
"Dasar murahan!" teriak Allisa.
Alleta menatap Allisa dan tersenyum lagi, senyuman yang mampu meningkatkan emosi Allisa. "Kayanya kata itu pantasnya buat lo, Al. Karena di sini yang ngejar-ngejar cowok itu lo bukan gue. Sampai rela nyakitin orang lain cuman demi cowok? Padahal lo tau cowok yang lo mau nggak ada perasaan apa pun sama lo, um... malah kayanya emang nggak suka dari awal, ya? Lo harus sadar itu, Allisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Or Enemy? [TERBIT].
Teen Fiction(SIAP-SIAP MENGURAS EMOSI) Sebagian part sudah dihapus demi kepentingan penerbit, siapa suruh tidak baca?:v beli novelnya supaya bisa baca. Tema: FRENEMY. Kita adalah dua orang yang saling menyakiti dan tersakiti, baik secara sadar ataupun tidak. ...