June berjalan pelan semakin masuk ke dalam lorong sebuah bangunan apartemen mewah. Mencari nomor unit Bobby yang tadi ditinggalkannya saat mengiriminya pesan. Ia tadi membantu Bobby dan Rardian membereskan beberapa administrasi rumah sakit. Sedangkan dua orang itu sengaja ia persilahkan pulang lebih dahulu agar Bobby bisa cepat-cepat beristirahat kembali.
Ia tiba di unit yang dimaksud oleh Bobby, menekan beberapa digit angka yang tadi juga diberitahukan terlebih dahulu, dan lalu masuk ke dalam dengan perasaan sungkan. Terintimidasi dengan kemewahan di dalamnya. Seketika membantu mengingatkannya bahwa Bobby Lemuel-nya yang dulu sangat jauh berbeda dengan yang sekarang. Terutama dalam segi gaya hidup. Laki-laki itu tentu sudah menghasilkan banyak sekali pundi-pundi, terbukti dengan mobil yang dua orang laki-laki itu kendarai untuk pulang. Juga yang tadi digunakan untuk menjemputnya dari rumah sakit. Masing-masing pasti memiliki harga yang fantastis.
"Jun," Bobby mendekatinya menggunakan kursi roda yang tadi sengaja sekali dibeli untuk membantu mobilitasnya. Bobby harus beristirahat paling tidak hingga sebulan ke depan. Membuatnya harus merogoh kocek lebih dalam untuk beberapa kontrak yang jadwalnya tidak bisa bergeser. Tapi itu urusan agensi-nya, ia tidak perlu terlalu ambil pusing.
"Mau minta tolong," pinta Bobby dengan suara yang dibuat sedemikian rupa. Ia sepertinya tengah berakting menjadi laki-laki super manja. Sebelum akhirnya June teringat satu hal bahwa Bobby Lemuel-nya yang dulu memang sangatlah manja. Namun hanya kepadanya. Sepertinya hanya sifat ini saja yang belum berubah.
"Apa?"
"Aku pengen keramas, tapi enggak bisa."
June berpikir sebentar, "kakinya masih sakit banget, ya?"
"Udah enggak, tapi belum berani ditekuk."
"Dasar, manja."
June berdiri dari duduknya, lagi-lagi memperhatikan sekitarnya, "kamarmu yang mana?"
"Yang di dalam," jawab Bobby sambil menuntun kursi rodanya lagi ke arah yang ia maksud.
"Rardian kemana?"
"Ke security dulu, mau laporan kalau disini ketambahan satu orang."
"Aku?"
"Siapa lagi?"
June hendak membantah sebelum akhirnya Bobby berkata lagi, "tinggal disini dulu, katanya mau kasih aku kesempatan. Sekalian temenin. Tega?"
"Tapi, enggak perlu tinggal disini juga, Bob," kata June sambil membayangkan rumah dan toko rotinya yang sudah terbengkalai beberapa hari ini.
"Please, Eden."
"Aku enggak tinggal disini, tapi bakalan sempetin tiap hari kesini," terlalu riskan rasanya kalau sedikit-sedikit ia menyanggupi apa mau laki-laki ini terus menerus.
"Seriusan enggak mau?" Bobby mulai melancarkan aksinya. Terserah Eden-nya itu mau bilang apa. Dia tidak peduli lagi.
"Hmm."
"Sumpah??"
"Masih begini terus aku tinggal ya?"
"Tega banget!"
"Iya udah, aku pergi," June sudah ingin beranjak ketika lagi-lagi tangannya ditahan oleh Bobby, kemudian ditariknya paksa agar June kembali duduk.
"Ngambek mulu."
"Mau dibantuin keramas atau enggak?"
"Mandiin sekalian kalau gitu!"
"Beneran pulang—"
"Iya, iya, iya. Terserah kamu aja, deh! Nyerah aku."
June menghembuskan napasnya lega. Bukan apa-apa, tapi dia juga sebenarnya takut kalau akhirnya luluh dengan rayuan laki-laki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
FanfictionIni tentang kita yang lama berpisah, ingin kembali dan saling memiliki. Walau terkadang jalan yang ditempuh tidak seindah surga seperti namamu. -Bobby Lemuel 💙💜 Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove A lilis bit angst A lil bit harsh words Yang enggak s...