Part 55

787 23 0
                                    

Hai!!
Siap untuk kelanjutannya???
Jangan lupakan untuk vote dan komen!!

Selamat membaca🤗

****

Pagi ini cerah, matahari bersinar terang. Namun udara masih terasa dingin. Belum banyak siswa siswi yang datang. Baru beberapa yang datang.

Seorang gadis berjalan menyusuri koridor. Rambutnya ia biarkan tergerai diterpa angin dengan lembut.

Dia adalah Aurora. Ia berjalan santai menyusuri koridor. Sesekali membalas senyum ramah kepada orang yang menyapa dirinya.

Namun tiba-tiba saja Zia datang dari arah berlawanan dengan Aurora. Kemudian berjalan seraya menyenggol kuat bahu Aurora. Hal itu membuat Aurora jatuh karena ia tak seimbang.

Zia membalikkan badannya dan menatap Aurora malang. "Sorry ga sengaja," ucapnya dengan senyum miringnya.

Aurora kemudian bangkit. "Zia, Rora mau jelasin yang kemarin."

Aurora menggerakkan tangannya untuk menggandeng tangan Zia. Namun dengan cepat ditepis oleh Zia.

"Jangan sentuh gue, gak level sama pelakor," ucap Zia.

"Rora bukan pelakor," ucap Aurora dengan nada tinggi. Namun matanya berkaca-kaca, ia sudah lelah dicap pelakor.

"Pelakornya marah nih," ucap Zia meledek.

"Rora tegasin ya, kalo Rora itu bukan pelakor. Kemarin emang gak sengaja ketemu," ucap Aurora lirih. Bulir air matanya mulai menetes.

"Masa sih? Gak percaya gue mah."

Zia maju satu langkah. "Pelakor mah pelakor aja kali, gak usah ngelak."

"Cukup Zi, cukup. Rora gak ada niat mau ambil Arkan dari Zia. Rora gak berfikir sampai sana," ucap Aurora.

"Gak ada sedikitpun niat Rora untuk ngambil Arkan dari Zia, gak ada!"

Zia tertegun mendengar ucapan Aurora. Namun sedetik kemudian tangannya dengan mulus mendarat di pipi Aurora dengan keras.

Pipi Aurora menjadi merah. Perih yang Aurora rasakan di sekitar sudut bibirnya.

Kemudian Arkan menarik Aurora menuju ke UKS. Namun matanya tak lepas memandang Zia dengan tajam. Wajahnya merah, seperti ia sedang menahan emosi.

Aurora yang melihat itu pun menciut untuk angkat suara. Ia hanya diam di tarik ke UKS oleh Arkan.

Arkan membawa Aurora ke brankar. Dengan pasrah Aurora duduk. Sedangkan Arkan berjalan menuju ke kotak P3K. Lalu tak lama ia kembali dengan beberapa obat di tangannya.

Dengan telaten Arkan mengobati sudut bibir Aurora yang sedikit berdarah. Sedangkan Aurora hanya diam, sesekali menatap wajah Arkan.

"Jangan marahin Zia," pinta Aurora saat sudah selesai diobati.

Arkan membelalakkan matanya, "kenapa? Dia salah Ra."

"Dia gak salah, dia cuma lagi emosi aja," ucap Aurora tenang.

"Jangan marahin dia, kalo sampe Rora denger Arkan marahin Zia, Rora gak mau ketemu sama Arkan lagi," ucap Aurora.

AURORA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang