Part 4

1.4K 71 0
                                    

Happy Reading

****

Setelah dari UKS, Aurora pergi ke perpustakaan untuk menenangkan dirinya. Aurora menenggelamkan wajahnya di meja dengan tangannya.

Aurora menangis mengingat kejadian tadi. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Aurora pun segara menghapus air matanya dan mendongakkan kepalanya. Mata Aurora dan orang tersebut bertemu, tetapi Aurora langsung memutuskan kontak mata dengan orang tadi.

"Gue duduk di situ ya?" ucap orang tersebut sambil menunjuk kursi di samping Aurora.

Aurora pun mengangguk, "Kak Andra kok disini?" tanya Aurora polos.

Ya orang yang menepuk bahu Aurora adalah Andra-Keandra Devanka. Andra adalah ketua OSIS di SMA Arwana.

"Inikan tempat umum jadi siapa pun bebas ke sini dong," ucap Andra gemas.

Aurora hanya menjawabnya dengan deheman. "Nama lo siapa? Kok tau nama gue?" ucap Andra.

"Aurora panggil aja Rora, siapa sih yang gak kenal Kakak di sekolah ini?" ucap Aurora.

"Iya juga sih, secara gue itu ketos paling ganteng," ucap Andra narsis

"Pede sekali anda," ucap Aurora singkat.

Andra membulatkan matanya karena terkejut, "gue emang ganteng kali. Awas aja nanti jatuh cinta sama gue, gue ketawa paling keras."

"Idih males amat suka sama ketos sok ganteng macem kakak," ucap Aurora kesal.

Biasanya mah gue di kejar-kejar cewek. Nah ini malah terang-terangan di tolak, kadar kegantengan gue mulai luntur kayanya,-batin Andra.

"Awas aja lo," ucap Andra memperingati. Lalu Andra berdiri dan pergi meninggalkan Aurora.

Katanya Kak Andra itu dingin, tapi tadi kok narsis gitu. Aneh,-batin Aurora.

****

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, tetapi Aurora masih berada di sekolah. Seperti biasa Aurora melakukan kegiatannya rutinnya.

Setelah itu Aurora langsung bergegas menuju gerbang sekolah. Hampir setengah jam menunggu supir Aurora tak kunjung datang. Hari mulai sore, Aurora sangat cemas menunggu supirnya yang tak kunjung datang.

Aurora berusaha menghubungi sang bunda dan supirnya. Namun tak kunjung mendapat jawaban. Tiba-tiba ada motor yang mendatangi Aurora. Orang itu menggunakan helm full face jadi Aurora tak mengetahui orang itu siapa.

"Lagi nunggu siapa Ra?" tanya orang tersebut sambil membuka helmnya.

"Ternyata Kak Andra, Rora kira siapa. Rora lagi nunggu jemputan," ucap Aurora lega.

"Oh gitu, ya udah gue duluan," ucap Andra.

"Jangan Kak, Rora takut nunggu sendiri," ucap Aurora.

"Pulang bareng aja? Bentar lagi udah mau magrib," tawar Andra.

Aurora menganggukkan kepalanya. Aurora pun naik ke motor Andra. Saat sudah di atas motor, tiba-tiba tangan Aurora di lingkarkan ke perut Andra. Aurora yang terkejut atas perbuatan Andra pun langsung melepaskan tangannya dari Andra.

"Kalo jatuh gue gak tanggung jawab ya?" ucap Andra.

Mendengar ucapan Andra, Aurora pun langsung melingkarkan tangannya kembali ke perut Andra. Andra pun tersenyum tipis.

Jantung Andra berdebar sangat cepat saat Aurora melingkarkan tangannya. Saat terjadi kontak fisik dengan Aurora, tubuh Andra seperti tersengat listrik.

Aduh jantung gue kenapa sih. Kenapa jedag jedug? Bangsat, nanti kedengaran Aurora mampus gue,-batin Andra.

Tiba-tiba Aurora menepuk bahu Andra. "Ayo jalan Kak," ucap Aurora saat Andra telah menoleh ke Aurora. Andra pun hanya mengangguk.

****

Andra memberhentikan motornya di depan rumah Aurora. Aurora pun turun dari motor Andra.

"Makasih udah nganterin Rora," ucap Aurora setelah turun dari motor Andra.

"Iya santai aja. Gue balik ya," ucap Andra sambil menyalakan motornya.

"Hati-hati di jalan," ucap Aurora.

Andra pun melajukan motornya dan melesat pergi. Aurora masuk kedalam rumahnya.

Saat masuk ke dalam rumah, Aurora tak mendapati bundanya. Aurora pun segera mengecek keberadaan sang bunda.

Bunda dimana sih? Kok gak ada sih di cariin. Oh iya tanya Bi Ira aja,- batin Aurora.

Aurora pun segera berjalan menuju ke dapur. Biasanya Bi Ira ada di situ sedang memasak. Bi Ira adalah asisten rumah tangga di rumah Aurora.

"Bi bunda dimana ya?" tanya Aurora saat sudah berada di dapur. Hal itu membuat Bi Ira terkejut dan membalikkan badannya.

"Ngagetin aja si Non. Nyonya tadi pergi sama Tuan. Katanya mau keluar negeri," ucap Bi Ira.

"Kok nggak ngabarin Rora sih, terus kenapa pergi keluar negeri dadakan gini?" ucap Aurora kesal.

"Katanya sih ada urusan disana. Tadi juga perginya dadakan," ucap Bi Ira.

"Ooo, ya udah Rora ke kamar," pamit Aurora.

****

Sejak tadi ponsel Aurora bergetar menandakan ada pesan masuk. Aurora pun segera mengehentikan kegiatanya, yaitu membaca novel. Novelnya ditaruh di nakas dan mengambil ponselnya.

Ada pesan dari bunda nih,-batin Aurora.

Bunda : Sayang, maaf ya tadi bunda pergi nggak kabarin Rora.
Bunda : Tadi bunda perginya ngedadak.
Bunda : Kamu jaga diri, jangan lupa minum obatnya, jangan begadang, dan jangan terlalu capek.

Iya bun gapapa, Rora ngerti bun. Bunda baik-baik di sana ya : Aurora
Iya bun : Aurora

Siap bos👌👌 : Aurora

Setelah membalas pesan dari sang bunda, Aurora berjalan menuju balkonnya. Langit sudah berganti menjadi hitam yang dihiasi bintang-bintang dan sang pengganti surya yaitu bulan.

Aurora mendongakkan kepalanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Indah, satu kata yang cocok menggambarkan keadaan langit malam ini.

Tuhan, apakah harus serumit ini untuk mendapatkan dia?
Apakah harus sesakit ini hanya untuk mendapatkan cintanya?
Walau hanya satu detik saja, aku sangat ingin bisa bersamanya.
Tapi sepertinya tidak bisa ya? Sekarang aku harus merelakan kamu bersama dia.
Apakah itu yang terbaik Tuhan? Semoga itu memang yang terbaik,-batin Aurora.

Aurora pun masuk ke dalam kamarnya. Ia pun duduk di pinggir kasurnya. Tangannya membuka laci nakas dan mengambil obat. Ia pun meminum obat tersebut. Aurora pun menidurkan badannya dan memejamkan matanya. Tak lama alam mimpi datang menghampiri Aurora.

****

Aurora come back nih, siapa yang kangen Aurora.
Makin gaje ya ceritanya??
Penasaran gak sama kelanjutannya???
Ditunggu part selanjutnya.
Vote dan komen juga dong.

tlaveni__💙

AURORA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang