Hati Berduri

5 1 0
                                    

Tak ada obat rindu kecuali temu, namun rindu bisa di tawarkan dengan senandung doa. Maka lambungkanlah doa untuk jiwa yang kau rindui.

~pengagumhujan_rya
 

Jika ada orang yang tak meridukan orang tuanya padahal sudah amat lama tak bertemu mungkin hatinya sedang berduri, tak akan bahagia kita bila melupakan dua malaikat dunia yang membesarkan kita menjadi manusia yang sempurna.

Malam yang sunyi membawa angin semilir menembus kulit hipodermis Zaki, ia sedang duduk termenung di mesjid sambil menatap langit malam, melihat langit yang di penuhi bintang seolah bisa menjadi bius penenag bagi dirinya yang sedang merindu bundanya juga adiknya yang sudah hampir empat tahun ia tinggalakan, demi mencari penghidupan yang lebih layak lagi.

Brukk!

Zuhra terserempet pengendara sepeda motor yang membuatnya jatuh ke pinggiran jalan. Na’asnya orang itu malah pergi dan tak menolongnya, Zaki yang melihat tragedi itu sontak berdiri dan hendak menolong.

Belum sempat kaki Zaki melangkah, ia melihat seorang lelaki membantu membereskan barang-barang yang jatuh dari tangan Zuhra.

“Kamu baik-baik saja?” ucap Bayu sambil mememunguti barang-barang Zuhra.

“Oh iya, tak apa. Terima kasih,” jawabnya menundukkan pandangan.

Zaki bersembunyi di balik tiang teras mesjid karena takut sosoknya tertangkap oleh Bayu. Tapi matanya masih siaga memperhatikan mereka, wanti-wanti jika setan masuk di antara mereka. Kita tak pernah tahu akan itu. Setan akan masuk dari pintu mana saja agar dapat membawa anak adam bersamanya ke neraka. Apalagi malam ini sudah menunjukkan pukul sembilan, jalan di gang itu mulai sunyi, jadi peluang setan menjerumuskan manusia sungguh sangat besar.

“Bayu!” panggil Raja yang berlari menghampiri mereka. “Eh ada Zuhra, mau kemana?”

Zuhra mulai segan dengan mereka berdua, meski ia tahu Bayu dan Raja adalah pria baik-baik tapi tetap saja ia takut, jika saya atau kita berada dalam kondisi itu juga mungkin akan grogi tingkat dewa.

Dari kejauhan Eko juga melihat pemandangan yang menusuk ulu hatinya, sebenarnya Bayu dan Raja ingin menyusul Eko untuk membeli perlengkapan bahan pokok besok, sebab Akmal sedang tak enak badan. Dengan bersembunyi-sembunyi Eko memperhatikan mereka, ia juga tak sadar Zaki tak sengaja melihatnya berdiri di samping Ruko.

“Akmal ada di mana?” tanya Zuhra gugup.

“Apa? Akmal?” batin Eko dan Zaki terhenyak penuh tanya bersamaan meski mereka berjauhan. Mungkin ikatan persahabatan sudah kuat di darah dua lelaki ini atau hanya sekadar insting manusiawi saja.

“Akmal ada di kos, memangnya ada apa?” Bayu balik bertanya.

“Eummm … ini ada surat untuknya, tadi saya lupa, jadi malam ini saya mau menyerahkan ini.” Zuhra memberikan amplop putih panjang yang di terima oleh Raja.

“Saya permisi duluan.” Zuhra beranjak meninggalkan mereka. “Oh iya, katakan padanya pagi-pagi nanti untuk menemui saya di ruangan ustad Basir, Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam,” jawab Raja dan Bayu serempak.

Setelah Zuhra pergi Eko langsung gerak cepat menghampiri Raja dan Bayu, ia menarik Amplop itu dari tangan Raja. Dan tanpa basa-basi ia pergi meninggalkan Raja dan Bayu yang tercengang melihat punggungnya yang semakin jauh.

Tujuh Sajadah HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang