Part 8

976 55 0
                                    

Happy Reading!!!

****

Ruangan bernuansa putih yang pertama kali di lihat Aurora saat terbangun dari pingsannya. Di mengerjap-ngerjapkan matanya dan langsung memegang kepalanya. Kemungkinan kepalanya masih sedikit pusing akibat benturan.

Andra yang sejak tadi memandangi Aurora langsung menoleh kepada Anya dan Gibran yang sedang mengobrol. "Rora sadar," dua kata itu langsung keluar dari mulut Andra spontan.

Anya dan Gibran langsung mendekat ke arah Andra dan Aurora. "Ra masih pusing tah?" tanya Anya.

Aurora langsung menoleh ke sumber suara tersebut, "masih An. Rora mau pulang, ada yang bisa nganterin Rora pulang gak?"

"Gue gak bisa Ra, ada ulangan harian pelajarannya Pak Okta. Tahu kan gimana kalo Pak Okta ngadain ulangan harian?" ucap Andra lirih.

"Gue gak bisa Ra, nanti gue giliran maju presentasi. Kelompok lo enak udah maju, lah gue?" ucap Anya.

"Aduh terus gimana, Rora gak kuat. Kepalanya pusing banget," ucap Aurora lemah.

"Lo ada pelajaran gak?" tanya Andra pada Gibran.

"Tadi kata Raka kelas gue kosong Kak," ucap Gibran.

"Berarti lo aja yang nganterin Rora. Gue ke kelas ya? Udah mau pelajarannya Pak Okta," ucap Andra sambil keluar UKS tanpa persetujuan dari yang lain.

Sepeninggalan Andra, di antara Aurora, Anya dan Gibran hanya diwarnai dengan keheningan. Tiba-tiba Aurora kepala Aurora terasa sakit kembali.

"Kepala Rora makin sakit," keluh Aurora sambil memegangi kepalanya.

"Ya udah gue anter aja. Nya lo ke kelas, lo bawain tasnya Aurora pulangnya aja. Sekalian bilangin ke Raka gue izin," ucap Gibran.

Anya pun mengangguk, "ya udah gue ke kelas. Titip Rora ya," ucap Anya sambil keluar dari UKS.

Setelah itu, Aurora mencoba bangun dari tidurnya. Namun kepalanya malah terasa sakit saat digunakan untuk bergerak. Akhirnya Gibran pun membantu Aurora.

****

Selama perjalanan, hening yang mendominasi perjalanan Aurora dan Gibran. Gibran fokus menyetir mobilnya, sedangkan Aurora hanya fokus dalam lamunannya.

Tuhan, terimakasih telah menjadikan salah satu khayalanku jadi nyata,-batin Aurora.

Aurora hanya menunduk sejak tadi, tetapi sesekali melihat ke jalanan. Tiba-tiba saja darah segar jatuh ke rok Aurora. Kepalannya langsung ia tegakkan untuk mengurangi mimisannya.

"Gibran punya tissue gak? Tissue Rora ada di tas, lupa di bawa," ucap Aurora lirih.

Gibran pun langsung menoleh ke arah Aurora. Dia langsung mengerem mobilnya dan meminggirkannya saat mendapati Aurora mimisan dan mukanya sangat pucat.

"Gak ada," ucap Gibran agak khawatir karena memang wajah Aurora pucat.

"Di depan ada warung, gue beli dulu. Lo tunggu sebentar." Gibran pun keluar dari mobil, dia berlari menuju minimarket di sebrang mobilnya. Aurora yang melihatnya hanya tersenyum tipis.

Gibran pasti ngelakuin ini karena kasian sama Rora,-batin Aurora sambil tersenyum miris.

Tak lama Gibran datang membawa sebuah kantong plastik yang berisi tissue dan beberapa minuman. Gibran langsung membersihkan hidung Aurora. Aurora tak lepas menatap Gibran, sungguh Aurora terkejut mendapat perhatian dari Gibran.

Gibran mendongakkan kepalanya, tanpa disengaja pandangan Gibran dan Aurora bertemu. Keduanya tak ada yang memutuskan kontak mata itu. Tetapi tiba-tiba Aurora pingsan di pelukan Gibran.

"Bangun Ra. Jangan bercanda," ucap Gibran panik sambil menepuk-nepuk pipi Aurora.

"Bangun Ra, bercanda lo sama sekali gak lucu," ucap Gibran sekali lagi dengan nada mulai kesal.

Tanpa pikir panjang, Gibran pun langsung membenarkan posisi Aurora. Dia langsung menyalakan kembali mobilnya dan mengantar Aurora. Gibran tahu rumah Aurora karena tadi sudah diberitahu alamatnya oleh Aurora.

****

"Ra masih pusing tah?" tanya Anya kepada Aurora.

Memang Aurora sudah sadar dari pingsannya sejak beberapa jam yang lalu. Tadi juga ada Andra dan Gibran, tetapi mereka sudah pulang. Sekarang di kamar Aurora hanya ada Anya dan Aurora.

"Ra gimana? Masih pusing?" tanya Anya sekali lagi. Memang dari tadi Aurora hanya diam saja sejak bangun dari pingsannya.

Aurora langsung menatap Anya dan mengangguk. "Udah lumayan mendingan kok," ucap Aurora.

"Syukur deh. Ra gue mau curhat nih, dengerin!" ucap Anya dan langsung diangguki oleh Aurora.

"Kemaren Gibran nembak gue Ra di taman. Tapi belum dijawab, bingung mau jawab apa. Gue harus gimana Ra?" ucap Anya

Aurora langsung terdiam mendengar perkataan Anya. Seketika sesak mendominasi ruang di dadanya. Anya pun langsung melambaikan tangannya di depan wajah Aurora.

"Rora!!" panggil Anya.

Aurora pun langsung memfokuskan kembali pikirannya. "Ya itu terserah Anya. Gimana perasaanya Anya ke Gibran," ucap Aurora.

Anya pun berfikir, "perasaan gue ke Gibran itu ya gitu deh. Gak bisa di jelasin pokoknya. Ya mungkin bisa dibilang gue suka sama Gibran. Tapi gue takut cuma jadi pelampiasannya dia doang."

"Ya itu sih terserah Anya, Rora sih cuma bisa doain yang terbaik aja," ucap Aurora.

Anya pun menghela napasnya, "iya deh. Tapi gue harus jawab apa coba?"

Aurora hanya menghendikkan bahunya. Aurora hanya menatap Anya yang sedang berbunga-bunga.

Semoga Anya bisa buat Gibran bahagia,-batin Aurora sambil tersenyum simpul.

"Eh iya lo beneran mau mundur buat si doi? Lo perjuangin dia udah lama lo. Bahkan hampir ada empat tahun, masa mau mundur gitu aja?" ucap Anya.

Aurora tersenyum getir mendengar perkataan Anya. "Mungkin memang harus Rora yang mundur An. Bahagianya dia adalah bahagia Rora," ucap Aurora.

Walau itu berarti nggak bersama Rora. Rora sadar diri kok-sambung Aurora dalam hati.

"Lo yang kuat ya, kenapa nggak sama Kak Andra aja. Keliatannya dia suka sama lo," ucap Anya.

Aurora pun langsung membulatkan matanya karena terkejut. "Nggak bisa, hati ini cuma milik dia. Walau Rora harus pergi dari kehidupan dia. Dan Rora sadar diri, Rora nggak pantes buat siapapun. Rora hanya ditakdirkan untuk mengagumi bukan untuk memiliki," ucap Aurora lirih.

"Kata siapa lo nggak pantes buat siapapun. Lo pinter, cantik, baik, pokoknya the best lah. Jangan murung gitu, mana Rora yang selalu semangat?" ucap Anya menyemangati Aurora.

Aurora hanya tersenyum. Tak lama kemudian Anya pun pamit pulang karena sudah hampir malam. Setelah merenungi diri, Aurora pun tertidur.

****

Thanks for reading💙💙
Gimana nih ceritanya, makin gaje ya??
Balik lagi nih AURORA, kangen gak nih???
Tunggu kelanjutannya oke!!!
Vote dan komen ya😘😘

Lampung, 11 Mei 2020
tlaveni__💙

AURORA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang