One.

512 137 356
                                    

Sebelas tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelas tahun kemudian...

Kring!!!!!!

"Berisik sekali kamu, jam beker." Tangan gadis itu meraih jam beker yang ada diatas nakas samping ranjangnya.

"Oh, masih jam tujuh, what?! Jam tujuh?! Mama!" teriaknya langsung beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi.

Tidak lama, hanya kurang dari 2 menit saja dirinya sudah bersiap memakai seragam dan memasuki buku-buku ke dalam tas ransel sekolahnya.

"Mama! Allisa berangkat!" teriak Allisa sambil berlari menuruni tangga.

"Allisa, sarapan dulu, Sayang!" teriak Selvi dari arah dapur.

"Allisa sarapan di sekolah aja, Ma. Allisa telat!" Dengan suara melengking kuat dirinya berteriak, kemudian berlari keluar dari rumahnya. Semoga dia tidak terlambat.

"Benar-benar anak itu, ngidam apa ya aku dulu pas hamil Allisa." Selvi menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putri satu-satunya itu yang tidak berubah sama sekali.

_FOE_

Hap!

Kaki mulusnya mendarat dengan baik setelah dia memanjati tembok belakang sekolah. Hal ini sudah tidak asing baginya, memanjat tembok belakang sekolah? Allisa ahlinya.

Prok! prok!

"Terlambat, lagi?" Allisa menatap sinis pria yang sekarang ada didepannya.

Delvin Alvaro Prakasa. Pria tengil, cukup terkenal di sekolah, tampan di atas rata-rata, playboy kelas kakap, selalu juara kelas, tetapi dia adalah....

MUSUH ALLISA.

"Berisik banget lo! Kenapa, sih setiap gue telat selalu lo yang mergokin gue?!" Allisa menghentakkan kakinya kemudian hendak pergi dari Delvin.

"Eiittss! Udah terlambat, manjat tembok, terus mau langsung kabur gitu aja?" Delvin menaik-turunkan alisnya membuat Allisa geram mengepalkan tangannya.

Bugh!

"Awww, Allisa!" teriak Delvin, tetapi Allisa hanya menjulurkan lidahnya kemudian berlari meninggalkan Delvin.

"Masa depan gue! Adick kecil gue! Jony gue! Cewek jenis apa, sih tuh anak. Sakit banget pukulannya." Delvin berjalan dengan sedikit melebarkan kedua kakinya, karena dia merasakan sakit yang luar biasa di bagian intimnya.

Allisa melihat ke kanan ke kiri dengan senyuman manisnya yang penuh kemenangan, karena dirinya kembali berhasil memanjat tembok belakang sekolah. Sekarang Allisa hanya perlu memasuki kelas tanpa guru-guru tahu kalau dia terlambat.

Friend Or Enemy? [TERBIT].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang