Kompak

39 8 2
                                    

Bukan tentang siapa yang lebih unggul dalam persahabatan, tapi tetang kekompakan yang membuat unggul pribadi masing-masing.

~pengagumhujan_rya


Pagi adalah awal dimulainya hari baru, mengawali aktivitas dengan bismillah sudah sepatutnya kita lakukan sebagai hamba Allah yang bersyukur atas nikmatnya yang tak terhitung dari kita bangun hingga bangun lagi nantinya.

"Mal!" sapa Zaki pada Akmal yang melintas di depannya.

Akmal menoleh ke arah Zaki yang dengan santainya mengaduk adonan bakso seolah bukan dialah yang membuat kaki Akmal terhenti.

"Ada apa?" tanya Akmal dengan wajah yang memelas namun tak ada respon.

"Zak! ane mau ke pasar udah kesiangan, nih. Kalau ada yang mau di pesan, buruan," ucap Akmal.

Lagi-lagi Zaki masih fokus dengan aktivitasnya, ia tak sadar apa yang telah ia lakukan pada Akmal tadinya. Dengan sigap tangannya meramu bahan-bahan bak chef profesional.

"Zak! ane barangkat, assalamualaikum." Akmal lantas meninggalkan Zaki yang tak memberi kepastian padanya.

"Walaikumsalam, eh Mal!" Zaki mengejar Akmal setelah menyadari tindakannya yang salah, ia berlari ke depan cafe kecil milik mereka bertujuh.

"Mal! Ya Allah maaf tadi gua khilaf, ini cuma mau bilang kalau kepasar nanti jangan lupa daun seledri, ya." Zaki menepuk pundak Akmal dan kembali ke meja masaknya melakukan tugasnya sebagai koki.

Cafe Ummul Khiyar adalah cafe kecil yang di bangun oleh tujuh orang pemuda perantau untuk memenuhi kebutuhan mereka selama menuntut ilmu di ibu kota.

Cafe sederhana yang menyajikan makanan siap saji, sate padang dan aneka jus juga jamu sehat itu baru di bangun dua bulan lalu. Atas inisiatif dari Bayu, yang terlahir dari keluarga berkecukupan namun tetap dibiasakan mandiri oleh kedua orang tuanya.

Bayu mengajak teman-temannya untuk membangun bisnis bersama sambil menuntut ilmu. Keenam pemuda lainnya menyetujui itu. Nama cafe yang disepakati mereka itu berartikan ibu pilihan, dengan  harapan bisa menjadi cafe besar dan dikenal banyak orang.

Eko pernah bertanya 'kenapa harus ibu pilihan?'

Farhan dengan senyum manisnya menjawab 'Karena ibu adalah tiang utama kehidupan, sehingga semua yang berkaitan dengan hal-hal besar berkaitan pula dengan 'ibu' contoh ibu jari, ibu kota dan ibu negara, tidak ada bapak jari, bapak kota dan bapak negara'

"Mal!" sapa Raja menghampiri, sambil menggenggam sapu dan kemoceng di kedua tangannya.

"Apa?" sahut Akmal singkat, padat, jelas, tepat dan mantap.

Raja memasang wajah polosnya disertai cengiran menyimpan sesuatu.

"Lo mau kepasar 'kan?"

"Hmmm." Akmal menjawab dengan deheman dan seolah paham maksud dari sahabatnya ini.

"Beliin ane deodoran, ya. Nanti uanganya ane ganti," bisik Raja dengan segan sambil menaik turunkan alisnya yang tebal bak semut berabaris. Pasalnya Raja selalu minta tolong dibelikan barang namun tak pernah menepati janji untuk membayarnya.

Mendengar itu Akmal menarik nafas panjang lalu kemudian menghembuskannya perlahan dan membacakan sebuah dalil.
"Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ
خَانَ

Tujuh Sajadah HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang