Sandaran-09

321 42 2
                                    

Maaf jika banyak typo 🍎








☊☊☊






Suho benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi. Irene terus menganggapnya hanya sebagai seorang sahabat. Lalu, bagaimana caranya Suho bisa mengungkapkan perasaannya?

"Suho," panggil perempuan Bae itu dan membuat Suho menoleh.

Perempuan Bae itu tersenyum, membuat Suho cukup terhipnotis dengan senyum manisnya.

"Cantik," ujar Suho tanpa sadar.

Irene mendengarnya, entah kenapa ada rasa aneh saat kata itu terucap dari bibir Suho.

Ia memang pernah mendengar pujian itu, bahkan begitu sering. Tetapi perasaannya berbeda saat Suho yang mengucapkannya. Ada yang bergetar, tapi hanya sebentar.

Seketika Suho tersadar. Lelaki Kim itu langsung menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan menghampiri Irene.

"Kamu.... Disini juga?" Tanya Suho.

Irene mengangguk. "Aku tadinya mau langsung pulang, tapi pengen aja mampir sebentar," ujarnya.

Suho mengangguk, kemudian mereka masuk ke sebuah bangunan sederhana yang merupakan sebuah panti asuhan. Keduanya masuk bersama, bertemu dengan pengurus panti dan memberikan sejumlah uang untuk bantuan.

"Terimakasih atas kebaikan kalian, semoga hubungan kalian langgeng," ujar salah seorang pengurus panti.

Suho dan Irene saling bertatapan bingung. Antara terkejut dan tak mengerti atas perkataan sang pengurus panti asuhan tersebut.

Belum sempat Irene berbicara, pengurus panti itu lebih dulu berucap. "Anak-anak sedang berkumpul, mereka sedang makan bersama. Kalian berminat untuk bergabung?" Tanyanya.

Dengan kompak, Irene dan Suho mengangguk. Mereka berdiri, kemudian mengikuti pengurus panti itu menuju ke ruang makan.

"Anak-anak..... Lihat siapa yang datang," ujar sang pengurus.

Semua anak-anak panti itu menatap kearah pintu. Mereka tersenyum, bahkan kini menghampiri Irene dan Suho untuk bersalaman.

Hati Irene dan Suho terasa begitu tenang saat berada di dekat anak-anak ini.

"Kalian lanjut makan lagi ya," ujar Irene.

"Apa kalian juga tidak mau ikut makan?" Tanya salah satu anak.

Suho tersenyum. " Tentu saja kita mau ikut makan disini," ujarnya.

Sontak anak-anak itu bersorak gembira. Mereka kembali melanjutkan makan, sedangkan Suho dan Irene tersenyum melihatnya.

"Saya yakin, kalian nanti akan mendapatkan momongan yang baik hati seperti kalian," ujar pengurus panti.

"Tapi...."

"Terima kasih," ujar Suho cepat memotong apa yang akan Irene ucapkan.

Irene menatap Suho dengan bingung, sementara Suho hanya tersenyum tipis.






☊☊☊



Irene menceritakan apa yang tadi terjadi pada ibunya ketika ia sampai di rumah. Mama Bae itu hanya menjadi pendengar yang baik untuk putrinya.

"Dan parahnya lagi ma.... Suho malah bilang terima kasih begitu saja," ujar Irene mengakhiri ceritanya.

Ibunya ikut bingung, tetapi kemudian mama Bae itu mengusap lembut bahu anaknya. Ia juga tersenyum, membuat Irene menatapnya.

"Mama tidak tahu kenapa Suho seperti itu," ujarnya. "Tapi.... Menurut mama, ucapan pengurus panti itu ada cukup baik untuk kalian,"

Irene mengerutkan alisnya. "Maksud mama apa?"

Sang mama tersenyum lembut. "Entah kenapa, mama merasa kalian itu sudah ditakdirkan bersama,"

Mama Bae itu mengusap lembut wajah putrinya itu. "Suho itu laki-laki yang baik dan bertanggung jawab nak," wanita ini tersenyum. "Dia sangat perhatian dan perduli padamu. Dia selalu ada untukmu, dan dia begitu sabar menghadapi sikapmu" ujarnya.

"Mama hanya merasa, bahwa kegagalan mu dengan Sehun, adalah jalan untuk penyatuan mu dengan lelaki baik seperti Suho." Ujar mama Bae itu.

"Maksud mama?" Irene tampak sedikit tegang.

Mama Bae itu menggenggam tangan anaknya. "Menikahlah dengan Suho," ujarnya tenang, dengan senyum yang tulus.

Irene cukup terkejut dengan ucapan sang mama. Menikah dengan Suho? Dengan sahabatnya sendiri? Apa itu mungkin? Apa Suho bisa mencintainya? Apa lelaki Kim itu memang ditakdirkan bersama dengan dirinya?

Banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran Irene. Dan satu pernyataan yang pasti, Irene masih belum bisa melupakan Sehun.

Terlalu banyak kenangan bersama lelaki bermarga Oh itu yang seakan tak bisa hilang dari benaknya.

Usapan pada lengannya yang dilakukan oleh mama Bae itu membuat Irene kembali menatap kepada ibunya tersebut.

"Itu hanya saran mama, tapi mama sangat berharap kalian bisa bersama sebagai sepasang kekasih,"











































ToBeContinue.......🍎

Sandaran-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang