Berkabar Cinta

12 3 0
                                    

Cinta itu anugrah terindah namun bisa menjadi momok pemisah. Cinta bisa membangun rumah tangga namun bisa merusak sebuah keluarga, cinta bisa menguatkan ukuwah namun bisa merusak persahabtan nun indah.

~pengagumhujan_rya

"Eko!," teriak Akmal dari kejauhan sambil berlari membawa selebaran kertas putih.

Eko bersama Farhan, Raja dan Bayu yang tengah duduk di pinggiran kolam air mancur di taman seketika menoleh pada sumber suara.

Akmal yang tergesa-gesa berusaha menetralkan nafasnya yang bagaikan di kejar ribuan wanita. Bukan Hantu, kalau Hantu Akmal bisa membacakan ayat kursi. Namun jika di kejar ribuan wanita sulit bagi Akmal mencari tempat bersembunyi. Sebagaimana kita tahu selain fitnahnya yang luar biasa wanita juga sangat ganas apalagi bila masa PMS, naudzubillah.

"Ini," -Akmal mendudukkan bokongnya ke pinggiran kolam dan meraih botol air minum Bayu-"Eko ente lulus untuk debat bahasa Arab mewakili kampus kita"

"Apa!" Eko membalikkan badannya tak percaya, ia tak sanggup melihat wajah teman-temannya.

"Maa syaAllah, selamat, Bro." Bayu menepuk pundak Eko.

"Ciaa, uhuy, selamat, Ko." Raja menyenggol bahu Eko.

"Alhamdulillah," balas Farhan dengan sumringah indahnya.

"Gak! ini gak mungkin, gimana caranya ane bisa lulus." Eko menggaruk kasar kepalanya, ia tak habis pikir dirinya yang tak meminati cabang ilmu itu bisa dipilih dari kampus, bahkan resmi.

Dua minggu yang lalu kampus mereka mengadakan seleksi untuk debat bahasa antar Mahasiswa dan Mahasiswi tetangga.
Eko hanya iseng ikut seleksi, itupun karena saran Akmal. Ia sama sekali tak berharap terpilih. Namun jika Allah sudah berkata 'Kun' maka jadilah.

"Syukur atuh, ini bisa meningkatkan popularitas kamu," cetus Bayu.

"Polularitas?, heheheem." Eko tertawa sepele. "Yang ada ane jatuh kandas, hey hey kalian kan tahu sendiri bahasa Arab ane itu Maa syaAllah ... udah kayak bayi idiot yang baru belajar ngomong," ungkap Eko memijat kepalanya yang masih sangat tak percaya.

"Tapi hasil tesnya, nilai kamu paling tinggi, Ko. Kalau ane bisa ikut kemarin ya ane ikut, tapi ane jadi panitia tahun ini. Jadi ... gak bisa ikut" tutur Akmal yang dari mereka bertujuh memiliki kemampuan bahasa Arab yang lebih baik.

Eko masih tak terima dirinya akan mewakili kampus, malah ia harus mempertahankan piala debat bahasa Arab yang sudah lima tahun menjadi abadi di kampus mereka.

"Optimis, Ko. Nanti kita bantu, kan masih ada waktu belajar, gak boleh nyerah, ingat kesempatan tak datang berkali-kali, hanya sekali," ujar Farhan memberi semangat Eko yang kalap.

"Iya, optimis kawan. Kita akan mendukungmu sampai titik darah penghabis-" ucapan Raja terpotong karena Fang datang dan menutupi wajahnya dengan kertas.

Raja langsung menarik kertas itu kasar
"Ini kertas apaan? Kertas ane lulus debat bahasa Inggris? Hahah ... gak mungkin,"  Raja bertanya dan menjawab sendiri lontaran asalnya.

"Iya," balas Fang polos.

Mulut Raja langsung mangap lebar diikuti mata terbelak kaget, mungkin seperkian detik lagi  mulut Raja akan dimasuki berbagai zat alam  jika Bayu tak segera menutupnya.

Tujuh Sajadah HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang