Salah Kata

3 1 0
                                    

Janganlah kita merasa tinggi dengan ilmu yang baru kita dapat, memang tak semua bisa memahami sesuatu sepaham diri kita. Tapi bukan pula kita meroket karena di puji dan dibutuhkan, sebab ilmu tak aka melekat pada hati yang condong pada kesombongan.

~pengagumhujan_rya

Seperti biasa pagi dini hari tujuh pemuda yang tinggal enam lagi itu kini telah bersiap-siap ke kampus, tak banyak lagi cerita dan tawa cinta, semua berubah menjadi enggan yang sangat risih di pandang mata.

Mereka pergi berenam, tak ada yang mau membuka topik pembicaraan. Entah karena masalah tempo hari atau bisa jadi kepala mereka yang sedang sibuk berkerja ekstra untuk kepentingan ujian akhir di semester lima.

Mereka sempat khawatir dengan Zaki yang biasanya paling semangat untuk menghadapi ujian kampus yang menjadi momok menakutkan. Tapi ke khawatiran mereka tak bertahan lama setelah mengetahui Zaki masuk ke gerbang kampus.

“Itu Zaki.” Tunjuk Bayu.

Semua mata memandang Zaki, namun Zaki yang belum bisa memperbaiki hatinya berpaling cepat menuju kelasnya.

Merekapun turun setelah becak benar-benar berhenti, Bayu dan Raja yang sekelas dengan Zaki mengejarnya untuk meminta pertanggung jawaban atas kekhawatiran mereka.

“Kita duluan, ya. Mau nyusul Zaki,” ucap Bayu pada teman-temannya dan segera pergi meninggalkan yang lain. Eko yang melihat suasana itu sedikit tersindir, ada pula rasa bersalah yang menghampirinya.

Begitu teman-temannya sangat menjaga hubungan kesaudaraan, sementara ia hanya menjadi pemecah yang tak bertanggung jawab.

Saat tiba di kelas jam ujian segera di mulai. Bayu dan Raja tak sempat menanyakan hal yang sudah sebanyak kamus bahasa Arab itu pada Zaki. Jam ujian di mulai dengan sangat tenang, bahkan suara semut berjalan nyaris terdengar.

“Alhamdulillah,” ucap Zaki yang telah selesai menjawab ujiannya, cepat-cepat ia berlalu sebelum teman-temannya menghampirinya.

Namun salah, Bayu dan Raja yang sudah belajar ekstra itu juga selesai dengan tepat. Lima langkah kakinya melewati pintu kelas tangan kekar Raja menahan tangan Zaki yang sawo matang.

“Jangan menghindar Zaki,” ucap Bayu.
Zaki tak mau berucap ia coba melepaskan genggaman temannya yang memiliki kekuatan lebih bagai ada cakra tambahan seperti dalam film naruto. Melihat perlawanan Zaki gengaman Raja semakin kuat dan mereka membawa paksa Zaki ke tempat yang sunyi tepatnya di laboratorium Bahasa.

“Kita dah capek kucing-kucingan. Sekarang ente jelasi kronologi masalah ente pada kami,  tak ada rasa segan jika kau merasa kita saudara seiman,” tutur Bayu.

“Zaki mengeluarkan surat yang dikirim ibunya padanya selama sebulan terakhir. Ada tiga surat, Bayu dan Raja bergantian membaca dan memahaminya. Alangkah jantung mereka hendak lari dari kenyataan meninggalkan semua kenyataan yang pahit untuk mencari ketenangan.

Assalamualaikum Wb.Br

Zaki anak umak yang paling umak sayang, maaf tak pernah mengirimmu uang,kau tahu sendiri, Nak. Umak hanya mencari nafkah sendiri dan membiayai kalian sebisa umak. Umak tahu umak tak tahu diri tapi bisakan umak minta bantuan Zaki. Hutang untuk ongkos Zaki pulang kemaren belum bisa umak lunasi. Belum lagi adikmu Fatimah yang hendak mengikuti ujian, uang sekolahnya sudah ketunggak dua bulan. Umak tak tahu harus bagaimana. Sekiranya kau punya rezeki Umak minta bantulah adikmu ini, Nak.  Kasihan dia.    ‘
 
Tertanda : Umak Zaki dari Padang.

Begitulah kira-kira pesan dari Umak, yang membuat cerita Bawang di mata Bayu dan Raja.

“Jadi ente selama ini cari kerjaan tambahan” tebak Raja tepat mengenai bidikan.

Zaki mengangguk pasrah ia bingung mau menjelaskannya bagaimana yang ia alami kepada teman-temannya.

***

Ujian kampus telah selesai dan semua pencari ilmu itu sudah berhamburan, Akmal meminta izin temannya untuk ke toko buku namun azan asar sudah berkumandang, Akmal bergegas memenuhi seruan Allah ini.

Selepas salat Akmal melihar di taman mesjid seorang anak kecil yang bermain sendiri dengan balonnya.

“Hey mau madu?” tawar Akmal yang selalu membawa madu sachet untuk cemilan, sebagaimana yang Rasulullah katakan bahwa makanan yang baik itu adalah, kurma, madu buah jaitun, sebagai pemburu sunnah Akmal mengamalkannya.

Gadis kecil itu mendekati Akmal dan akmal terbelak melihat gadis cantik ini yang ternyata adalah gadis kecil yang pernah ia jumpai di depan Café.

“Elif?” tebaknya.

“Om jenggot tampan,” Balas Elif yang masih sangat mengenal Akmal.

“ Kenapa main sendiri? Momy mana?”

“Elif ini Ice creamnya, sayang.” Silvy datang membawa dua mangkuk Ice cream vanila kesukaan mereka.

Akmal yang berpapasan wajah dengannya segera bangkit dan hendak meninggalkan mereka.

“Tunggu!” Silvy menghentikan Akmal. “Saya mau minta maaf,” ucapnya terdengar lirih.
Akmal membalikkan badan dan mengangguk, kakinya berniat pergi dan menghindar.

“Bukankah kita tak berdua disisni, kita ada di kerumunan banyak orang di taman ini.” Silvy memberikan ice creamnya yang tinggal semangkuk pada Akmal. Akmal menggeleng menolak.

“Bisakah kau duduk sebentar, aku ingin menanyakan sesuatu.”

Akmal memutar otak dan berkali-kali menanya hati dan pikirannya, batinnya berkata mungkin ini ada kaitannya dengan kejadian Ustad Basir dan dirinya yang tak sengaja menjadi saksi mata kekeraan tanpa alasan itu.

Mau tak mau Akmal duduk berjauhan di bangku taman dengannya, Elif terseyum melihat Mominys dekat dengan laki-laki yang ia sukai. Suka bukan dalam arti lain, melainkan Elif sangat menginginkan sosok Ayah.

“Andai om jenggot ganteng ini Papi Elif,” celetuk Elif di sertai kekeh yang membuat kekeh Silvy dan baper pada jiwa Akmal. Setelah cerocos seenaknya Elif kembali bermain, namun kekeh indah dari Silvy belum usai sampai Akmal membuka topik bahasan.

“Memannya kau dan suamimu dulu berpisah karena apa?” tanyanya yang di balas kaget oleh Silvy, merasa bersalah akan kalimat tang tak sepatutnya, Akmal segera meminta maaf. “Ma-ma-maaf.”

“Ha? Hahaha,” Silvy tertawa girang melihat ekspresi Akmal. “Saya belum pernah menikah,” jawab Silvy.

Mata Akmal membulat sempurna, ingin terjun dan lari kesana-kemari. “Apa maksudnya? Apakah dia mempunyai anak tanpa menikah? Lantas Elif adalah anak …?” batin Akmal bentrok dengan berbagai pertanyaan negatif.

Jawaban Silvy yang menyatakan ia belum menikah, tapi sudah mempunyai anak tentu menjadi dasar pikiran negatif bagi yang mendengar.
 
 

🌹🌹

Assalamualaikum, semua.

Gimana partnya?😱
Siapa dasar negatif yang bentrok di kepala Akmal.

Krisarnya selalu di nanti🤗
Vote jangan lupa.

Jangan lupa baca Alquran hari ini.

Wassalamualaikum.

 
 
 

Tujuh Sajadah HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang