XXIX

258 22 3
                                    

Mi Joo menatap rumah Taeyong, ia membenarkan tali tasnya. Ia harus berangjat kerja sekarang dan ia ingin melihat wajah laki laki itu sekali lagi.

"YA! Apa yang kau lakukan disana ?" Seulgi menghampiri Mi Joo, saudaranya itu terlihat cantik dengan pakain formal karena harus pergi mengajar sekolah menengah atas.

"Menanti kekasihku." Seulgi yang mendengar ucapan itu mengangguk sembari mengalihkan pandangannya. Ia teringat kembali akan ucapan Taeyong saat mabuk waktu itu.
Apa Mi Joo juga mengenal Taeyong waktu itu ?

"Mi Joo-ya, bagaimana bisa kau mengenal Taeyong ?" Gadis itu meletakkan tangannya di dagu sembari berpikir. 

"Aku melihatnya untuj pertama kali dan aku langsung menyukainya. Dan aku bertanya pada bibi namanya siapa. Dan saat itu aku berjanji akan menjadikannya kekasihku."

"Kau kekanak kanakan sekali." Ucap Seulgi, di satu sisi ia merasa kesal bagaimana bisa Mi Joo menyukai sepihak, tidak bukan menyukai tapi mengakui bahwa Taeyong kekasihnya.

"Aku tahu. Dan sekarang aku akan mendapatkannya kembali. " Mi Joo mengepalkan tangannya kuat, Seulgi berdehem sebentar.

"Aish aku sudah terlambat. Aku pergi saja. Sampaikan salamku padanya." Mi Joo memeluk Seulgi sekilas, Seulgi melambaikan tangannya kepada saudara perempuannya itu sebelum akhirnya ikut menatap pintu kayu tersebut. Tiba tiba saja pintu dibuka. Seulgi membungkuk saat paman Taeyong keluar dari rumah diikuti laki laki itu di belakangnya.

"Oh Seulgi-ssi."

"Paman mengenal saya ?" Seulgi menunjuk dirinya sendiri, membuat paman itu mengulas senyum lebar.

"Ah benar juga. Saat itu kau masih kecil, tentu saja paman mengenalmu. Kau gadis yang menolong Taeyong saat laki laki itu di rudung." Seulgi menatap Taeyong yang juga menatapnya. Seulgi membeku di tempatnha saat ia kembali mengingat memori itu. Namun ia kembali disadarkan saat paman Taeyong berpamitan padanya.

"Aku menyukainya. Maka dari itu aku pergi ke Seoul untuk mencarinya."

Taeyong melambaik pada pamannya sebelum akhirnya menghampiri Seulgi.

"Dia dingin sekali tapi aku menyukainya."

Taeyong mengulas senyim manis kepada Seulgi. Sebelum akhirnya laki laki itu berhenti tepat di depannya.

"Sampai sekarang hanya dia yang aku sukai."

"Kau sudah makan ?" Tanya Taeyong, namun bukannya menjawab Seulgi justru mengulurkan tangannya perlahan untuk mengusap lembut wajah Taeyong, merasakan kelembutan disana.
Taeyong melirik sekilas tangan Seulgi yang ada di wajahnya, sentuhan ini tidak asing. Ia menatap wajah Seulgi dilihatnya mata gadis itu mengikuti gerakan tangannya.

"Kau-"

"Aku pasti salah kan." Seulgi terkekeh pelan, membuat Taeyong menatap gadis itu serius.

"Kau pasti bukan dia ?" Seulgi beralih menatap wajah Taeyong, menatap tepat di mata yang bulat itu. Taeyong terdiam sesaat, ia kembali mengingat mata monolid itu. Sebelum akhirnya ia mengenggam tangan Seulgi yang ada di wajahnya. Taeyong mengusap lembut tangan tersebut sebelum akhirnya membawa kembali tangan tersebut di wajah Taeyong,

"Rasanya dingin bukan ?" Pertanyaan Taeyong membuat mata Seulgi berkaca kaca. Seulgi menatap wajah tersebht dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Angin semakin kuat di pagi hari, Tangan Taeyong yang bebas menyelipkan anak rambut Seulgi yang diterpa angin.

"Taeyong kau-"

Taeyong mengangguk, ia tahu semuanya. Pamannya terus menerus bercerita tentang Seulgi yang hampir setiap hari menghampiri rumah Taeyong untuk meminta bunga dan ingin menyapanya tapi karena Taeyong begitu dingin Taeyong selalu menolaknya.

Sampai akhirnya Seulgi hadir saat Taeyong berkemas dan bersiap pergi ke Seoul saat itu pamannya bisa melihat sebuah kasih sayang yang besar di mata Seulgi. Sampai akhirnya, Seulgi memutuskan ikut sang Ibu ke Seoul dan ketika paman Taeyong bertanya alasannya pada Seulgi kecil, gadis itu menjawab

"Aku akan menemukan cinta pertamaku."

Saat itu juga paman Taeyong berharap keduanya bisa bertemu di Seoul, namun siapa kira Seulgi dan Taeyong kembali dipertemukan dan mengetahui masa lalu masing masing di sini.
Bukan hanya Taeyong yang shock tapi Seulgi juga shock. Tapi memang ini adalah kebenarannya.

Seulgi menangkup kedua wajah itu, ia memperhatikan wajah tersebut baik baik.
Taeyong kesal dengan dirinya sendiri bagaimana bisa ia tidak mengenali gadis itu ketika Seulgi bahkan ketika Seulgi tidak banyak berubah.

Taeyong melihat air mata menetes dari mata Seulgi, dilihatnya gadis itu berusaha menahan tangisannya. Taeyong membawa Seulgi ke dalam pelukan hangat, ia menenggelamkan wajahnya di pundak Seulgi, mencium aroma gadis itu, Seulgi melakukan hal yang sama, ia menangis sejadi jadinya, Taeyong mempererat pelukannya ketika tangisan  Seulgi semakin kuat. Keduanya terlalu sibuk  melepas semua rasa rindu yang menumpuk. Melupakan sejenak bahwa di luar sana masih ada yang harus diluruskan.

Seulgi memperhatikan kembali kamar Taeyong sembari menunggu laki laki itu yang sibuk mengambil camilan di bawah. Seulgi berjalan menuju dekat jendela. Ia memperhatikan pemandangan di bawah, dulu di bawah sana Seulgi bisa melihat banyak bunga, dan dari bawah ia bisa melihat Taeyong yang menatapnya dingin. Jika mengingatnya kembali Seulgi justru senang karena jujur saja meskipun Taeyong menatapnya dingin saat itu ia masih bisa melihat sosok yang lemah lembut.

Tiba tiba saja sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang, meletakkan dagunya di pundak Seulgi tanpa izin terlebih dahulu.
Awalnya Seulgi terkejut tapi ia sepertinya harus terbiasa akan hal ini.

"Apa yang kau perhatikan sampai sampai tidak menyadari kehadiranku ?" Taeyong mencium puncak kepala Seulgi sekilas, rasanya sudah lama tidak menciun aroma rambut Seulgi.

"Tidak ada. Aku hanya mengingat kembali petemuan waktu itu. Aku masih ingat kau menatapku seolah olah ingin membunuhku karena mengambil bungamu."
Taeyong menarik wajahnya menjauh.

"Mwo-ya? Itu berlebihan. Aku hanya kesal pada diriku sendiri." Seulgi terkekeh pelan, sebelum akhirnya ia mengusap lembut tangan Taeyong yang berada di pinggangnya.

"Seharusnya aku bisa menyapamu waktu itu tapi aku terlalu marah karena masalah ayah dan ibu sehingga tatapanku dingin sekali." Seulgi menatap lurus ke depan, ia bisa merasakan ketulusan Taeyong saat ini.

Seulgi melepaskan tangan Taeyong, ia berbalik dan mengenggam kedua tangan Taeyong.

"Sekarang kau tidak perlu ragu untuk menyapaku." Seulgi mendongkakkan kepalanya untuk menatap Taeyong.

"Kedepannya ayo kita tetap seperti ini." Seulgi berjinjit, ia memberikan satu kecupan di pipi kanan Taeyong, lalu tersenyum.
Taeyong ikut tersenyum, ia ikut memberikan satu kecupan di pipi gadis itu, keduanya berpelukan setelahnya, tidak perlu kata kata yang manis untuk menyalurkan rasa cinta dan rindu. Mata bisa menjelaskan semuanya.

TBC



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay With Me | Seulyong STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang