Chp.13 - Apology

519 57 2
                                    

Bobby memilih untuk tidak pulang kerumah June seperti yang laki-laki itu tadi pinta.

Masih mengambek?

Tentu tidak.

Hanya saja mungkin ia menjadi lebih terlalu takut kembali menampakkan dirinya di hadapan June.
Laki-laki itu seperti sedang membalas perbuatannya dulu. Dan itu cukup menyakitkan hatinya juga.
Jadi daripada ia membuat ini semakin keruh dengan sikapnya yang memang masih seperti anak-anak, bahkan ia mengamini itu, maka ia lebih memilih diam saja dahulu sampai June sendiri yang mengatakan kalau hubungan mereka baik-baik saja.
Walau rindunya ini tak dapat terbendung lagi, namun bayangan June yang masih sering dekat dengan Ethan sedikit membuat dirinya menarik diri. Takut tersaingi mungkin.

Bobby masih sibuk dengan pikirannya ketika Rardian datang dan menepuk bahunya pelan, dan mengatakan hal semacam, ia sudah harus harus makan malam dan kemudian tidur mengingat besok jadwalnya mulai dari pagi, lagi.

Seandainya bisa, ia mungkin sudah terlelap dari tadi dan memilih tidak makan saja mengingat tubuhnya yang sudah linu disana-sini karena lelah. Namun lagi-lagi wajah June yang menginterupsi bayangannya membuat ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Booobbb, buka pintu dulu, pesenan lo tuh! Tangan gue kotor!"

Tsk!

"Enggak ada yang bunyiin bel pintu, kok!"

"Gue sambit pake penggorengan nih, yak!"

Dengan malas Bobby bangun dari sofa yang memang empuk itu, dengan wajah memberengut laki-laki itu membuka pintu dan menerima pesanan makan siangnya.

Pizza dan lasagna.

Lasagna merupakan makanan kesukaan June sebenarnya namun entah mengapa hari ini lidahnya ingin sekali mencicipi jenis itu.

"Booobbb, buka pintu lagi!"

"Hmmm."

Bobby sudah bersiap-siap dengan gestur mengambil pesanannya lagi ketika ia menyadari June yang berdiri disitu, bukannya kurir makanan seperti yang Rardian bilang.

"Makanan kamu enggak ada yang sehat," June mengangsurkan satu tas kain besar berisikan pesanannya.

"Ini aku ambil dari kurir yang mau kesini," kata June lagi seperti mengetahui pertanyaan yang sedang memenuhi kepala Bobby sekarang.

"Kamu mau kesini enggak bilang," Bobby lebih memilih mengubah obrolan mereka seputar kurir yang jelas sekali tidak ada pentingnya.

Kehadiran June jauh lebih membuatnya tidak karuan.

"Bilang, cuma kamu enggak mau bales. Lagipula, aku baru tau kalau mengunjungimu saja harus minta izin dulu," kepalanya menunduk, lalu kemudian tegak lagi dengan senyumnya yang tipis.

"Jangan begini lagi, Lemuel. Pun ketika kamu udah enggak butuh aku lagi, harusnya bilang, dan aku akan lebih tau diri lagi dari ini."

"Siapa yang enggak butuh?" Bobby menatap June dengan tajam sekali seperti ingin menelannya bulat-bulat, "kamu kok yang kayak lagi bales perbuatan aku dulu, sampai segininya ngacuhin aku yang jelas-jelas rindu—"

"Ada baiknya kalian bertengkar di dalam saja," Rardian muncul dari belakang tubuh Bobby dan meminta kedua insan yang sudah barang tentu tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

Rardian menuntun tangan June untuk duduk di kursi makan mereka, dan lalu menyuguhkan minuman untuk membantu menghilangkan kegusaran laki-laki yang memiliki mata sendu itu. Laki-laki yang memiliki tubuh lebih tinggi dan besar dibandingkan keduanya itu lalu bergegas mengenakan jaketnya, "jangan sok ngambek kalau takut kehilangan lagi. Inget-inget kalau lo lagi benar-benar mau memulai ini dari awal," kemudian ia benar-benar berlalu dari apartemen milik artis sekaligus sahabatnya itu.

Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang