Sandaran-10

320 44 0
                                    

Maaf jika banyak typo 🍎








☊☊☊



Ucapan ibu Bae dari semalam berkecamuk dipikiran Irene. Ia menatap lelaki dihadapannya yang sedang fokus pada layar laptopnya.

"Suho itu laki-laki yang baik dan bertanggung jawab nak,"

Irene menopang dagunya sambil memperhatikan Suho. Ucapan ibu Bae itu benar, karena Irene tak pernah melihat Suho bermalas-malasan.

Seperti sekarang, lelaki itu selalu serius dan teliti terhadap apa yang sedang dikerjakannya.

"Ada apa?" Tanya Suho yang masih fokus pada pekerjaannya.

"Tidak ada," Irene kembali duduk dengan tegak, kemudian menatap keseluruh ruangan kerja Suho.

Suho tampak melirik sejenak saat perempuan Bae itu berdiri dan mulai menelusuri ruangannya.

"Apa kamu udah makan siang?" Tanya Suho yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

Irene menoleh, "belum" jawabnya membuat Suho menghela nafas.

Lelaki itu mengambil ponselnya. Ini sudah jam satu lewat lima belas menit, tetapi Irene belum juga makan?

"Jadi kamu kesini belum sempat makan siang?" Suho menatap Irene.

Perempuan itu hanya mengangguk santai, dan membuat Suho kembali menatap layar laptopnya.

Keheningan terjadi beberapa saat. Suho yang sibuk bekerja, dan Irene yang sibuk menelusuri ruang kantor Suho.

Tak lama, pintu ruangan Suho terketuk.

"Masuk," ujar Suho yang tak beralih.

Seorang karyawan masuk dengan membawa kantong plastik. "Ini pesanan bapak tadi," ujarnya.

Suho menatap karyawannya itu. "Taruh di meja," ujar Suho. "Terima kasih ya," ujarnya ramah.

Sang karyawan tersenyum, kemudian berlalu dari ruangan Suho.

Irene yang penasaran pun menuju ke meja. "Pesanan apa sih Ho?" Tanyanya, tetapi tak dijawab oleh Suho.

"Makanan?" Irene mengeluarkan satu per satu kotak yang ada didalam kantong plastik itu. Dan berakhir dengan dua botol air mineral.

"Kamu makan sebanyak ini?" Tanya Irene dan membuat Suho kini menatapnya.

"Aku udah makan," ujarnya.

"Terus?"

Suho menghela nafas. "Isi perutmu, jangan sampai kamu sakit," ujar Suho membuat Irene tertegun.

"Dia sangat perhatian dan perduli padamu. Dia selalu ada untukmu, dan dia begitu sabar menghadapi sikapmu"

Lagi-lagi ucapan ibu Bae benar. Suho begitu perhatian padanya. Bahkan diam-diam lelaki itu selalu memberikannya bukti tanpa ucapan. Selain itu, Suho juga tampak sabar menghadapinya. Padahal bisa Irene lihat sesibuk apa Suho saat ini.

"Kenapa diam? Apa makanannya kurang?" Tanya Suho.

Irene kemudian tersadar dan menatap meja. Kurang darimana? Makanan ini justru cocok untuk dihabiskan lima orang.

"Mau aku pesenin lagi?" Tawar Suho.

"Nggak! Ini udah lebih dari cukup" ucap Irene.

"Yaudah dimakan kalau gitu," ujar Suho dan perlahan Irene duduk di sofa. Menatap makanan itu dengan tak yakin.

"Gimana kalau nggak habis?" Tanya Irene.

"Makan seperlunya, kalau nggak habis kasih ke orang yang mau," jawab Suho yang tetap fokus pada pekerjaannya.

Irene ingin bertanya lagi, tetapi ia sadar. Ia pasti akan semakin mengganggu Suho. Oh... Ayolah.... Kenapa Suho begitu bsa menghadapinya?




☊☊☊





.

"Mama hanya merasa, bahwa kegagalan mu dengan Sehun, adalah jalan untuk penyatuan mu dengan lelaki baik seperti Suho."

Ucapan ibu Bae yang satu ini membuat Irene menjadi gelisah. Mendengar nama Oh Sehun saja sudah membuat rasa rindunya muncul.

Dimana dia? Sedang apa? Apakah dia baik-baik saja atau tidak? Bagaimana kabarnya? Apa ada wanita lain yang bersamanya? Apakah ia merasa bersalah? Apakah ia masih memikirkan Irene juga?

Banyak pertanyaan yang bermunculan dalam benak Irene tentang lelaki Oh tersebut.

"Rene," Suho menepuk pundak Irene. "Kita sudah sampai," ujarnya.

Benar, mereka sudah sampai di kediaman Irene.

"Oh? Iya," Irene menatap sekeliling.

"Jangan lupa istirahat," Suho menggenggam tangan Irene. Membuat perempuan Bae itu seketika mengingat genggaman ditempat yang sama, namun dalam arti yang berbeda.

M

ama Bae itu menggenggam tangan anaknya. "Menikahlah dengan Suho," ujarnya tenang, dengan senyum yang tulus.

Seketika Irene langsung melepaskan genggaman tangan itu dan keluar mobil Suho.

"Hati-hati," ujarnya dengan gugup kemudian segera masuk ke dalam rumahnya.

Entah kenapa ia menjadi gugup, dan membuat Suho merasa heran dengan sikapnya yang tak biasa ini.




































ToBeContinue....... 🍎

Sandaran-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang