XIII

1K 171 34
                                    

Arthur terkekeh keras, pemuda pucat itu menggeleng heran saat Haruto spontan melepaskan cengkramannya dengan perasaan panik yang begitu mendominasi dalam dirinya.

"bagus!turuti semua perkataanku jika kau ingin mereka baik-baik sajaㅡ

Pemuda pucat itu menggurat senyum miringnya seraya menjambak surai hitam Haruto kasar.

adikku"

Haruto meringis pelan, sungguh jika bukan karena luna dan juga putranya. Ia tidak akan pernah mau menuruti perkataan pemuda yang sekarang semakin berani menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang alpha.

Arthur menarik surai hitam Haruto semakin kuat, rasanya begitu menyenangkan bisa menyiksa seseorang yang telah merenggut apa yang bukan ditakdirkan untuknya.

Srett

"arghh s-siapa kau akh- sebenarnya hah"

Pemuda pucat itu tersenyum singkat, sebelum kemudian tangannya beralih mengeluarkan satu belati lain dari dalam jubah yang dikenakannya.

Arthur melempar belati itu tepat dihadapan Haruto, membuat sang pemimpin pack langsung mendongakkan kepalanya saat ia menyadari sesuatu.

Haruto mengalihkan atensinya menarap Arthur tajam dan juga penasaran.

"tidak mungkin!b-bagaimana bisa kau memiliki belati yang hanya dimiliki oleh Pack Gledion?" Ujar Haruto dengan mata yang memelotot menolak percaya bahwa yang ia lihat saat ini benar-benar belati milik Pack yang dulu dipimpin oleh ayahnya.

Sedangkan Arthur pernuda itu hanya mengedikkan bahunya acuh.

Srett

"akh-"

"aku tidak ingin menjelaskan panjang lebar tentang identitasku, tapi saru hal yang harus kau tahu bahwa tujuanku datang kemari hanyalah untuk merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!"

Arthur melepas cengkramannya kasar, pemuda itu bahkan mendapati beberapa helai rambut milik saudara kembarnya yang rontok disela-sela jari dan juga telapak tangannya.

"kau harus tahu kalau kau hanya jadi benalu di dalam takdir hidupku!"

Srett

"akh-

"kau merenggut semua yang seharusnya menjadi milikku!" Teriaknya keras kepada Haruto yang semakin membelalak bingung.

"a-akh aku benar-benar t-tidak tahu siapa dirimu!"

Haruto meringis kesakitan merasakan sakit yang luar biasa melingkupi kepalanya, cengkraman Arthur di surai hitamnya membuat dirinya merasa begitu tersiksa.

"Arthur jangan merusak rencanaku!"

Ketiga pemuda itu spontan menilehkan kepalanya, mencari sumber suara yang berhasil memecah suasana mengerikan yang pemuda pucat itu ciptakan.

Jaemin melangkahkan kakinya angkuh, melenggang dengan arogan dengan tatapan tajam yang seakan ingin membunuh.

"ini bukan saat yang tepat untuk membunuhnya" ujar Jaemin seraya menepis kuat tangan Arthur yang sedang mencengkram surai milik pemimpin pack itu.

"jangan terburu-buru, nikmati saja peranmu. jangan biarkan dia mendapatkan kematiannya dengan mudah, ayo buat si keparat ini harus memohon kepadamu untuk kematiannya sendiri"

Penyihir itu kemudian beralih menatap Haruto dengan tatapan memicing "ckckck, kasihan sekali pemimpin pack ini. apa kau tahu kalau luna mu itu tidak merasa kehilanganmu sama sekali?"

Jaemin menutup matanya, kedua tangannya bergerak memutar hingga memunculkan sepercik cahaya berwarna kebiruan.

Pemuda itu kemudian mengarahkan cahaya kebiruan yang keluar dari tangannya, kearah air terjun hingga memunculkan sebuah pantulan gambar.

[ 2 ] ᴍᴀᴛᴇ : ᴛʜᴇ ꜱᴇᴄᴏɴᴅ ꜱᴏᴜʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang