XXVI

117 18 1
                                    

"Pura pura tidak mengenalku bahkan di kemudian hari."

"Hm. Aku melakukannya hanya karena nafsu."

Tangan Seulgi mencegah Taeyong untuk semakin dekat, Seulgi mendorong pelan laki laki iu untuk menjauh, Taeyong menurunkan tangannya  ia menatap gadis itu yang sudah turun dari meja dan berjalan menuju pintu. Melihat Seulgi berbalik membuat Taeyong berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Sekuat apapun aku berusaha memaafkanmu. Tetap saja kata kata itu menghantuiku." Ucap Seulgi dalam hati, ia hanya menatap laki laki itu sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.
Sedangkan Taeyong memejamkan matanya, ia menarik ke belakang rambutnya. Ia memukul meja biliard yang tidak bersalah. Tangannya bertumpu pada meja itu. Meratapi kesalahan yang dibuatnya barusan.

Seulgi setengah berlari meninggalkan gedung tersebut. Ia menatap gedung tersebut sebentar sebelum akhirnya kembali berjalan pulang. Sesampainya di rumah Seulgi menatap pantulan dirinya di cermin, ia kembali teringat bagaimana laki laki itu begitu manis di masa masa dulu. Tapi semua itu hanya semu belaka. Memberikan Seulgi perhatian, memberikan Seulgi kasih sayang semua itu hanya tipuan belaka. Seharusnya Seulgi tahu sejak awal ini semua adalah permainan. Laki laki itu tidak benar benar menyukainya.

Lamunan Seulgi tersadar saat ponselnya berdering, ia melihat nama yang tidak asing. Tapi nama tersebut sudah lama tidak menghubunginya. Seulgi menjawab panggilan tersebut.

"YA! Kau masih mengingatku rupanya." Ucap Seulgi dengan nada dinginnya. Yang di seberang justru tertawa mendengarnya.

"..."

"Ah, sepertinya aku tidak bisa." Seulgi bisa mendengar desahan panjang di seberang sana.

"..."

"Aku belum bisa memastikan, tapi jika ada waktu aku akan berkunjung kesana." Ucap Seulgi mencoba memastikan saudaranya itu. Setelah sambungan di seberang di putuskan Seulgi melihat jam di ponselnya. Ia harus segera tidur karena harus pagi untuk besok.

°•°•°

Taeyong melihat jalanan yang asing baginya, ia terus menerus mengernyitkan dahi sepanjang perjalanan karena berusaha mengingat sesuatu.

"Paman apa jalanan yang kita lewati benar ?" Tanya Taeyong pada pamannya yang ikut dengannya ke Eunpo.

"Tentu saja. Kau sudah lama tidak kemari. Jalanan pasti berubah." Ucap Pamannya. Taeyong mengangguk,
Sesampainya di tempat tujuan, Taeyong memperhatikan rumah di hadapannya. Ia melihat sebelah nya ternyata ada rumah lain yang dibangun. Seingat Taeyong rumahnya hanya berdiri sendirian.

"Kajja." Ajak pamannya untuk masuk
Tapi Taeyong tidak masuk. Ia melihat ke samping, ternyata taman bunga yang dulu ada samping rumahnya sudah tergantikan dengan tanaman lain, Taeyong mendongkakkan kepalanya, memperhatikan jendela kamarnya. Ia mulai teringat kenangan masa kecilnya. Melihat sosok gadis dengan payung kuning.

Taeyong memperhatikan tanaman di bawah. Ia sudah berada di kamarnya. Sepertinya ayahnya sudah menyuruhnya untuk menata seluruh ruangan di rumah ini. Karena beberapa alat terlihat baru.

Taeyong berganti pakaian, ia pergi ke bawah dan mendapati sosok wanita paruh baya sedang menyiapkan makanan. Pamannya memintanya untuk menyapa.

"Aigoo. Taeyong-ssi, kau dengan baik. Lihatlah dia mirip sekali dengan ayahnya. Benar benar tampan." Sosok wanita itu terlihat akrab dengannya. Tapi Taeyong tidak mengingatnya jadi ia hanya tersenyum.

"Oh iya, bagaimana kabar Mi Joo ? Aku dengar ia mengajar di salah satu sekokah disini ?" Tanya Paman Taeyong selagi keduanya makan siang.

"Ah Mi Joo, kabarnya baik. Dia tumbuh menjadi gadis yang ceria."

"Mi Joo dari dulu gadis yang ceria." Taeyong hanya diam sembari menikmati makanannya. Karena rasanga makanan yang dimakan nya saat ini pernah menjadi favoritnya.

Paman dan sosok wanita itu diam diam memperhatikan Taeyong, keduanya saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya tersenyum.

Hari mulai malam, Taeyong merasa bosan, ia memilih untuk jalan jalan tanpa pamannya. Jika ia tersesat ia hanya butuh menghubungi pamannya.
Taeyong berjalan perlahan sembari menikmati kota tersebut, beberapa kali mulutnya terus memuji bagaimana cantiknya kota itu.
Sampai akhirnya ia terkejut bukan main saat mendapati gadis dengan dress di atas lutut menghampirinya dan yang lebih mengejutkan gadis itu memanggil namanya.

°•°•°

"Nuguseyo ?" Tanya Taeyong hati hati sembari memperhatikan gadis di hadapannya itu. Rambutnya yang sepinggang dan dibiarkan digerai, dress di atas lutut, benar benar seperti bukan gadis asal Eunpo.

"YA! Kau lupa siapa aku ?" Gadis itu berjalan mendekat membuat Taeyong ikut menjauh.

"Mwo-ya ?" Taeyong mengernyitkan dahinya. Ia lantas membuang muka asal. Apa dia penguntit, atau seseorang yang disuruh untuk mendekati Taeyong ? Atau suruhan dari lawan nya dalam hal bisnis ?

"Nona, saya tidak mengenal anda. Permisi." Taeyong mengambil sisi lainnya tapi lagi lagi gadis itu menghadangnya. Kekanak kanakan.

"Lee Taeyong benar benar tidak berubah. Dingin sekali." Gadis itu melipat tangannya di depan dada sembari terkekeh pelan.
Taeyong semakin bingung dengan gadis do hadapannya itu. Ia baru datang beberapa jam yang lalu, ia bahkan keluar dari rumah bagaimana bisa orang lain mengenalnya ditambah lagi mengatainya.

"Kita baru bertemu Nona." Taeyong memasukkan tangannya ke dalam saku hoodienya.

"Nde ? Ey kita pernah bertemu sebelumnya."

"Meskipun saat itu aku tidak menyapamu." Bati gadis itu.

"Siapa kau sebenarnya ?" Tanya Taeyong kesal.

Sebelum gadis itu berhasil menjawab, telfonnya berdering. Gadis itu merogoh saku dressnya dan melihat siapa yang menelfonnya.

"Tunggu sebentar. Jangan kemana mana." Ucap gadis itu. Taeyong memutar bola matanya malas.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Jinjja ? Santai saja aku akan menjemputmu." Taeyong pergi begitu saja. Membuat gadis itu memanggilnya tanpa suara.

"..."

"Eoh. Dah." Gadis itu buru buru mengakhiri panggilannya dan memanggil Taeyong namun yang dipanggil justru pura pura tuli.

"Apa lagi ?" Taeyong yang kesal dengan cepat berbalik. Membuat gadis yang berlari mengejarnya hampir saja jatuh karena terkejut.

"Kang Mi Joo." Gadis itu mengulas senyum di tengah nafasnya.

"Mwo ?" Tanya Taeyong kembali.

"Namaku Kang Mi Joo." 

TBC

Stay With Me | Seulyong STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang