Chp.7 - Christmas Gift

781 54 21
                                    

Mereka sudah sampai di apartemen Bobby, ketika lagi-lagi Bobby meraup bibir June. Tidak selembut tadi, karena Bobby melumat bibir Eden-nya itu dengan sangat kasar. Namun June sama sekali tidak keberatan sepertinya, karena ia malah terdengar semakin mengerang.

"Bob, kakinya?"

"I want you," bukan menjawab Bobby malah semakin dalam menciumi bibir tebal laki-laki manisnya itu. Harum cocoa tadi masih menempel pada tubuh June, membuat Bobby ingin sekali mengecapnya disana-sini.

Sedetik melupakan keberadaan Rardian yang hampir saja melihat kelakuan mereka, karena June akhirnya menjauhkan tubuhnya dari dekapan laki-laki yang masih sedikit gamang untuk berdiri dan kemudian berlalu ke kamar mandi. Ia butuh segera mandi agar panas tubuhnya bisa sedikit lebih reda.

"Bob, gue balik," Rardian menyempatkan dirinya melongok ke dalam kamar utama, melihat kondisi Bobby sebentar yang dilihatnya seperti sudah sangat nyaman berbaring di atas tempat tidur.

Dahinya berkerut, "June mana?"

"Di toilet," jawab Bobby pendek.

"Jangan macam-macam lo, kaki pikirin," Rardian mencoba memperingatkan sekali lagi. Walau rasanya akan sangat sia-sia apalagi dia sudah melihat gelagat gelisah dari keduanya saat mereka dalam perjalanan pulang kesini tadi.

Lalu tak lama Rardian benar-benar pulang, meninggalkan sejoli yang dadanya sedang bergemuruh. Menunggu Eden-nya keluar dari kamar mandi karena tadi laki-laki itu pamit untuk membersihkan diri sebentar.

"Bob, handuknya dimana?"

"Di lemari gantung atas wastafel, ada enggak?"

June tidak menjawab, mungkin karena sudah mendapatkan apa yang ia cari. Lalu tak lama, yang dari tadi dinantinya keluar dengan tampilan yang lebih segar. Mengenakan kaos tipis milik Bobby yang lehernya dibiarkan belel, sehingga menampakkan collarbone yang dinilai Bobby sangat menggoda.

Bukan.

Tapi dimatanya, apapun yang ada di tubuh June sangat menggoda untuknya.

Bobby lalu bangkit dari posisinya membuat gestur tangan agar June mendekat.

Ya, katakanlah June juga sangat merindukan Bobby karena ia mengikuti apa mau laki-laki itu kali ini.

Seperti membalas ciuman Bobby dengan tak kalah liar. Membiarkan tangan laki-laki itu yang ternyata tidak mau diam dan menyentuh apa saja yang ia mau. Merasakan belaian jari-jemarinya digundukan boxer yang ia juga pinjam untuk malam ini.

"Bob—" pekiknya tertahan kala Bobby berhasil menurunkan karet celananya, dan mengelus ujung penisnya yang sudah basah.

"Apa?"

June menggeleng kuat-kuat, membuang arah pandangannya ke arah lain, menolak tatapan intens yang Bobby berikan, yang merupakan kelemahannya itu.

Bobby benar-benar bisa membuatnya bertekuk lutut hanya lewat tatapan matanya saja. Dari dulu.

"Argh," Bobby meringis tertahan, ternyata kakinya yang ia pikir sudah lumayan sehat itu berdenyut seketika saat tubuhnya berjengit merasakan tangan June yang mulai aktif menyentuhnya.

"Masih sakit ya?"

"Keep going," pinta Bobby memohon.

June tiba-tiba merasakan banyak kupu-kupu seperti sedang mengepakkan sayap diperutnya itu ketika mendengar suara serak Bobby yang tertahan.

"On top of me," pinta Bobby lagi.

Lalu tanpa meminta izin terlebih dahulu ia  menyibakkan ujung kaos June, memilin tonjolan kecil didadanya, menyesap leher jenjang laki-laki manisnya itu dan meninggalkan tanda yang berwarna gelap.

Slice of Heart - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang