Chp.17 - A Rumor

477 53 14
                                    

"Kak June," Sofia mendekati tubuh tinggi yang terlihat sekali sedang gusar juga menyiratkan kesakitan.
Tidak perlu ia tebak kenapa, karena baru saja ia melihat berita tidak mengenakkan tentang Bobby.
Yang jelas sekali menjadi penyebab emosi pemilik toko tempat ia bekerja sudah hampir 2 tahun ini menjadi tidak stabil.

Bobby sedang dalam perjalanan tour-nya, hanya 2 bulan. Tapi baru menginjak 1 minggu saja sudah banyak sekali berita yang beredar.
Entah ini merupakan gimmick yang dilancarkan oleh agensi atau bukan, yang jelas Bobby tidak menjelaskan apapun kepada June.

Berpuluh-puluh kali panggilan telepon laki-laki itu ia abaikan. Hingga kemudian telepon toko-nya pun menjadi sasaran Bobby kali ini.

"Angkat dulu, kak," kata Sofia sangat berhati-hati, takut membuat June tersinggung atau bagaimana.

"Bilang aku lagi enggak di toko, Sof," jawab June akhirnya dan lalu dengan sangat berat Sofia terpaksa berbohong.

Mungkin June harus benar-benar berkompromi dengan ini. Dengan akan banyaknya berita tentang laki-laki itu.

Juga dengan masa lalu mereka. Dan tentu saja dengan masa depan laki-laki itu.

Masa depan Bobby yang jelas sekali tidak akan ada June di dalamnya apabila terus-terusan seperti ini.

Berkali-kali Bobby mengatakan tentang hidup bersama, berkali-kali juga ia sanksi.

Dan benar saja.

Hatinya belum siap menerima berita miring tentang laki-laki itu.
Seperti tadi malam, tertangkap sedang berduaan dengan wanita di depan sebuah hotel ditengah-tengah jadwal tour-nya.

Apalagi yang lebih menyakitkan dari itu?

Sedetik tadi June menyesal telah memaafkan dan menerima Bobby kembali ke kehidupannya.

Dengan wanita? Cih!

Ia menangkup wajahnya, menyandarkan tubuhnya yang lemah.
Sakit hati tentu saja.
Tapi ia marah. Bahkan marahnya sambil membuat kepalanya pusing bak dihantam godam.
Hanya saja ia tidak mau terlihat serapuh itu.

Ia rasakan ponselnya kembali bergetar, tidak perlu ditebak lagi rasanya ia sudah hapal sekali siapa yang menghubunginya.

Namun kali ini diterimanya panggilan tersebut.

"Kenapa lagi, sih?!"

'Jangan begini, Eden, tolong.'

"Terserah, aku udah enggak peduli lagi gimana maumu, Bob. Terusin aja."

'Itu cuma wartawan cari berita, aku enggak berduaan, tolong percaya—'

"Terserahmu kubilang!!!"

Lalu ia membanting ponselnya entah kemana hingga hancur.

Salah memang telah membiarkan laki-laki itu kembali seenak hatinya saja terhadap hatinya yang ia pikir sudah kuat untuk menelan bulat-bulat hal seperti ini.

Setelah sudah benar-benar tenang, ia bangkit dari duduknya, berjalan sedikit terseok karena ia rasakan kepalanya semakin berputar lagi.

Kamar mandi.

Sudah lama sekali rasanya ia tidak mengeluarkan isi perutnya, dan sekarang seperti ini lagi.

"Kak—"

"Ambilin aku air hangat aja, tolong, Sof," katanya dengan suara lemah.

Sofia patuh, dan lalu memasak sedikit air hingga mendidih, dan ia campur dengan air biasa, kemudian ia kira-kira sudah cukup hangat belum.

"Ini, kak," ia membantu June mengelap sedikit bekas cairan yang keluar dari mulut June tadi menggunakan beberapa lembar tissue.

Berantakan.

Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang