VIII

1.4K 213 49
                                    

Haruto masih saja meraung, berharap ada seseorang yang mampu mendengar teriakan putus asanya. Ya, dia benar sebenarnya ada seseorang yang mendengar rintihan itu tapi dia tidak melakukan apapun.

Hanya melihat dan menikmati betapa putus asanya pemimpin pack itu didalam perangkap ilusinya.

"apa yang kau lakukan kepadanya, Na Jaemin?" Yang dipanggil namanya hanya menolehkan kepalanya pelan, pemuda bersurai hitam itu hanya diam tanpa berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

Jaemin menampilkan seringaian kecilnya. Sepasang manik matanya tetap menatap dingin kearah air terjun, tempat ia mengurung Haruto. "aku tidak melakukan apa-apa, dia hanya sedang terperangkap didalam ilusiku" sahutnya tak lama kemudian.

"Jadi?"

Ah kenapa vampire ini bodoh sekali!

Jaemin memutar bola matanya malas, sekarang muncul sedikit keraguan dihatinya. Apakah Jeno adalah sekutu yang tepat untuknya dan Arthur.

Jika suatu hari nanti, Jeno merusak seluruh rencananya maka Jaemin bersumpah ia akan membunuh Jeno dengan tangannya sendiri.

"Jadi kita hanya perlu memanfaatkan keadaan ini sementara Arthur melakukan tugasnya" jelasnya lebih rinci

Jeno mengangguk paham, dengan cepat ia berlari membelah air terjun. Tanpa aba-aba ia meninggalkan Jaemin yang masih saja menyumoah serapahinya di dalam hati.

Pemuda pucat itu menatap Haruto sinis sembari mengukir  satu senyuman licik diatas wajah tampannya.

"Kita bertemu lagi" Jeno berjalan mendekati Haruto yang sekarang terlihat begitu marah dilihat dari ekspresi wajahnya yang datar dan kilatan amarah yang jelas terpampang di manik coklatnya.

"Jadi kau yang mengurungku?!"

Haruto mengepalkan tangannya, ternyata selama ini ia salah. Haruto pikir setelah apa yang dilakukannya waktu itu bisa membuat permusuhan diantara kaum mereka berakhir. Jika tahu seperti itu, ia tidak akan menolong Jeno dan memilih membiarkan dia mati saja.

"cih, dasar vampire tidak tahu malu. jika bukan karenaku kau mungkin sudah pergi ke neraka saat itu"

Bukannya meminta maaf, vampire itu malah mendengus dan menatap Haruto remeh. Jeno benar-benar tidak tahu malu. "kau pikir aku membantumu menemukan mate mu itu bukan sebuah balas budi huh?!"

"Haruto Haruto seharusnya aku yang menjadi pemimpin tertinggi di alam ini, kau mengerti?!"

Jaemin yang baru saja sampai, segera mengekor dibelakang tubuh si pemimpin klan vampire. Pemuda itu juga menghujani Haruto dengan tatapan tajam.

'penyihir?untuk apa penyihir ada di kawasan terlarang?'

Haruto mengernyitkan dahinya, ia benar-benar asing dengan wajah yang kini menatapnya tajam di depan sana.
"siapa kau?kenapa kalian berkomplot untuk mengurungku?!"

Pemuda jangkung itu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Jeno membangkang kepadanya?dan kenapa seorang penyihir tiba-tiba muncul kembali di kawasan terlarang ini?

"kau tidak mengenaliku Watanabe Haruto?" Jaemin sudah muak dengan wajah menjijikan itu, ia bahkan tak ingin berlama-lama memandang wajah sang pembunuh yang berpura-pura tak tahu apa yang terjadi padanya.

Jaemin ingin segera membunuh pemimpin pack itu jika saja ia tidak sedang membuat kesepakatan dengan arthur. "ayo pergi" ujarnya masih dengan tatapan tajam kearah Haruto.

Jeno mengangguk sebelum melangkah keluar bersama dengan Jaemin meninggalkan Haruto sendirian disana.

"pergi sebelum aku melenyapkanmu karena telah berani mengganggu seorang pemimpin pack" teriak Haruto yang masih bisa didengar oleh keduanya.

[ 2 ] ᴍᴀᴛᴇ : ᴛʜᴇ ꜱᴇᴄᴏɴᴅ ꜱᴏᴜʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang