12.

1K 96 10
                                    

Selamat tahun baru!! Sehat-sehat ya kaliaaann~~



(direkomendasikan untuk membaca ulang ending chapter 6 agar lebih mudah menangkap maksud dari chapter ini. Thank you *kiss* *kiss*)




Sandhi melirik ke arah pintu kamar yang terbuka, dimana ia dapat melihat Anindya yang tidur terngkurap sejak sore. Sejak sore juga, ia memilih untuk berkutat dengan laptopnya di meja makan, menyelesaikan beberapa pekerjaannya sebelum ia pergi cuti.



Setelah pulang dari makan siang tadi, Anindya langsung mandi dan lanjut berbaring di kasur. Sandhi beberapa kali menanyakan apakah kondisi istrinya cukup baik ataukah mereka harus ke dokter, namun Anindya mengatakan bahwa ia hanya pusing dan butuh tidur. Beberapa hari ditinggalkan Sandhi dinas ke luar kota membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan efeknya baru muncul sekarang.



Ada rasa sedih sekaligus senang dalam diri Sandhi ketika mendengarnya. Sandhi sedih dan merasa bersalah karena meninggalkan Anindya begitu saja. Seringkali ketika ia terlalu fokus bekerja ia akan mengabaikan apapun di sekitarnya, hingga beberapa kali ia mendapati panggilan tak terjawab dari Anindya yang tak ia sadari.



Namun ada rasa senang yang terselip diantaranya. Setelah satu bulan tinggal serumah, Anindya kerap tidak bisa tidur jika Sandhi belum pulang ke rumah. Bahkan seringkali Anindya terbangun dari tidurnya ketika Sandhi bangun di tengah malam dan berpiindah ke ruang tengah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Anindya sudah sangat terbiasa dengan keberadaannya. Mengingat hal itu membuat hati Sandhi menghangat.



Ketika pertama kali Anindya pindah kesini, keduanya masih sangat canggung. Bahkan untuk bercerita saja rasanya segan. Namun sekarang keduanya sangat nyaman, bahkan bisa dibilang saling membutuhkan keberadaan satu sama lain.



Sandhi senang dengan keadaan ini, namun juga merasa bersalah karena ia bahkan tak bisa mengatur waktu untuk sekadar menghubungi istrinya selama beberapa hari belakangan. Terbawa suasana, ia melangkahkah kakinya ke kamar, bergabung dengan Anindya yang masih tengkurap di atas kasur.



Mata Anindya berkedip kedip ketika merasakan gerakan di kasur. Senyum mengulas di wajahnya ketika merasakan tangan Sandhi yang mengusap punggungnya.



'Mau makan apa? Aku beliin.' Tanya Sandhi ikut tengkurap sambil memandangi Anindya yang masih setengah terpejam.



Sebuah gelengan kecil pertanda jawaban dari Anindya.



'Ga mau makan?'



Anindya kembali menggeleng. 'Ga mau dibeliin.'



'Jadi maunya gimana?'



'Maunya dimasakin hehe.'



Seketika mata Sandhi membulat, seakan tidak percaya atas ucapan yang barus saja ia dengar. 'Serius?'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

severely.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang