Sebelas

9 3 0
                                    

Pukul enam pagi, Maudy siap dengan pakaian olahraganya. Rambutnya diikat pony tail. Tadi malam, Bagas memintanya ditemani ke suatu tempat. Maudy mengira Bagas mengajaknya ke CFD lagi. Ke mana lagi tempat yang memungkinkan di hari minggu pagi seperti ini bukan?

"Mau olahraga, Dy?" tanya ibu Maudy yang mau memasak sarapan.

"Iya, Ma. Ody nggak bantu bikin sarapan dulu, nggak papa, ya?"

"Iya, nggak papa. Kamu mau sarapan di rumah atau di luar? Kalau di rumah, Mama lebihin sarapannya buat kamu."

Maudy tampak berpikir sejenak sebelum menggeleng. "Kayaknya di luar. Ody pergi sama temen. Ody keluar ya, Ma. Temen Ody udah mau nyampe."

Maudy menyalami ibunya lalu menunggu Bagas di teras. Sepuluh menit yang lalu Bagas mengirim pesan kalai cowok itu akan berangkat. Tidak lama lagi Bagas pasti sudah sampai.

Tepat seperti perkiraan, Bagas sampai lima menit kemudian. Maudy sedikit heran melihat pakaian Bagas. Cowok itu tidak menggunakan pakaian okahraga seperti dirinya.

"Lo kenapa pakai gituan, Dy?" tanya Bagas ikutan bingung.

"Kita mau CFD, kan? Lo kenapa nggak pake baju olahraga?"

"Lah, yang bilang mau CFD siapa?" Tawa Bagas menguar. "Sotoy banget lo. Gue mau ajak ke pantai, main air."

"Ih, Bagas! Bilang kali semalam. Gue jadi salah kostum gini," kesal Maudy. Bibirnya mengerucut yang membuat wajahnya makin menggemaskan. "Gue ganti baju dulu."

"Jangan lama-lama. Matahari keburu naik."

"Bodo! Salah lo, ngeselin!"

Sepuluh menit kemudian Maudy muncul dengan short pants dan kaus oversize. Karena Bagas bilang mereka mau ke pantai, Maudy menggunakan sandal di kakinya.

"Mantai banget ni bajunya," goda Bagas. Maudy memutar bola matanya kesal. Ia menerima helm dari Bagas dengan ogah-ogahan. Namun, gerakannya ingin memasang helm terhenti karena menyadari helm yang ia pegang bukan helm pink yang biasanya selalu ada di motor Bagas.

"Helm siapa, nih?"

"Baru. Keren nggak?" Bagas menaik-turunkan alisnya. Maudy menatap Bagas dan helm putih di tangannya bergantian.

"B aja." Maudy melongos tidak peduli. Dia memakai helm itu lalu duduk di jok motor Bagas.

"Yakin pake celana sependek itu? Nggak masuk angin apa lo?" tanya Bagas melirik celana Maudy yang terlalu pendek menurutnya.

"Ribet make yang panjang. Nyampe pantai bakal digulung juga. Jalan, yuk."

"Tunggu." Bagas melepaskan jaket di tubuhnya lalu memberikannya pada Maudy. "Pake di pinggang lo, biar bisa nutupin paha."

Maudy menatap bingung Bagas. Bagas berdecak lalu turun dari motornya. Dia memaksa Maudy ikut turun juga. Lalu jaket tersebut diikatnya di pinggang Maudy, dengan posisi jaket menutupi paha Maudy.

"Gini kan enak. Yuk, naik lagi."

***

Suasana pantai tergolong masih sepi saat mereka datang. Hanya ada beberapa orang yang memilih ke pantai pagi-pagi begini daripada bergabung dengan kerumunan di CFD. Bagas memarkirkan motornya ke area parkir yang disediakan, lalu menarik Maudy mendekat ke pantai.

"Ngapain, sih, Gas, pagi-pagi di pantai?"

Bagas diam tidak menjawab. Dia duduk di atas pasir dan ikut menarik Maudy agar duduk di sebelahnya.

"Oi, Gas." Maudy menepuk bahu Bagas keras, kesal karena tidak diacuhkan.

"Ish, sakit," ringis Bagas pura-pura. Maudy makin kesal melihat cowok itu makin mempermainkannya.

BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang