Sudah hari ketiga Bobby benar-benar dibuat tidak tenang perihal June yang sedang mengurus kontrak kerjasamanya bersama dengan Ethan. Laki-laki itu benar mengacuhkan dirinya dan lebih memilih berkutat dengan semua urusannya yang lagi-lagi bersama dengan laki-laki yang sejak awal memancarkan aura yang tidak ia suka.
Bobby sekali lagi dipaksa patuh. Padahal jelas menerima begitu saja hal yang ia tidak suka, tidak pernah ada di dalam daftar keinginannya.
Matanya yang dari tadi memandangi laman chatroom-nya bersama dengan June yang tidak ada tanda-tanda dibaca lalu teralihkan, memandangi Rardian yang tengah sibuk membereskan jadwalnya yang akan datang.
"Yan."
Yang ditegur hanya menggumam seadanya.
"Gue ke Eden, boleh, ya?"
Ah, harusnya tidak perlu seperti ini. Kalau saja kekasihnya itu memberi kabar, paling tidak membalas pesannya barusan, ia tidak akan berlagak seperti wanita patah hati sekarang.
"Gue drop aja, ya? Nanti kalau udah selesai gue jemput lagi. Batasnya cuma sampai jam 1, lebih dari itu gue seret pulang enggak mau tau."
Bobby memberikan senyumnya yang lebar. Tak apa. Ia hanya perlu tahu kabar eden-nya itu. Berlebihan memang. Tapi tidak ada salahnya rasanya, mengingat mereka sudah menjadi sepasang kekasih, lagi.
Kemudian ia bergegas mengenakan jaket, tak lupa topi juga maskernya. Rardian pun lalu berdiri. Bukan tidak mau memberi izin, hanya saja besok mereka sudah ada jadwal hingga sore hari. Dan ia mau Bobby tetap dalam keadaan fit, tidak mengantuk dan lain-lain.
Setelah hampir memakan waktu setengah jam, mereka lalu tiba di depan pekarangan rumah sederhana milik June. Mendapati rumah itu gelap, dan tidak terlihat penerangan satu pun.
Belum pulang, ya?
"Punya kuncinya, kan?" tanya Rardian yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan dari Bobby.
"Masuk, deh. Awas macem-macem, ya. Besok pagi kudu fit. Jangan kayak kemarin lagi." Rardian mengingatkannya pada kejadian kapan lalu kala dirinya menginap, sukses membuat matanya tidak terpejam hingga hampir pagi karena kegiatannya bersama dengan June yang tidak ingin ia tunda lagi. Menyebabkan tubuhnya hampir saja tidak bisa dibangunkan ketika gilirannya tampil.
Tanpa menjawab, laki-laki yang memiliki banyak tindikan itu melangkah sedikit ragu. Seperti ada yang kurang, juga berat. Lalu tersirat keinginan untuk berbalik kembali ke dalam mobil lalu pulang.
Ada sesuatu yang mengganjal hatinya.
Entah apa.
Namun tak pelak jua ia melangkahkan kakinya ke arah pintu berbahan kayu itu. Dengan berbekal kunci dan sedikit instingnya untuk menemukan tombol sakelar, akhirnya rumah yang terasa nyaman sekali untuknya itu sedikit memiliki pencahayaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionIni tentang kita yang lama berpisah, ingin kembali dan saling memiliki. Walau terkadang jalan yang ditempuh tidak seindah surga seperti namamu. -Bobby Lemuel 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove A lilis bit angst A lil bit harsh words Yang enggak s...