V

1.8K 247 25
                                    

1 tahun kemudian

Setelah kepergian ayah si penyihir muda itu, Arthur selalu mengiringi langkah Jaemin. Kemanapun penyihir muda itu pergi. Bukan apa-apa, pasalnya hati kecilnya seakan tergerak melihat betapa rapuhnya Jaemin ketika semua kemalangan itu tiba-tiba menghampirinya.

Ia prihatin dengan kondisi pemuda itu.

"apa kau mengasihaniku?" Kedua alis pemuda pucat itu terangkat, bibirnya terkulum pelan.  Arthur tak mengelaknya, bukankah rasa kasihannya terhadap Jaemin terlihat begitu jelas?

Jaemin mendengus kasar, Arthur ternyata jauh lebih lemah dari apa yang ia bayangkan. Vampire itu terlalu melibatkan nurani disetiap tindakannya.

"apa aku terlihat begitu menyedihkan huh?!aku bahkan bisa membunuhmu sekarang jika aku mau. Apa kau masih menganggapku lemah seperti  yang kau pikirkan saat itu?"

Arthur menggeleng, memang benar fisik Jaemin terlihat kuat dan juga terlatih, tapi yang sebenarnya pemuda pucat itu pikirkan bukan lemah perihal fisik.

Melainkan hati

"aku tahu kau hanya berpura-pura tegar selama ini, kau bisa menumpahkan kesedihanmu itu kepada-" Arthur terkejut saat melihat penyihir itu menertawainya. Sepertinya Jaemin benar-benar membutuhkan seseorang untuk melupakan kejadian naas kematian ayahnya.

Pemuda pucat itu menepuk pelan bahu Jaemin, menatapnya dengan tatapan iba sekaligus khawatir.

"aku tahu ini berat bagimu, tapi ku mohon sadarlah dan lihat kenyataan yang ada Na Jaemin" tuturnya dengan nada lirih

"Hahahaha, aku diam bukan berarti aku terlalu larut dalam rasa sedihku, bodoh!. Sebenarnya aku sedang merencanakan sesuatu untukmu" ujarnya sembari mengangkat satu jari telunjuknya mengarah ke vampire muda itu.

Jaemin tersenyum singkat, ya ia sudah membulatkan tekadnya. Ia tidak akan menyia-nyiakan kematian ayahnya dengan duduk diam dan bersedih sepanjang malam.

Ia akan membalas perbuatan Haruto dengan cara yang lebih kejam.

"untukku?" Kening arthur berkerut bingung, kenapa rencana yang dirancang penyihir muda itu ditujukan untuknya?

Apa ia tak salah dengar?

"ingin kuberi tahu sesuatu?" Jaemin melirik vampire muda itu sekilas, lantas kembali menguarkan senyum tipis di atas wajah tampannya.

Sebenarnya ia sudah tahu apa yang akan Arthur pilih, tapi bagaimanapun ia ingin mendengarnya langsung dari mulut pemuda pucat itu.

"hm" Arthur menganggukan kepalanya, selama satu tahun belakangan ini banyak pertanyaan tentang sepenggal kalimat yang Jaemin katakan diawal pertemuan mereka.

Tentang hak yang seharusnya menjadi miliknya, sejak saat itu ia tidak bisa tidur nyenyak karena ucapan Jaemin yang terus mengusik otaknya.

"apa kau yakin akan mempercayaiku?" Ulangnya dengan nada menelisik. Matanya tak berhenti menatap Arthur lekat, seolah mendesak sang vampire muda untuk segera menjawab pertanyaannya.

Arthur mengangguk untuk ke sekian kalinya, memilih mengambil jalan pintas untuk menemukan jawaban dari tumpukan pertanyaan di kepalanya.

Ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadanya sebelum ia berakhir hidup seperti ini, selalu melarikan diri dari incaran para vampire hunter diluaran sana.

"kedudukan itu milikmu, Kerajaan Gledion adalah milik Raja Arthur" Jaemin membuat gestur membungkuk, seolah ia sedang berhadapan dengan pemimpin klan tertinggi di semesta ini.

"a-apa?" Arthur tercengang dengan apa yang baru saja pemuda itu lakukan kepadanya, dan apa-apaan dengan bualan aneh yang diucapkannya.

"kau adalah pemimpin Gledion, Arthur. Kau memiliki keluarga dengan garis takdir yang menakjubkan, sayang sekali semuanya hancur karena saudara picikmu itu" Jaemin meninggikan nada bicaranya seakan ia benar-benar menahan umpatan-umpatan yang sudah lama tersimpan di dalam benaknya.

[ 2 ] ᴍᴀᴛᴇ : ᴛʜᴇ ꜱᴇᴄᴏɴᴅ ꜱᴏᴜʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang