XII.

216 28 3
                                    

Adalah Taeyong yang baru saja sampai di rumahnya. Setelah memasuki rumah Taeyong berjalan menuju dapur namun ia dikejutkan dengan kehadiran ibunya. Ibu angkatnya.

Wajah Taeyong berubah masam. Ia membuang muka asal. Ia berjalan menuj7 lemari pendingin, membukanya, mengambil sebotol mineral.

Sang ibu mengulas senyum menghampiri Taeyong namun sang anak mengabaikannya. Taeyong dihadang oleh sang ayah.

"Ibumu baru saja pulang, berikan pelukan hangat padanya."

"Dia bukan ibuku." Ucap Taeyong yang pergi begitu saja.

"Lee Taeyong." Sang ayah meninggikan suaranya. Sang istri menutup mulutnya.

"Tidak apa apa." Sang istri mengusap lembut pundak sang suami.

Taeyong yang masih kecil harus ditinggal pergi ibunya untuk selamanya. Ia diasuh oleh sang nenek. Tidak berselang lama sang ayah menikah lagi, Taeyong tumbuh dengan kasih sayang ibu angkatnya setelah sang nenek pergi juga. Taeyong tidak mengetahui bahwa ibunya yang sekarang adalah ibu tirinya. Namun saat Taeyong memasuki sekolah menengah pertamanya ia tidak sengaja mendengar fakta bahwa ibunya yang sekarang bukan ibu kandungnya. Sehingga membuat Taeyong membenci istri ayahnya tersebut.

Taeyong menutup pintu kamarnya kesal. Ia melepas seragamnya asal. Ia menuju kamar mandi. Melepas semua pakaiannya yang tersisa. Taeyong menyalakan showernya, membiarkan tubuh polosnya diguyur air shower yang menyejukkan. Taeyong memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan pikirannya.

"Aigo kenapa kau selalu menata terbalik bukumu." Sang ibu merapikan buku Taeyong yang di tata terbalik.

"Karena ibu akan menatanya kembali." Taeyong tersenyum tipis.

Sang ibu hanya tersenyum sambil menata bukunya.

"Oh aku harus segera berangkat." Taeyong melirik jam dinding sambil meminum segelas jus pemberian sang ibu

"Dasimu. Sini biar ibu pasangkan." Taeyong bangkit dari duduknya. Ia membiarkan ibunya memasang dasi untuknya.

"Ibu harus memasangkannya setiap hari. Bahkan saat aku sudah bekerja." Ucap Taeyong.

"Arraseo." Ucap sang ibu,

Taeyong turun ke bawah dengan setelah jaket birunya. Ia berjalan menuju pintu,

"Mau kemana ?" Tanya sang ayah.

"Pergi dengan yang lain." Sang ayah hanya diam. Mengerti siapa yang dimaksut dengan yang lain.

Taeyong mengendarai mobilnya, ia menyusuri jalanan Seoul yang terlihat cukup ramai. Ia melupakan fakta bahwa besok ia masih ada ujian.

Taeyong menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah mini market. Ia memperhatikan meja kasir. Seulgu sedang sibuk dengan buku nya, sesekali gadis itu melayani pembeli.

Tiba tiba saja beberapa laki laki masuk ke mini market, mengambil ini itu. Seulgi mengabaikannya. Namun melihat mereka yang berniat pergi sebelum membayar membuat Seulgi dengan segera mencegah.

"Kalian harus membayar nya." Ucap Seulgi menghampiri sekelompok laki laki tersebut.

Salah satu dari mereka berbalik. Ia memperhatikan penampilan Seulgi.

"Noona tutup mulutmu atau kau akan berakhir bersama kami." Yang lainnya hanya tertawa mendengar.

"Jangan mengancamku. Bayar barang yang kalian ambil." Ucap Seulgi tegas.

"Ish. Dia menyebalkan." Laki laki yang berbicara tersebut menampar Seulgi, membuat Seulgi tersungkur.

Taeyong yang melihat hal tersebut segera berlari keluar. Ia membuka pintu dengan cepat mencegah salah satu dari mereka yang berniat menghampiri Seulgi.

"Jangan ikut campur." Gumam laki laki tersebut ketika tangannya di pegang erat oleh Taeyong.

"Pergi dari sini atau kalian ku hajar sampai babak belur." Taeyong menatap tajam.

"Sebaiknya kita pergi saja." Salah satu dari mereka berbisik kepada ketua mereka.

"Kenapa ?" Sang ketua masih menatap tajam Taeyong.

"Dia putra tunggal dari CEO Lee. Pemilik tempat penyediaan bodyguard terbesar di Seoul." Sang ketua menarik tangannya. Mereka semua mengembalikan barang barang yang sempat mereka ambil. Lalu keluar dari mini market.

"Kau tidak apa apa ?" Taeyong membantu Seulgi berdiri.

Seulgi mengangguk sembari membenarkan tatanan rambutnya. Disitulah Taeyong sadar bahwa rambut Seulgi sudah dirapikan.

"Aku pergi dulu. " Taeyong pergi begitu saja sebelum Seulgi berhasil mengucapkan terimakasih. Seulgi menatap kepergian Taeyong dengan wajah sedih.

Pagi itu Seulgi menatap pantulan dirinya di cermin. Ia kembali memikirkam kejadian semalam. Melihat Taeyong yang langsung datang menolongnya membuat ia bersalah karena marah pada Taeyong hari itu.

Taeyong meminum setengah air mineralnya. Ia menatap lurus ke depan, memperhatikan siswa yang lain bermain basket. Setelah ujian berakhir waktunya untuk melepas penat. Taeyong dan yang lain sedang beristirahat.

"YA! Kau dan Seulgi masih bertengkar ?" Tanya Jaemin.

"Kenapa membahasnya ?" Taeyong balik bertanya.

"Aku kasihan saja melihat Seulgi. Dia bahkan siswa pindahan tapi diperlakukan seperti itu." Semua orang menatap Jaemin terkejut. Sosok Jaemin yang terkesan playboy memiliki sisi begitu hangat.

"Itu benar." Jaehyun menyetujui ucapan Jaemin. Sontak Taeyong membuang muka.

"Kalian semua membelanya ?" Ucap Taeyong tidak suka.

"Bukan begitu. Apa kau tahan melihat Seulgi diperlakukan seperti itu ? Kemarin saja Seulgi dilecehkan." Johnny mendelik tidak suka jika mengingat kejadian semalam.

"YA! Aku selalu penasaran satu hal." Jaemin berbalik menatap Taeyong.

"Hari demi hari kau lalui bersama gadis itu. Apa kau tidak menaruh perasaan padany ?" Taeyong menatap Jaemin lalu menunduk.

"Aku rasa kau menaruh perasaan pada gadis itu. Kau memang tidak menunjukkannya tapi sorot matamu menjelaskan semuanya." Ucap Jehyun.

Taeyong yang temperamen memilih pergi dari sana. Ia terus berjalan menaiki anak tangga menuju atap.

Siang itu Seulgi melangkahkan kakinya menuju atap. Ia berjalan menaiki anak tangga satu persatu. Di kelas tadi ia sempat bertanya pada Johnny mengenai keberadaan Taeyong. Johnny mengatakan biasanya laki laki itu di atap sekolah.

Ketika Seulgi di atap ia mendapati Taeyong sedang berdiri sambil memperhatikan sekitarnya.

Seulgi menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya melangkah mendekati Taeyong.

Taeyong menyadari seseorang datang. Ia melirik ke belakang sekilas dan menyadari itu seorang wanita. Taeyong berniat menegurnya namun wanita itu bersuara lebih dulu.

"Taeyong." Ucap Seulgi.

Taeyong menaikkan alisnya. Ia berbalik perlahan,

"Aku ingin minta maaf untuk hari itu. Aku sama sekali tidak berniat menuduhmu soal rokok dan majalahnya."

Taeyong tidak bersuara ia menatap Seulgi yang menundukkan kepalanya.

"Dan terimakasih soal semalam." Seulgi menggingit bibirnya bawahnya.

"Aku minta maaf soal-"

Tepat saat itu Taeyong memeluk Seulgi, membawa tubuh gadis itu dalam dekapannya. Seulgi sedikit terkejut tapi ia tidak berniat melepaskan diri.

"Maaf. Maaf membuatmu terluka hari itu." Ucap Taeyong, matanya berkaca kaca. Seulgi tidak bisa menahan air matanya, air matanya menetes begitu saja.

Taeyong memejamkan matanya. Ia mengeratkan pelukannya. Menyembunyikan wajahnya di leher Seulgi.

Seulgi membalas pelukan tersebut. Ia merasakan kehangatan disana. Seulgi menepuk pelan punggung Taeyong, berharap kesedihannya berkurang.


TBC

Stay With Me | Seulyong STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang