Maaf jika banyak typo🍎
☊☊☊
Suho menatap sebuah bangunan yang sudah di dekorasi sedemikian rupa. Tampak indah dengan hiasan yang telah tertata.
Besok, gedung ini akan menjadi saksi bisu untuk seorang perempuan dengan seorang laki-laki yang telah siap mengadakan acara pernikahan disini.
Pilunya, perasaan Suho pada perempuan itu tak kunjung hilang. Meskipun pernikahan perempuan itu dengan laki-laki lain sudah ada didepan matanya.
"Suho ya?" Suara itu membuat Suho menoleh.
Figur laki-laki dengan rahang tegas, bahu lebar dan lebih tinggi darinya itu membuat Suho memaksakan senyumnya.
"Sehun," orang itu mengulurkan tangannya.
Suho pun langsung menjabat tangan Sehun. "Suho,"
Sehun tampak tersenyum. "Sudah tahu, Irene bilang kamu adalah teman terbaiknya." Ujarnya.
Suho hanya mengangguk paham. Ternyata Sehun telah mengetahui tentang dirinya dari Irene.
"Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membantu kami," Sehun tersenyum.
"Sama-sama," balas Suho.
Sebuah helaan nafas dapat Suho dengar dari pria disampingnya itu. Dengan penasaran, Suho menatap Sehun. Laki-laki Oh itu sedang menatap para pekerja yang beramai-ramai mempersiapkan pernikahannya.
"Saya tidak menyangka.... jika sesuatu yang tak pernah saya bayangkan kini sudah didepan mata," ujar lelaki Oh itu.
"Maksudnya?" Suho memberanikan diri untuk bertanya.
Sehun tersenyum tipis. "Menikahi seorang perempuan itu belum pernah saya bayangkan,"
☊☊☊
Sedari tadi, Irene tak kunjung menjauh dari gaun pernikahannya. Gaun anggun nan cantik itu tentu akan semakin cantik jika ia yang mengenakannya.
"Suho.... aku udah nggak sabar!" Ujarnya begitu bersemangat.
"Sabarlah tuan putri," sindir Suho.
Irene mendengus dan menghampirinya. "Benar, aku sebentar lagi akan menjadi nyonya. Jadi, waktuku akan banyak dihabiskan di rumah,"
Suho terkekeh. "Apa sekarang kamu menyesal?"
Cepat-cepat Irene menggelengkan kepalanya. "Nggak, hanya mengeluh," ujarnya jujur.
"Ada-ada saja kamu calon nyonya Oh," ledek Suho dan mendapatkan pukulan bantal ringan dari Irene.
"Rasakan itu!" Kesal Irene.
"A! Hentikan!" Pinta Suho tapi Irene tak kunjung berhenti.
Akhirnya Suho lebih memilih untuk lari dan tentunya Irene tak tinggal diam. Perempuan Bae itu mengejar Suho dengan bantal ditangannya. Mereka kejar-kejaran seperti anak kecil dan tak memperhatikan sekitar.
Orang tua Irene hanya tak habis pikir dengan kedua teman yang sudah dewasa itu. Mereka tidak ingat umur, dan masih bertingkah seperti anak kecil.
"Suho awas ya!" Teriak Irene.
Tetapi seakan tuli, Suho tak mendengarkannya dan bersembunyi di belakang kursi yang diduduki oleh tuan Bae.
Karena terlalu banyak orang yang berlalu lalang, Irene jadi kehilangan jejak Suho. Seperti layaknya permainan kejar-kejaran yang ujungnya petak umpet.
Tanpa memikirkan apapun, Irene mencari Suho. Salah seorang pelayan yang sedang mempersiapkan untuk acara besok tak sengaja menjatuhkan minyak yang akan ia bawa ke dapur.
Disisi lain, ada Irene yang masih mencari Suho.
"Irene!" Panggil sang bibi.
"Iya tante," sahut Irene dan berjalan menyusul bibinya.
Tak berhati-hati, Irene tiba-tiba saja terpeleset dan terjatuh. Perempuan Bae itu juga susah untuk berdiri karena rasa sakitnya.
Melihat hal itu terjadi, Suho langsung berdiri. Tetapi sama, lelaki itu juga tak hati-hati dan membuat kepalanya terbentur kursi kayu tersebut.
Suho tak begitu memghiraukannya, lalu menghampiri Irene yang kesakitan.
"Suho, bawa Irene ke klinik," ujar ibu Bae dan langsung dilakukan Suho.
Lelaki Kim itu mengangkat tubuh Irene dan menggendongnya lalu membawanya ke klinik terdekat.
.
.
."Ini tidak serius, tapi cukup sakit untuk berjalan." Ujar sang dokter.
Tiba-tiba saja Irene menangis. Membuat Suho mendekatinya.
"Suho, gimana ini?" Ujar perempuan Bae tersebut. "Aku nggak bisa pake sepatu yang Sehun kasih!" Air matanya pecah seketika.
"Sepatu itu benar-benar yang Sehun suka buat aku pakai di acara pernikahan kita! Hiks... Sehun pasti kecewa.... hiks... hiks..." Irene tampak sangat sedih.
Suho langsung memeluk perempuan Bae tersebut. Baginya, air mata Irene adalah sebuah alat untuk perisainya muncul. Suho adalah pelindung dan penenang bagi Irene. Yah, lebih tepatnya sandaran.
"Hanya takdir yang bisa nentuin semua Rene," ujarnya.
ToBeContinue...🍎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandaran-end
Fanfiction☊☊☊ ✔ Sesuatu yang dibutuhkan ketika lelah adalah istirahat. Tapi jika yang lelah adalah perasaan, maka yang dibutuhkan adalah sandaran. "Kenapa tidak berhenti saja?" "Ingin, tapi tak bisa" "Huh..... aku juga ikut lelah melihatmu seperti ini" "Maaf...