Part 56

761 28 0
                                    

Hai, apa kabar??
Sudah siap untuk membaca kelanjutan cerita ini?
Jangan lupa untuk vote dan komen!

Oke, selamat membaca!!!

****

Aurora meletakkan tasnya di atas meja belajar. Ia baru pulang dari sekolah, tadi sempat mampir ke toko buku bersama Anya. Aurora melangkahkan kakinya ke balkon kamarnya.

Aurora langsung duduk di kursi balkon kamarnya dengan seragam yang masih membalut tubuhnya. Wajahnya terlihat sangat pucat, terutama bibirnya.

Semilir angin membuat rambutnya berterbangan. Manik matanya fokus menatap indahnya ciptaan Tuhan. Tak sedikitpun Aurora memalingkan pandangannya. Tak ada kata bosan memandangnya.

"Tuhan, jika esok aku harus pergi ke sisi-Mu. Tolong jangan biarkan orang-orang yang berada di sekitarku sedih karena ku," monolog Aurora.

Tiba-tiba saja rasa nyeri di kepalanya terasa. Aurora menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakitnya.

Angin membelai lembut wajah Aurora. Deru nafasnya terdengar teratur. Setelah beberapa saat, Aurora kembali membuka matanya. Namun kepalanya masih terasa sakit.

Aurora bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan gontai ke kamar. Dengan cepat, Aurora menggeledah isi lacinya. Karena tak menemukan obatnya, Aurora berjalan ke arah meja belajarnya.

Tangannya terus menggeledah isi  tasnya. Namun obatnya pun tak di temukan. Ia hanya menemukan botol obatnya saja.

"Di mana sih obat itu?" tanya Aurora pada dirinya sendiri.

"Apa udah habis ya?" tebaknya.

Karena tak menemukan obatnya, Aurora berjalan menuju ranjangnya. Ia berniat untuk tidur agar rasa sakit di kepalanya hilang.

Ia duduk di ranjangnya. Namun tiba-tiba darah segar keluar dari hidungnya dan menetes ke rok sekolahnya. Dengan cepat Aurora mengambil tissue dan membersihkan darah itu di hidungnya.

Lalu Aurora merebahkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Tak lama matanya sudah terpejam

Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar Aurora. Ia berjalan menuju ranjang Aurora. Ia menggoyang-goyangkan lengan Aurora, tak lupa memanggil namanya Aurora.

Karena merasa tidurnya terganggu, Aurora membuka matanya perlahan. Setelah itu ia bersandar di kepala ranjang. Lalu menatap wanita itu.

"Ada apa bi?" tanya Aurora pada wanita di sampingnya itu, yang tak lain adalah bi Ira–pembantu.

"Maaf bibi bangunin tidurnya, di bawah ada teman non Rora yang menunggu," ucap bi Ira.

Aurora mengangguk, "Rora mandi dulu. Mereka suruh nunggu sebentar, jangan lupa sediakan minum sama cemilan ya Bi."

"Oke non, ya udah bibi ke bawah dulu," ucap bi Ira. Bi Ira pun segera keluar dari kamar Aurora.

Sedangkan Aurora masih duduk bersandar di kepala ranjang. Ia menatap sekeliling kamarnya. Ia menghembuskan nafasnya, sakit kepalanya masih ada. Namun tidak sesakit tadi.

Aurora beranjak dari duduknya. Lalu berjalan menuju  kamar mandi yang ada di kamarnya.

****

AURORA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang