Sandaran-14

455 44 3
                                    

Maaf jika banyak typo 🍎












☊☊☊










"Kenapa kamu ingin melindungiku?" Tanya Irene.

"Karena aku mencintaimu, Bae Irene" jawab Suho menatap pasang manik yang indah itu.

Keheningan pun tercipta diantara mereka. Irene menjadi salah tingkah. Entah kenapa ia merasakannya, tetapi begitulah kenyataannya.

Sementara Suho kini merasa lega karena perasaan yang selalu ia simpan bisa ia ungkapkan. Yah.... Meskipun keadaannya kurang pas.

Pria Kim itu kembali menatap jalanan didepannya. Tangannya kembali memegang setir mobil. "Sudahlah, kita pulang saja," ujarnya.

Tetapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh Irene.

Tatapan mereka kembali bertemu, tetapi kali ini tatapan Irene berbeda.

"Sejak kapan?" Tanya Irene.

Suho tersenyum. "Kamu nggak perlu tau,"

Irene menahan tangannya lebih kuat lagi. "Sejak kapan kamu mencintai aku?" Tanyanya sekali lagi.

Suho menatap mata itu lebih dalam. Mencoba mengerti kenapa Irene seperti ini. Ia tersenyum sembari menghela nafas. "Sejah dahulu, sudah lama, sejak pertama kali kamu menyapaku,"

Irene melonggarkan tangannya. Perlahan ia melepas tangan Suho, dan menatap ke arah samping.

"Kenapa?" Tanya Suho.

Irene menggeleng, dan hanya diam. Kemudian, mobil pun melaju menuju ke rumah perempuan Bae itu.

"Sudah malam, sebaiknya langsung istirahat aja," ujar Suho.

"Maaf,"

Bukannya berterima kasih, Irene malah meminta maaf. Hal itu tentu membuat Suho kebingungan. Ia menatap Irene, tetapi dengan cukup cepat perempuan itu keluar dari mobilnya. Bahkan tanpa berkata apapun lagi, Irene langsung memasuki rumahnya.

Dengan langkah cepat, perempuan Kim itu menuju ke kamarnya. Melepaskan semua beban di tubuhnya dan berendam sambil memejamkan matanya.

Sedangkan Suho, ia pun meninggalkan rumah itu setelah sempat terdiam sejenak.






☊☊☊








Seharian ini Irene dan Suho tak bertemu. Ya, karena Irene meminta libur di hari penting baginya ini.

Seharian yang ia lakukan hanya menonton TV sambil memakan camilan dengan santainya. Rumahnya terasa sepi, karena semua orang memang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Huh....." Tiba-tiba saja otaknya itu teringat tentang kejadian semalam.

Sikap dewasa yang Suho dan Irene tunjukkan semalam membuktikan jika mereka memang sudah benar-benar dewasa.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponselnya.


Suho
Aku mengirim supir untuk menjemput mu. Jadi, bersiaplah.


Setelah membaca itu, Irene langsung melempar bantal yang sempat ia pegang, kemudian segera menuju ke kamarnya. Mengenakan dress cantik dan memoleskan make up, Irene siap untuk pergi. Meskipun ia tak tahu kemana tujuannya.

Saat ia keluar, saat itu juga supir tersebut datang. Mereka pun pergi.

Sore telah berganti malam. Satu jam mereka pergi, akhirnya pun sampai.

Sebuah taman bermain yang besar ini membuatnya merasa bingung.

"Silahkan masuk nyonya," ujar seseorang mempersilahkan ia masuk.

Irene pun berjalan sambil melihat kanan-kiri. Meskipun sudah malam, tetapi di jam segini tempat ini masih buka. Tetapi kenapa ini sangat sepi? Apakah tempat ini memang sudah tutup?

Benar-benar tak ada orang, dan kini Irene telah berjalan hingga di sebuah air mancur.

Daarrr!!!

Suara itu membuat Irene menoleh. Senyumnya mengembang, melihat betapa cantiknya warna-warni yang tercipta dari kembang api.

'HAPPY BIRTHDAY'

Itulah yang terlihat disana. Irene tak bisa menutupi jika ia sangat bahagia atas momen ini.

"Kamu suka?" Tanya seseorang setelah kembang api itu selesai.

Irene tersenyum menatapnya. "Terima kasih," ujar perempuan itu.

Suho ikut tersenyum. "Selamat ulang tahun," ujarnya. "Mau main?" Tawarnya.

"Tapi, bukannya ini udah tutup?" Tanya Irene.

Suho menggeleng. "Aku yang sewa,"

Meskipun sempat terkejut, tetapi Irene merasa senang. Ia pun menaiki beberapa wahana bersama Suho. Setelah itu, mereka makan malam bersama.

"Ini akan menjadi momen yang langka," ujar Irene. Tentu saja langka. Bagaimana bisa Suho menyiapkan makan malam romantis didepan wahana komedi putar?

Suho tersenyum. "Dan, jangan dilupakan." Ujarnya.

Keduanya tersenyum, kemudian menyantap makanan bersama.

Setelah selesai, tiba-tiba saja Suho berada didepan Irene sembari salah satu kakinya berlutut. Ia mengeluarkan kotak cincin dari sakunya, kemudian membukanya.

"Bae Irene, mungkin ini terlalu cepat, tapi maukah kamu menikah denganku?"







































ToBeContinue 🍎

Sandaran-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang