Jika Ayuna adalah sosok yang yang terselip diantara cerita-cerita yang disampaikan oleh Jayendra semasa mereka masih di semester awal perkuliahan, maka Anindya adalah sosok yang keluar dari cerita Bagas.
‘Buat adek gue.’ Jawab Bagas ketika Sandhi bertanya alasan Bagas selalu menyempatkan diri untuk mampir ke pusat oleh-oleh di tiap kota yang mereka singgahi untuk tour kala itu, padahal kedua orang tua Bagas ada di luar negeri.
‘Adek nemu darimana? Adek-adekan? Atau adek sayang?’ Balas Sandhi sarkas.
‘Iya, adek kesayangan gue tuh.’ Balas Bagas tampa ambil pusing, lalu meninggalkan Sandhi untuk membayar ke kasir.
Saat itu Sandhi sempat berfikir Bagas punya hubungan lebih dari sekadar kakak-adik dengan sosok yang bernama Anindya. Sikap Bagas yang begitu protektif membuat sebagian orang berfikir Anindya adalah adik kandungnya, sementara sebagian lain mengira gadis itu sebagai kekasihnya, namun setelah bertahun mengenal Bagas, Sandhi memahami cinta Bagas hanya ia berikan untuk satu orang perempuan dan itu bukan Anindya.
Mendengar cerita-cerita tentang gadis itu dari Bagas membuat Sandhi lambat laun mengenalnya, meski hanya dari foto-foto yang diupload Bagas di instagramnya. Sandhi mengenal Anindya dari cerita Bagas tentang bagaimana gadis itu sedang lucu-lucunya saat pacaran untuk pertama kalinya, bagaimana hebohnya gadis itu menangis ketika pengumuman ujian masuk universitas, dan betapa kesepiannya gadis itu karena harus merantau jauh dari keluarga, yang membuat Bagas harus sering-sering menghiburnya.
Meski tak secara langsung, Sandhi selalu ada saat Anindya tumbuh dari gadis dengan seragam SMA yang suka bermanja pada Bagas menjadi perempuan dewasa yang mempesona.
Sandhi tidak ingat dengan pasti sejak kapan perasaannya berubah dari yang sekedar tahu menjadi penasaran. Mungkin juga rasa penasaran itu terus muncul dipicu oleh Bagas yang semakin jarang mengupload momen kebersamaannya di sosial media.
Belakangan Bagas menceritakan bahwa gadis itu sepertinya tertekan oleh ‘quarter life crisis’ yang dialaminya, seringkali kabur ke Jakarta untuk menghindari tanggung jawab pendidikan yang ia tempuh sementara hatinya mempertanyakan apakah jalan yang ia tempuh sudah benar, ataukan ia harus meninggalkan sekolah dan memilih untuk bekerja, sementara tekanan dari keluarga tidak pernah berhenti mempertanyakan perihal rencana gadis itu untuk berkeluarga.
Bagi gadis itu, masa depan begitu menakutkan.
Ketakukan gadis itu membuat Sandhi khawatir.
Gadis itu semakin sering muncul di fikirannya. Apakah ia menangis hari ini. Apakah ia masih mengkhawatirkan kehidupannya. Apakah gadis itu masih sering kabur ke Jakarta.
Kekhawatiran itu terus mengusiknya, dan membuat Sandhi memantapkan hati untuk membahagiakan dan memberikan masa depan bagi gadis itu.
Memutuskan untuk meminta Mama Rosa untuk membantunya berkenalan dengan Anindya.
.
.
Sandhi terbangun dari lelapnya karena merasakan sebelah tangannya kebas.
Ia menunduk, mentap sosok yang bergulung dalam selimut dan menggunakan lengannya sebagai bantal. Anindya masih terlelap dalam pelukannya.
Temaram, hampir gelap gulita. Sandhi menyipitkan matanya untuk melihat jam di nakas yang menunjukan hampir setengah lima pagi.
Masih ada waktu sebelum subuh.
Keduanya harus bangun untuk mandi sebelum shalat subuh.
Namun Sandhi belum rela melepaskan pelukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
severely.
Romance'.. to know you, to love you severely' - Sandhi, lelaki kantoran yang masih suka ngeband di akhir pekan, dan sedang belajar untuk memahami Anindya. '.. to learn; from you, with you' - Anindya, mahasiswi magister, yang berusaha mengikuti segala kebai...