Bab 12

7.7K 879 15
                                    

Monik: (send a picture)

Tara melihat foto yang baru dikirim oleh Monik. Potret yang diterima Tara itu memuat gambar Roy yang sedang tersenyum ke arahnya. Sedangkan ia sendiri menghadap ke depan sembari tertawa lepas. Tara ingat foto ini pasti diambil saat Mas Bayu berhasil mendapatkan bunga yang dilempar Tia. Semuanya tertawa karena Mas Bayu langsung dimarahi istrinya karena masih nekat ikut memperebutkan buket bunga pengantin.

Ternyata kejadian lucu itu jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan momen lain yang tak kalah berkesan. Dalam hati Tara berterima kasih pada Monik karena dia berhasil mengabadikan foto ini. Tara merasa senang karena foto dari Monik itu terlihat bagus.

Monik: Tatapan Roy ke lo di foto ini keliatan tulus banget. Udah lah gue emang harus mundur teratur.

Tara mengurungkan niatnya untuk menyimpan ponsel ketika pesan Monik kembali datang. Ia membaca deretan kalimat itu dengan tertawa kecil.

Tara: Kebetulan aja kali, Nik. Biasanya Roy tuh hobi melotot kalo di depan gue. Lo jangan pesimis gitu lah. Kalo suka ya gaspol dong.

Monik: Bukan pesimis. Tapi realistis aja. Gue tuh sadar diri.

Tara: Lo beneran suka sama Roy? Jangan bikin gue ngerasa jadi orang ketiga gini deh (emoticon menangis)

Sembari menunggu balasan Monik, Tara menarik napas panjang untuk menepis pikiran cemas yang tiba-tiba membayanginya. Kata-kata Monik sedikit banyak telah mempengaruhinya. Jika benar Monik ada perasaan untuk Roy, hal itu bisa memotivasi Tara agar ia semangat untuk benar-benar menutup pintu hatinya. Jika memang harus merelakan, Tara akan bersiap dari sekarang.

Monik: (emoticon tertawa)

Monik: Lo jangan panik. Sumpah! Perasaan gue ke Roy belum jatuh sedalam itu kok. Eaaaa

Monik: Masa lo gak tau gue ini orangnya gimana? Kalo ada cowok cakep, gue pasti naksir. Tapi kalo ternyata pdkt-nya gak mulus, ya udah bye.

Tara membenamkan ponselnya ke dalam saku celemek yang ia pakai. Perempuan yang hari ini tampil dengan rambut dikucir kuda itu tampak bingung harus menanggapi penjelasan Monik bagaimana. Di satu sisi ia lega karena tidak menjadi penghalang Monik. Namun, Tara juga kembali merasa bimbang. Apalagi sikap Roy makin hari tambah perhatian. Laki-laki itu sering mengirim pesan singkat. Sekadar memberi semangat untuk beraktivitas atau tiba-tiba menceritakan kegiatannya selama bekerja. Tara merasa menjadi seseorang yang istimewa dalam karena laki-laki itu sering melibatkan Tara dalam kehidupan sehari-harinya.

"Bu Bos bengong aja nih."

Tara menatap Yongki yang baru saja memasuki kafe. "Siapa yang bengong?" kilahnya.

Mata Yongki memicing tidak percaya. Ia lalu mendekati meja kasir di mana Tara berada. "Mau ambil pesenan nastar gue nih. Ayo cepat bungkus. Gue bayar tunai."

Tara mengambil pesanan Yongki yang sudah ia kemas dengan rapi. "Udah gue bungkus nih. Ayo cepat bayar!"

Yongki memandang bingkisan di hadapannya dengan mata berbinar. Ia puas karena pesanannya tadi pagi segera Tara kerjakan dengan cekatan. "Gue suka kalau kerja cepet kayak gini," katanya sembari mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa rupiah dari sana.

Tara menerima lembaran uang dari Yongki. "Tapi kok lo bisa keluar kantor di jam segini?" tanya Tara setelah menyadari bahwa sekarang masih jam dua siang.

"Gue dari pagi ada tugas lapangan sama Roy. Dikasih target sampek jam tiga. Sekarang masih ada sisa waktu satu jam, lumayan dong buat santai dulu." Yongki terkekeh senang.

Breadcrumbing [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang