Bobby membuka matanya dengan susah payah. Obat yang diberikan suster padanya tadi benar-benar membuat tidurnya sangat nyenyak dan tidak terganggu sama sekali. Namun begitu, ia kenal sekali siapa yang sedang tidur di sofa, walau barusan saja ia mengeluh kepalanya berputar.
June, masih dengan posisi tidur favorit-nya. Menyamping, menekuk lututnya hingga hampir mengenai dada, dan kedua tangannya akan tergeletak begitu saja.
Too cute.
Senyumnya terputus dikala suster yang tadi menanganinya muncul kembali. Memeriksa infus, kateter, mencatat apa yang sedang Bobby rasakan. Apakah pusing, apakah pandangannya kabur, apakah kepalanya masih sakit.
"Sedikit," jawabnya singkat.
Lalu beberapa menit kemudian, ruangannya kembali sunyi. Meninggalkan dirinya yang masih mencoba memandangi June walau jarak mereka yang cukup jauh.
"Eden!" tegurnya agak keras.
"Ng..."
Pfth—
Bobby menahan suara tawanya. Kalau ia tidak dalam keadaan mengenaskan seperti ini, sudah pasti ia akan mendekati laki-laki manis yang sedang nyenyak sekali dalam tidurnya itu.
Pintu kamarnya kembali terbuka, kali ini paramedis yang mengantarkan makanan. Tepat sekali, karena Bobby memang mulai merasa lapar. Lalu ia meminta tolong plastik wrap-nya dibuka sedikit agar ia bisa langsung menyantap hidangannya itu. Ia butuh sekali bantuan, tapi membangunkan June yang sakit saat terakhir kali mereka berjumpa, membuatnya tidak ingin mengganggu tidur June sama sekali.
Lalu setelah ia selesai, walau tidak menghabiskan semuanya, karena bagaimanapun rasa masakan rumah sakit tidak akan pernah enak— setidaknya begitu yang lidahnya rasakan, ia kembali membaringkan tubuhnya.
Ia akan mencoba tidur lagi, setidaknya hingga June terbangun, karena ia ingin sekali mengobrol banyak.
Sekaligus berterima kasih karena sudah mau menemaninya disini.
Saat ini, apabila ada yang bertanya kepadanya, apa atau siapa yang memiliki andil paling besar membuat Bobby bertahan hingga saat ini?
Ia mungkin tidak akan lama-lama berpikir dan langsung menjawab, Junear Eden lah satu-satunya alasan.
***
"Mandi??"
Wajah keduanya serentak menyemu.
"Ini air hangatnya saya taruh disini, ya," kata suster yang mengantarkan satu baskom berukuran sedang berisikan air hangat cenderung panas. Lalu tampak tidak ingin repot, suster tersebut bergegas keluar ruangan.
Menyisakan sejoli yang bingung harus bagaimana.
"Enggak perlu, Eden, aku enggak apa-apa walau enggak mandi, juga."
Bohong sajalah, daripada June nanti merasa tidak nyaman. Padahal ia ingin sekali mengelap tubuhnya yang bekas keringat itu.
"Aku bantuin. Tapi seadanya enggak apa-apa, kan? Soalnya aku enggak ngerti," tanpa diduga June menjawab seperti itu. Membuat Bobby menganggukkan kepalanya. Setidaknya tubuhnya akan lebih segar.
"Mau sikat gigi juga?"
"Tapi sehabis di lap aja ya?"
"Airnya kepanasan enggak?"
Pertanyaan-pertanyaan June hanya dijawab dengan anggukan atau gelengan kepala, karena sebenarnya isi otaknya sudah buyar sejak June membuka kancing belakang pijama pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionIni tentang kita yang lama berpisah, ingin kembali dan saling memiliki. Walau terkadang jalan yang ditempuh tidak seindah surga seperti namamu. -Bobby Lemuel 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove A lilis bit angst A lil bit harsh words Yang enggak s...