Maaf jika banyak typo🍎
☊☊
Irene tak habis pikir kenapa Sehun tega melakukan ini padanya. Kenapa Sehun tega merusak kebahagiaanya dan menghancurkan impiannya. Lelaki itu benar-benar jahat dimatanya sekarang.
Keadaan Irene kacau. Perempuan itu masih mengenakan gaun indahnya, bahkan masih lengkap dengan riasannya. Keadaan kamarnya kacau dan gelap. Ia juga telah mengunci pintu kamarnya dan membuat semua orang khawatir.
Pandangan Irene tertuju pada sepatu indah pilihan Sehun. Segera perempuan itu mengambilnya dan melemparnya pada foto pre-wedding nya dengan Sehun yang terpajang di kamarnya. Foto dengan ukuran besar itu pun menimbulkan suara cukup keras karena kacanya pecah.
Semua orang dibawah bisa mendengarnya. Termasuk Suho yang kini berlari menuju kamar Irene.
Lelaki Kim itu berusaha mendobrak beberapa kali, dan akhirnya pintu pun terbuka.
Semua orang tak menyangka melihat Irene yang masih mengenakan pakaiannya kemarin. Perempuan itu terduduk dan menangis, dengan tangan kirinya yang masih memegang sepatu.
"Irene," Suho memeluk perempuan itu.
Oh... tolonglah, jangan seperti itu Irene. Karena Suho juga akan ikut bersedih jika dirimu terus bersedih.
"Tenang Rene, jangan difikirkan. Aku akan selalu ada untukmu," ujar Suho pelan sembari mengusap rambut Irene.
Semua orang yang melihat merasa iba dengan keadaan Irene. Mereka tak tega melihat kehancuran perempuan itu yang terlihat jelas.
Suho melepas pelukannya. Menangkup wajah Irene dengan kedua tangannya dan menatapnya, lelaki itu menunjukkan senyumnya.
"Kamu boleh terpuruk, kamu boleh sedih." Ujarnya. "Tapi jangan terlarut dalam itu semua." Suho menghapus air mata Irene dengan jarinya.
"Jika keputusan Sehun begitu, maka terimalah Rene." Lelaki Kim itu mengusap lembut pipi Irene. "Yakinlah, suatu saat kamu pasti mendapatkan yang lebih baik darinya."
Irene masih terdiam dengan air mata yang mengalir. Mendengarkan ucapan Suho yang lembut memang membuatnya cukup tenang, tetapi entah kenapa ia masih ingin menangis.
Kedua ibu jari Suho kembali menghapus air mata Irene. Lelaki itu tersenyum tenang. "Jangan gunakan air matamu sebagai tanda kelemahan pada orang seperti Sehun."
"Air matamu terlalu berharga untuk hal rendah seperti itu," ujar Suho.
Irene memeluk Suho dan kembali menumpahkan air matanya. Membuat Suho juga tak bisa tersenyum lagi. Lelaki itu hanya membalas pelukan Irene dan menenangkannya.
☊☊
Orang-orang dimeja makan menatap kedatangan Irene dan Seulgi, dengan Suho yang berada dibelakang keduanya. Mereka tersenyum karena tampilan Irene lebih baik dari tadi.
Mereka bertiga duduk diantara yang lain, dan makan malam pun dimulai.
Diantara semua orang yang sibuk mengambil hidangan, Irene hanya terdiam sambil melamun. Membuat ke khawatiran orang-orang muncul kembali.
Suho yang berada dihadapan Irene itu menatap Seulgi. Membuat Seulgi yang mengerti pun langsung mengambilkan nasi untuk Irene.
"Rene," Seulgi menepuk pelan bahu Irene.
"Makan," ujarnya.
Irene hanya mengangguk. Mengambil sendok dan garpu lalu memainkannya diatas piring berisi nasi dan lauknya.
Karena tak suka melihat Irene yang hanya memainkan makanan tanpa memakannya, Suho pun berdiri dan merebut paksa alat makan ditangan Irene. Lelaki itu dengan cepat mengambil satu suapan dan menyuapkannya pada Irene.
"Makan!" Ujar Suho tegas.
Irene menggeleng karena ia tak nafsu.
"Aku nggak akan duduk kalau kamu nggak mau makan," ujar Suho masih dengan posisinya.
Akhirnya Irene pun mau menerima suapan itu, dan mengambil alat makannya kembali. Membuat Suho kembali duduk.
Mereka makan dengan tenang setelahnya. Sesekali Suho melihat Irene. Perempuan itu hanya makan sedikit. Tapi tak apa lah, asalkan perempuan itu masih mau makan.
Waktu pun berlalu. Acara makan itu selesai.
"Rene, bantu mama cuci piring ya," ujar sang ibu.
Irene pun mengangguk dan membantu ibunya.
Ini ide yang datang dari Suho. Lelaki itu menyarankan agar Irene harus banyak aktivitas untuk membuat pikirannya melupakan hal buruk kemarin.
"Aku bantu," ujar Suho membantu membereskan meja makan.
"Kalau gitu, kalian yang cuci piring ya, mama mau bikin kue buat Seulgi. Mumpung dia lagi nginep, besok sore kan dia sudah pergi lagi," ujar sang mama.
Irene dan Suho hanya mengangguk. Keduanya melanjutkan aktivitas mereka.
Satu per satu piring dan alat makan lainnya terkena sabun dan terbasuh air hingga bersih.
"Rene," panggil Suho.
"Hm?"
"Kamu mau nggak, nemenin Yuan liburan?"
"Yuan?"
Suho mengangguk. "Iya, Yuan anaknya Chanyeol."
Irene terdiam.
"Anaknya asik loh, pinter juga. Kamu mau nemenin kan?" Suho menatap Irene.
ToBeContinue🍎......
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandaran-end
Fanfiction☊☊☊ ✔ Sesuatu yang dibutuhkan ketika lelah adalah istirahat. Tapi jika yang lelah adalah perasaan, maka yang dibutuhkan adalah sandaran. "Kenapa tidak berhenti saja?" "Ingin, tapi tak bisa" "Huh..... aku juga ikut lelah melihatmu seperti ini" "Maaf...