Chp.14 - His Touch

738 54 12
                                    

Body - Mino


Suara sesapan lidah yang bertautan dan basah memenuhi seisi ruangan. Tubuh June terbakar sudah, dan semua yang menempel pada tubuhnya seakan ikut bangkit sejalan dengan celananya yang kian menyempit. Semakin lama tubuhnya semakin terhimpit. Bobby tidak membiarkan tubuh June bergeser sedikitpun dari dirinya.

Mereka sedang duduk di atas sofa apartemennya yang berwarna coklat gelap sebelum Bobby memulai sentuhannya. Sudah dibilang kalau ia rindu. Maka dari itu ketika June mendudukkan tubuhnya disamping Bobby, alih-alih menyetel tv seperti ajakannya tadi di awal, Bobby malah menarik tubuhnya. Menciumi pipi laki-laki itu awalnya, bergeser mengulum ujung telinga June yang memang sensitif.

Ah, tidak.

Semenjak Bobby senang sekali menyentuhnya, tubuhnya benar-benar menjadi lebih sensitif dari yang seharusnya. Bobby bahkan hanya meletakkan tangannya pada pinggul June, namun desahan dari bibirnya benar-benar keluar begitu saja.

Ini memalukan untuk dirinya. Anehnya, ia tidak ambil peduli. Karena setelah itu, ia merasakan tangan Bobby tadi meremas pinggulnya pelan penuh gairah, dan lagi-lagi sebuah lenguhan keluar dari bibirnya.

Bobby menyentuhnya disana-sini, bibirnya tidak berhenti meninggalkan jejak basah kemerahan, dan juga June semakin vocal dengan racauannya. Bobby dengan kalimatnya yang selalu nakal. Membuat kedua pipi June juga semakin menyemu.

Dia lupa kalau laki-laki bertubuh kekar menggiurkan disebelahnya yang tengah menumpukan kaki diatas pahanya kini penulis lirik yang vulgar. Dan mungkin saja apa yang mereka lakukan malam ini akan menjadi sebuah lagu.

Tidak ada yang bisa menebaknya.

"Aaahhh," kini kedua belah bibir tipis milik Bobby sudah mulai turun. Menghisap, sesekali menggigit, dan mulai memilin putingnya yang mengeras. Kemeja yang ia kenakan hari ini sudah tidak berbentuk. Malah tengah ditanggalkan oleh Bobby dengan segala kelihaian jari-jemarinya.

Jari-jemari yang sudah merobek pertahanannya.

"Bob—" June kewalahan hanya untuk menyelesaikan kalimatnya, "Bob, besok ada jadwal, kan?"

Bobby mengangkat kepalanya sejenak, "aku tiba-tiba lupa dengan jadwalku, Eden," jawabnya asal dengan suaranya yang berat tertahan.

Aku lebih memilih meneruskan ini sebelum lupa bagaimana bentuk tubuhmu.

Isi kepalanya memang kotor. Tapi yang lebih besar dari itu sebenarnya adalah, ia sedang menanamkan kepada eden-nya, bahwa hanya dirinya yang bisa membuat tubuh putih berisi yang hampir polos dihadapannya ini yang mampu memeta dengan sangat apik.

Bukan Ethan. Tapi dirinya.

Hanya dirinya yang mampu memberikan apa yang diam-diam June butuhkan.


Pasrah.

Mungkin itu yang tengah June katakan lewat bahasa tubuhnya yang tergeletak begitu saja di atas sofa. Pinggulnya terangkat sensual ketika Bobby melepaskan hisapannya yang menggoda pada ujung tubuhnya. Tidak menginginkan laki-laki itu berhenti, maka sekarang ia yang menyapa bibir Bobby minta dihisap lagi.

Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang