Maaf jika banyak typo🍎
☊☊
Pintu gedung terbuka dan Irene kini didampingi sang ayah untuk menuju ke tempat yang telah disediakan. Suho dan ibunya Irene juga turut berjalan dibelakang perempuan Bae itu.
Sesampainya di tempat yang dikhususkan untuk kedua mempelai itu, wajah keempat orang tadi tampak bingung. Terutama Suho.
Seharusnya, mempelai pria juga sudah sampai disini. Tetapi kenapa tempatnya masih kosong?
Irene berusaha berfikir positif. Mungkin Sehun masih bersiap. Itulah yang ada dibenak Irene. Tetapi sudah empat puluh lima menit berlalu, tak ada tanda-tanda kemunculan Sehun. Bahkan para tamu pun ikut bingung dengan keadaan ini.
Pintu terbuka, semua orang menatap kesana. Irene tersenyum, tetapi senyum itu langsung hilang ketika tahu jika pintu terbuka itu tidak menampakkan Sehun.
Nyonya dan Tuan Oh berjalan cepat menghampiri Irene. Tak ada ekpresi apapun yang mereka tunjukkan, sampai akhirnya Nyonya Oh memeluk erat calon menantunya itu.
"Kenapa Ma?" Tanya Irene.
"Sayang.... maaf...." Nyonya Oh menitihkan air matanya. Sedangkan suaminya hanya menunduk.
Semua tamu yang hadir mulai merasa tak enak. Beberapa dari mereka bahkan sudah berdiri.
"Ada apa ini?" Kini Tuan Bae pun angkat bicara.
"Ma-maaf..... Sehun..." Tuan Oh tampak tak bisa meneruskan ucapannya.
"Ada apa?!" Tuan Bae menaikkan nada bicaranya.
Suho yang hanya diam itu mengusap pundak Tuan Bae agar tak terlalu emosi.
Nyonya Oh melepas pelukannya dari Irene, dan sedikit mundur. Make up wanita yang merupakan ibu Sehun itu luntur karena tangisnya.
"Sehun tidak akan datang," ujar Nyonya Oh.
"Maafkan kami, tiba-tiba mobil yang dikendarai Sehun sendiri itu merubah arah," ujar Tuan Oh. "Kami sudah berusaha mengejarnya, tetapi laju mobilnya sangat cepat," imbuhnya.
Irene menatap keduanya bingung. Membuat rasa bersalah Nyonya Oh muncul.
"Sehun.... Sehun kabur nak," Nyonya Oh menatap Irene dan kembali menangis.
Bagai dihantam batu saat berada di taman bunga. Irene terdiam membeku. Air matanya terbendung dan mulai melunturkan lapisan make up nya. Bagaimana bisa hari yang bahagia ini seketika berubah menjadi hari yang menyakitkan?
Tubuh Irene merosot tak sadarkan diri. Segera Suho membawanya untuk pergi dari sana. Meninggalkan para tamu yang kebingungan terhadap keadaan ini.
☊☊
Perlahan, kedua mata perempuan Bae itu terbuka. Interior kamar yang tidak ia kenal itu memenuhi pandangannya. Tangan kanannya terasa berat karena ada tangan lain yang menggenggamnya.
Ya, pemilik tangan lain itu tak lain adalah Suho.
Pergerakan Irene membuat Suho tersadar dari lamunannya. Segera lelaki Kim itu meatap Irene.
"Rene..." Suho tak berniat untuk melepas tangan Irene.
"Ini dimana Ho? Sehun mana?" Tanya perempuan Bae itu.
Suho diam dan menunduk. Ia takut mengatakan, karena nanti pasti akan memengaruhi perasaan Irene. Karena mereka berada di kamar pengantin yang disediakan untuk acara ini.
"Suho," panggil Irene.
"Hm?" Suho menatap Irene lagi.
"Tadi aku mimpi Sehun nggak dateng dan pernikahanku-"
"Bukan mimpi Rene!" Suho memotong ucapan Irene dengan tegas.
"Itu bukan mimpi," ujar Suho menatap lekat kedua mata Irene.
Ekpresi Irene seketika berubah. Tangan yang digenggam Suho itu ia terik dengan cepat.
"Kamu bohong kan, Ho?" Irene segera turun dari ranjangnya.
Perempuan itu segera berlari keluar. Menemukan kedua orang tuanya yang langsung berdiri ketika melihatnya.
"Ma... aku cuma mimpi kan?" Tanyanya.
Sang ibu menggeleng. Air mata ibu itu mengalir dan pelukan hangatnya pun ia berikan untuk sang putri.
Tetapi Irene langsung melepas pelukan itu dan berlari menuju tempat yang harusnya menjadi tempat pernikahannya tadi. Tak perduli dengan gaun berat yang melekat di tubuhnya.
Irene menatap ruangan luas yang sempat menjadi alasan ia tersenyum beberapa menit lalu. Tetapi sekarang keadaannya berbeda.
Bukan tamu yang kini berada disana. Tetapi orang-orang yang berlalu lalang berada disana. Tentu saja untuk merapikan dan membersihkan tempat tersebut.
Air mata Irene itu terus mengalir. Tubuhnya terduduk di lantai. Menyaksikan tempat yang harusnya jadi saksi pernikahan itu mulai dibersihkan.
Suho datang dan memeluknya. Membiarkan air matanya mengalir dan membasahi sebagian kain yang ia kenakan.
ToBeContinue🍎.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandaran-end
Fanfiction☊☊☊ ✔ Sesuatu yang dibutuhkan ketika lelah adalah istirahat. Tapi jika yang lelah adalah perasaan, maka yang dibutuhkan adalah sandaran. "Kenapa tidak berhenti saja?" "Ingin, tapi tak bisa" "Huh..... aku juga ikut lelah melihatmu seperti ini" "Maaf...