Kekhawatiran sering membuat kita kalah, pasrah dan menyerah. Namun lagi dan lagi jika Allah berkata Kun.
Maka jadilah
Kita tak perlu meminta banyak, cukup minta rasa syukur, sabar dan ikhlas. Sebab seringkali kita tak memiliki itu, hingga ujian tak lagi menjadi khidmat, namun kekufuran yang menjadikan kita terlaknat.~pengagumhujan_rya
"Saudara Eko Zubair dari Universitas Walisongo silahkan mengambil tempat."
"Ko ane gak salah dengar lagi kan, buru maju, Ko!" Pungkas Zaki yang disertai tangis haru.
***
"Kan apa ane bilang, kalau kita berusaha dan berdoa, gak ada yang gak mungkin bagi Allah." Satu tepukan bahagia mendarat di pundak Eko, Farhan terkekeh melihat kemenangan yang sudah di taklukkan oleh para ketidakmungkinan yang sudah menjadi mungkin kini.
Raja dan Eko yang duduk berdampingan di bangku taman kampus menatap kosong ke depan. Dan yang paling kosong adalah Eko.
"Sekarang, ente bisa buktiin, Ja. Kalau rapor dari SD sampai SMA dengan bidang Bahasa Inggris yang tinggi, bukan suatu kepalsuan," sorak Bayu di sambar gelak tawa yang lainnya.
Suasana bahagia dari dua orang sangat memberi efek pada sahabatnya, tak ada iri dalam bidang ilmu, begitulah teladan mereka. Jika satu sakit maka semua sakit, dan sebaliknya jika satu bahagia semua harus bahagia.
Gelak tawa yang menggiurkan tak terpeleset untuk menular ke dua anak adam itu.
Merek bagaikan patung bernyawa yang menunggu giliran penghancuran satpol PP karena ada di aera traktoar jalan.
"Woy lu pada!!" Tegur Bayu melambaikan tangannya ke depan mereka.
Dua empu ini tak berkutik, masih kosong dengan tatapan dan juga pikiran.
"Zuhra, Maa syaAllah cantiknya," ucap Fang.
Sontak mata kedua anak manusia itu berpaling arah, tubuh merekapun mencari sosok mendamaikan itu.
"Kalau giliran kaum Hawa, noh saraf reseptor cepat tanggap," ujar Zaki.
"Sial," umpat Eko.
"Gak nyangka banget, kalian pasti juga gak yakin kan kalau ane bisa bawak pulang lagi tu piala?" Eko menunjuk teman-temannnya serius. "Ayo jujur."
Semua hanya terdiam dan tegang, memang jika dilihat saat debat, Eko hanya berargumen dua kali, namun bahasa arabnya sangat pasih, dan ucapannya sangat tepat sasaran. Berbeda dengan finalis lain yang bahkan sampai tegang leher.
"Melamun jangan melamun kalau tiada artinya," lagu Pak H. Rhoma Irama merdu di lantunkan oleh pemuda berkaca mata, Fang.
"Kenak undang-undang melanggar hak cipta karena mengganti lirik," tegur Raja yang mulai rancak setelah pengabaian hakiki.
Sontak Fang menutup mulutnya, teman mereka yang satu ini memang sangat polos.
Gelak tawa kembali menggetarkan angin yang bertiup. Membuat gelombang bunyi yang bisa di dengar seisi kampus.
"Sudah rezeki dan qodarullah, kita terima dan terus muhasabah diri, itu lebih baik dari pada membandingkannya denagn hal yang sudah terjadi," tutur Akmal setelah para tawa mulai mereda.
Anggukan dari para teman seperjuangannya membuat mereka bertambah nilai sosial.
Kadang bukan hanya karena organisasi, kesatuan dan prestasi. Serangkai kalimat juga bisa memperkuat pohon kecil yang mulai tumbuh dewasa seperti tujuh pemuda ini.
Azan berkumandang merdu menggema ke telinga. Seruan dengan lirik yang tiada bandingnya ini. Menarik mereka ke rumah Allah. Salat ashar akan di tunaikan sebelum mereka kembali pulang.
Mereka berlari dan berlomba untuk lebih dulu sampai. Tak peduli dengan tatapan mahasiswa lain yang menganggap mereka bagai orang dewasa dengam masa kecil yang kurang bahagia, mereka lebih menyukai menjadi anak-anak yang polos, menangis karena luka buka karena cinta.
Salat telah tertunai, waktunya mereka kembali ke kediaman mereka. Satu persatu naik ke becak.
Namun Zaki terbelak melihat gadis yang sibuk membantu Bu Yati.
"Eh liat apa?" tanya Bayu yang kini ada di samping kanannya.
"Itu Zuhra ya?"
Bukan menjawab Bayu malah balik bertanya. Bayu memutar bola mata malas mendengar respon itu.
"Di tanya, di jawab, bukan tanya balik," cicit Bayu berlalu meninggalkan Zaki yang masih bengong.
Gadis bergamis hijau bottle dan berhijab syari yang tak begitu panjang sedang sibuk meladeni pelanggan.
"Begitukah rupa Zuhra, Maa syaAllah ... beruntung kamu, Mal," batin Zaki.
"Zaki Syafiq Zulkarnaen!!" teriak Raja. "Noh nama mantul panjang dan susah, eh ... ente mau balik tak?"
"Coba kalian lihat gadis itu?" Raja menunjuk ke arah matanya memandang. Namun seperkian menit gadis itu berganti tempat dengan Bu Yati.
"Gadis? Bu Yati maksudnya?" sembur Akmal dan gelak tawa kembali tercipta.
"Bukan, itu yang pakai gamis hijau?"
Dengan lamat mereka memerhatikan gadis itu.
"Astagfirullah." Fang menutup matanya begitu juga yang lain, mereka merasa bersalah melihat Zuhra yang tak menggunakan cadar seperti yang mereka ketahui.
"Kenapa?" tanya Eko yang tak menutup mata dan kini keheranan.
"Kalian kira itu Zuhra? Itu bukan Zuhra."
"Ha?" ucap mereka berenam serempak. Kaget namun tak percaya.
"Jadi itu siapa?" tanya Zaki.
Eko dengan santai naik ke becak. Wajah sombong mulai ia tampakkan, karena mengetahui hal yang tak di ketahui oleh teman-temannya.
"Jawab atuh," sergah Bayu yang tak terima penasarannya di gantung.
Bukan perasaan ya, tapi penasaran.
"Iya," bela Fang yang kini juga dirundung rasa ingin tahu.
Sementara Akmal dan Farhan juga Raja acuh tak acuh saja. Memang apa pentingnya. Pikir mereka
"Nanti kalau udah sampai di rumah, baru ane jelasin," Eko sudah duduk manis di becak.
Helaan kecewa sama-sama keluar dari enam dada bidang yang di permainkan oleh Eko kali ini.
🦋🦋🦋Assalamualaikum teman-teman😊🤗
Aduh duh duh gimana-gimana part ini?
Banyak happynya 'kan?, so pasti dung. Selain menyampaikan nilai agama author ingin kalian happy juga😅🤗Kira-kira penasaran tak dengan gadis yang di rahasiakan Eko?
Penasaranlah😅Oke tunggu part selanjutnya cinta💖😊
Jangan lupa baca Alquran hari ini
Wasaalamualaikum
![](https://img.wattpad.com/cover/253920345-288-k964022.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Sajadah Hijau
Spirituale"Ini sajadah hasil dari usaha kita, sampai kita selesai pada tujuan masing-masing, tujuh sajadah di ruangan hijau ini gak boleh berkurang." Itulah perjanjian dari tujuh orang pemuda yang meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu ke ibu kota...